Karakteristik Bahasa Suluk dan Janturan dalam Pagelaran Wayang Purwa Jawa Timuran Lakon Resa Saputra Oleh Ki Dalang Bambang Sugia.
The Characteristic of Suluk and Janturan language in the Play of Wayang Purwa Jawa Timur Performanced by Resa Saputra by Ki Dalang Bambang Sugia.
ABSTRAK
Indraningtyas, Paramitha Dewi. Karakteristik Bahasa Suluk dan Janturan dalam Pagelaran Wayang Purwa Jawa Timuran Lakon Resa Saputra Oleh Ki Dalang Bambang Sugia. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra. Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. Pembimbing: (1) Prof. Dr. Udjang Pairin, M.Pd dan Dr. Maria Mintowati, M.Pd.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik bahasa suluk dan janturan Ki Bambang Sugia ditinjau dari aspek sosiopragmatiknya, sebab aspek bahasa sebagai media ekspresi seninya begitu variatif. Hal-hal yang menjadi pokok perhatian meliputi: (1) bentuk variasi bahasa, (2) bentuk dan fungsi diksi/ungkapan (3) makna yang terkandung dalam bahasa suluk dan janturanoleh Ki Bambang Sugia.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data penelitian ini berupa tuturan dalang yang berupa kata-kata, frasa dan kalimat. Sumber data penelitian ini berupa rekaman pertunjukan wayang purwa oleh Ki Bambang Sugia. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode simak dan catat. Serangkaian teknik penjaringan di atas menghasilkan data terpilih (koleksi data) kemudian dilakukan analisis data dengan menggunakan teknik reduksi data (transkripsi data, seleksi data, kodifikasi data, dan klasifikasi data). Transkripsi data (rekaman VCD wayang purwa) merupakan kegiatan pengubahan dari data rekaman lisan ke dalam teks tulisan dengan penyesuaian ke dalam sistem ejaan bahasa Jawa yang berlaku. Dari transkip data tersebut dilakukan pembacaan dan pemahaman mendalam untuk kemudian diseleksi serta dipilah berdasarkan kelompok data yang dibutuhkan serta diberikan kode sebagai identitas data (bentuk variasi bahasa, bentuk dan fungsi diksi/ungkapan dan makna implikatur). Sebagai tindak lanjutnya kegiatan interpretasi data dilakukan secara rinci berdasarkan teori yang diacu kemudian disimpulkan sebagai laporan penelitian.
Berdasarkan hasil analisis data penelitian dihasilkan simpulan sebagai berikut: Bentuk Register bahasa suluk dalam pertunjukan wayang purwa lakon Resa Saputra oleh Ki Bambang Sugia terbagi menjadi 6 (enam) bagian yaitu pelungan, sendhon prabatilarsa, sendhon, bendhengan, bendhengan budhalan, dan Gendhing Wudhar. Masing-masing register yang muncul mempunyai fungsi sesuai dengan penggunaannya. Pelungan berfungsi sebagai doa pembuka, sendhon prabatilarsa merupakan lanjutan dari suluk pelungan, sendhon untuk menggambarkan suasana sedih dan haru, bendhenganberfungsi untuk menggambarkan suasana yang tegang dan penuh amarah, bendhengan budhalan digunakan untuk mengiringi jalannya prajurit yang maju berperang, dan gendhing wudhar berfungsi untuk memohon maaf.Sedangkan bentuk register pada bahasa janturan terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu, janturan negari Purwacarita, janturan tamu, dan janturan pertapan Leburgangsa. Ketiga register tersebut mempunyai fungsi sesuai dengan penggunaannya. Janturan negari Purwacarita dinarasikan oleh dalang pada jejer pertama untuk menggambarkan kebesaran dan keagungan negari Purwacarita, janturan tamu pada jejer kedua berfungsi untuk menceritakan tamu yang merupakan seorang nalendra dari negari sebrang. Selanjutnya janturan pertapan Leburgangsa pada jejer ketiga difungsikan untuk mendeskripsikan tempat pertapaan.
Bentuk dan fungsi diksi/ungkapan dalam bahasa suluk dan janturandalampertunjukan wayang purwa lakon Resa Saputra oleh Ki Bambang Sugia yaitu berupa kata denotasi, konotasi, kata khusus, kata umum, kata konkret, dan kata abstrak. Masing-masing bentuk diksi/ungkapan memiliki fungsi yang bervariativ. Adapun fungsi-fungsinya meliputi: menimbulkan efek keindahan, mengkonkretkan gambaran, menimbulkan kesan religius, memperjelas maksud dan menimbulkan kesan menghidupkan kalimat.
Makna implikatur dalam bahasa sulukdalampertunjukan wayang purwa lakon Resa Saputra oleh Ki Bambang Sugia diantaranya yaitu informasi, sindiran, perintah, ajakan, dan permohonan. Dari hasil analisis, penelitian tersebut didominasi oleh implikatur informasi dan sindiran. Hal ini merupakan bukti bahwa wacana suluk memiliki fungsi untuk memberikan informasi dan sindiran. Sedangkan bahasa janturan memeliki empat makna implikatur, diantaranya informasi, sindiran, protes, dan apresiasi. Dari hasil analisis, penelitian tersebut didominasi oleh implikatur informasi dan apresiasi. Hal ini merupakan bukti bahwa bahasa janturan memiliki fungsi memberikan informasi dan apresiasi.
Kata kunci: wayang purwa Jawa Timuran, variasi bahasa, diksi/ungkapan, implikatur
ABSTRACT
Indraningtyas, Paramitha Dewi. The Characteristic of Suluk and Janturan language in the Play of Wayang Purwa Jawa Timur Performanced by Resa Saputra by Ki Dalang Bambang Sugia. Thesis. Indonesian Literature and Language Education Program, Surabaya State University Postgraduate Program. Advisor: (1) Prof. Dr. Udjang Pairin, M.Pd dan (2) Dr. Maria Mintowati, M.Pd.
This research aims to examine the characteristics of sulukand janturanof Ki BambangSugia in terms of its socio-pragmatic aspect, because the language aspect as a medium of expression is so varied. Things that become the main concern include: (1) forms of language variations, (2) forms and functions of dictions/expression (3) the meaning containing in the sulukand janturanlanguage by Ki BambangSugia.
This research is a qualitative-descriptive study. The data of this research are in the form of the puppeteer utterances in the form of words, phrases, and sentences. The data source of this research is a recorded wayang purwa performance by Ki Bambang Sugia. The data collection technique was done by using the observation and note method. A series of networking techniques above produces selected data (data collection) and then analyzed using data reduction techniques (data transcription, data selection, data codification, and data classification).The data transcription (wayangpurwa VCD recordings)is an activity of converting from spoken recorded data into written text with adjustments to the applicable Javanese spelling system. From that data transcript, a reading and in-depth understanding were carried out and then selected and sorted based on the required data group and coded as data identity (forms of language variations, forms and functions of diction / expressions and implicative meanings). As follow up, the data interpretation activities were carried out in detail based on the theory referred to and then concluded as a research report.
According to the analysis result of research data, produced the following conclusions: Register form of suluk language in the performance of wayangpurwa starring ResaSaputra by Ki BambangSugia is divided into 6 (six) parts, namely pelungan, sendhonprabatilarsa, sendhon, bendhengan, bendhenganbudhalan, and GendhingWudhar. Each of the existed register has a function according to its use. Pelunganserves as an opening prayer, sedhonprabatilarsais a continuation of sulukpelungan, sedhon is used to describe the atmosphere of sadness and grief, bedhenganserves to describe a tense and angry atmosphere, bedhenganbudhalan is used to accompany the path of soldiers who go to war, and gendhingwudhar is used to apply apologize. On the other hand, the register form of janturanlanguage is divided into 3 (three), namely janturannegariPurwacarita, janturantamu, and janturanpertapanLeburgangsa. All the three registers have functions according to their use. JanturannegariPurwacaritanarrated by the mastermind on the first row to reflect the greatness and majesty of the state of Purwacarita, janturantamu in the second row serves to tell the guest which is a nalendra from overseas country. Furthermore, janturanpertapanLeburgangsa in the third row is functioned to describe the hermitage place.
The forms and functions of diction/expression insulukand janturanlanguage in the wayangpurwa performance of ResaSaputra by Ki BambangSugia,are in the form of denotation, connotation, typical words, common words, concrete words, and abstract words. Each form of diction/expression has various functions. Its function including: creating aesthetic effect, concretizing images, creating religious impression, clarifying intentions, and creating the impression of animating sentences.
The sulukimplication meaning inKi Bambang Sugia, the purwa puppet show of the Resa Saputra play, includes information, satire, orders, invitations, and requests.From the analysis, the research is dominated by the implicature information and satire. Meanwhile, janturanlanguage has four implicature meanings, including information, satire, protest, and appreciation. This is proof that janturanlanguage has the function of providing information and appreciation.
Keywords: wayang purwa JawaTimuran, language variation, diction/expression, implicature