Owah Gingsire Bridal Weton Calculation Tradition in Sidorejo Village, Kedungadem District, Bojonegoro Regency (Folklor Theory)
Tradisi perhitungan weton pengantin merupakan salah satu wujud tradisi yang berkembang dan dipercaya oleh masyarakat di desa Sidorejo yang diwariskan dengan cara turun-temurun mulai dari jaman dahulu hingga sekarang. Tradisi perhitungan weton pengantin termasuk salah satu bagian dari tradisi lamaran yang mana ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain yaitu neptu & pasaran Jawa, bulan & tahun Jawa, penjumlahan weton, ringkelan, dan hari naas. Fokus penelitian yang akan dijelaskan dalam penelitian ini yaitu: (1) sejarah, (2) tata cara, (3) makna dan ubarampe, (4) fungsi, dan (5) sebab perubahan tradisi. Untuk mencapai tujuan penelitian, peneliti menggunakan beberapa konsep yang digunakan untuk menjelaskan penelitian tentang tradisi tersebut. Teori folklor oleh Danandjaja digunakan untuk menjelaskan wujud dari tradisi. Teori semiotik dari Pierce digunakan untuk menjelaskan makna dalam tata cara dan ubarampe yang terkandung dalam tradisi. Konsep fungsi dari Bascom digunakan untuk menjelaskan fungsi dari tradisi serta konsep sebab perubahan tradhisi dari Koentjaraningrat dan Sukarman digunakan untuk menjelaskan sebab perubahan yang ada dalam tradisi tersebut. Penelitian tentang tradisi perhitungan weton pengantin menggunakan metode deskriptif kualitatif. Data dan sumber data yang digunakan merupakan hasil wawancara dari narasumber. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu menggunakan teknik wawancara dan teknik dokumentasi dengan cara observasi secara langsung. Tata cara untuk menganalisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data dari Burhan yang terbagi dalam enam tahap. Hasil dari penelitian tentang tradisi perhitungan weton pengantin yaitu merupakan salah satu bagian dari tradisi lamaran yang masih dilestarikan hingga sekarang. Tradisi perhitungan weton pengantin diadakan dengan tujuan menentukan hari yang baik dan tepat untuk melangsungkan acara pernikahan. Tradisi perhitungan weton pengantin memiliki beberapa fungsi, antara lain yaitu sebagai sarana untuk meminta keselamatan terhadap Tuhan, sarana untuk mencocokkan weton calon kedua pengantin, untuk melestarikan tradisi dan budaya Jawa, dan sarana pembelajaran bagi generasi muda.
Kata Kunci: Tradisi, Perhitungan Weton Pengantin, Folklor Setengah Lisan
The tradition of calculating the bridal weton is a form of tradition that is developed and trusted by the people in Sidorejo village which is passed down from generation to generation from ancient times to the present. The tradition of calculating the bridal weton is one part of the proposal tradition where there are several things that must be considered, including the Javanese neptu & pasaran, Javanese month & year, summation of weton, ringkelan, and the fateful day. The focus of the research that will be explained in this study are: (1) history, (2) procedures, (3) meaning and ubarampe, (4) function, and (5) causes of changes in tradition. To achieve the research objectives, the researcher uses several concepts that are used to explain research on the tradition. The theory of folklore by Danandjaja is used to explain the form of tradition. The semiotic theory of Pierce is used to explain the meaning in the ordinances and ubarampe contained in the tradition. The concept of function from Bascom is used to explain the function of tradition and the concept of the cause of change in tradition from Koentjaraningrat and Sukarman is used to explain the cause of change in the tradition. Research on the tradition of calculating the bridal weton uses a qualitative descriptive method. The data and data sources used are the results of interviews from sources. The data collection technique used is using interview techniques and documentation techniques by direct observation. The procedure for analyzing the data in this study uses data analysis techniques from Burhan which are divided into six stages. The results of the research on the tradition of calculating the bridal weton are one part of the proposal tradition that is still preserved until now. The tradition of calculating the bridal weton is held with the aim of determining a good and appropriate day to hold a wedding ceremony. The tradition of calculating the weton of the bride and groom has several functions, including as a means to ask God for salvation, a means to match the weton of the two prospective brides, to preserve Javanese tradition and culture, and a means of learning for the younger generation.
Key words: Tradition, Weton Bride Calculation, Half Oral Folklore