Kekerasan Verbal Head Chef terhadap Para Kontestan dalam Acara Televisi Hell’s Kitchen Indonesia
Verbal Abuse by the Head Chef towards Contestants in Hell's Kitchen Indonesia Television Show
Fenomena kekerasan verbal tidak hanya terjadi di kehidupan sehari-hari, tetapi juga terjadi di media massa, seperti televisi. Salah satu acara televisi yang terkenal dengan banyaknya adegan kekerasan verbal adalah Hell’s Kitchen Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk kekerasan verbal dalam tindak tutur ilokusi dan tindak tutur perlokusi seorang head chef serta faktor yang memengaruhinya melakukan kekerasan verbal terhadap para kontestan. Pendekatan yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data berupa video acara televisi Hell’s Kitchen Indonesia yang telah diunggah pada kanal YouTube Hell’s Kitchen Indonesia dengan total 25 episode, mulai dari tanggal 7 Januari sampai 10 Agustus 2015. Data penelitian berupa kekerasan verbal dalam tuturan head chef terhadap para kontestan. Teknik pengumpulan data meliputi teknik simak dan catat dengan metode analisis padan ekstralingual. Hasil penelitian ini meliputi (1) kekerasan verbal paling banyak dalam tindak tutur ilokusi adalah dalam bentuk tuturan ilokusi ekspresif yakni menghina, mengumpat, memaki, dan menjengkelkan. Sementara, paling sedikit adalah dalam bentuk tuturan ilokusi asertif yakni mengevaluasi; (2) kekerasan verbal paling banyak dalam tindak tutur perlokusi adalah dalam bentuk tuturan perlokusi direktif yakni memerintah, membentak, mengintimidasi, dan menasihati. Sementara, paling sedikit adalah dalam bentuk tuturan perlokusi komisif yakni menghukum; dan (3) faktor yang memengaruhi seorang head chef melakukan kekerasan verbal ada tiga, yaitu keterlambatan para kontestan dalam menghidangkan makanan, sikap buruk para kontestan di dapur, dan komunikasi para kontestan yang buruk. Kekerasan verbal yang dilakukan seorang head chef terhadap para kontestan dalam acara televisi Hell’s Kitchen Indonesia efektif karena posisinya yang superior jika dibandingkan dengan para kontestan yang inferior.
The phenomenon of verbal abuse occurs not only in everyday life but also in mass media, such as television. One television show known for its numerous scenes of verbal abuse is Hell’s Kitchen Indonesia. This research aims to describe the forms of verbal abuse in the illocutionary and perlocutionary acts of a head chef and the factors influencing them to commit verbal abuse towards contestants. The approach used in this research is qualitative descriptive. The data sources are video recordings of the Hell’s Kitchen Indonesia television show uploaded on the Hell’s Kitchen Indonesia YouTube channel, totaling 25 episodes from January 7 to August 10, 2015. The research data consists of verbal abuse in the utterance of the head chef towards the contestants. Data collection techniques include listening and note-taking with the extralingual matching analysis method. The results of this research include (1) the most frequent form of verbal abuse in illocutionary acts is expressive illocutionary utterances, such as insulting, swearing, abusing, and annoying. Meanwhile, the least frequent form is assertive illocutionary utterances, such as evaluating; (2) the most frequent form of verbal abuse in perlocutionary acts is directive perlocutionary utterances such as commanding, yelling, intimidating, and advising. Meanwhile, the least frequent form is commissive perlocutionary utterances, such as punishing; and (3) there are three factors influencing a head chef to commit verbal abuse: the contestants’ delays in serving food, the contestants’ poor attitudes in the kitchen, and the contestants' poor communication. The verbal abuse by a head chef towards the contestants on the television show Hell’s Kitchen Indonesia is effective due to their superior position compared to the contestants, who are in an inferior position.