TRADHISI GALUNGAN ING DESA NGLEWAN KECAMATAN SAMBIT KABUPATEN PONOROGO
(Tintingan Folklor Setengah Lisan)
GALUNGAN TRADITION IN NGLEWAN VILLAGE, SAMBIT DISTRICT, PONOROGO REGENCY
(Review Half Oral Folklore)
TRADISI GALUNGAN DI DESA NGLEWAN KECAMATAN SAMBIT KABUPATEN PONOROGO
Tradisi Galungan di Desa Nglewan termasuk folklor setengah lisan yang masih dipercayai oleh para warga. Tradisi Galungan telah berjalan sebagai wujud kebiasaan yang sudah dilaksanakan sejak zaman dahulu hingga zaman sekarang, dan juga tradisi tersebut dijalankan sebagai wujud kenduri yang ditujukan untuk Gamelan. Tradisi Galungan dilaksanakan warga masyarakat Desa Nglewan satu tahun dua kali, tepatnya dihari Rabu Kliwon malam Kamis Legi didalam Wuku Galungan. Tradisi Galungan dilaksanakan sebagai wujud tanda penghormatan kepada Gamelan, karena dari adanya Gamelan yang dimiliki mempunyai manfaat dan fungsi bagi warga masyarakat Desa Nglewan, dan juga tanda terimakasih kepada semua para Empu dan leluhur Jawa yang sudah menciptakan Gamelan. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu, bagaimana awal mula Tradisi Galungan, tahapan prosesi, ubarampe dan makna, fungsi, perubahan, dan tata cara melestarikan Tradisi Galungan. Penelitian ini menggunakan teori folklor setengah lisan yaitu merupakan ilmu yang membahas tentang tradisi menurut James Danandjaja. Rancangan penelitian dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, sumber data dalam penelitian ini ada dua yaitu primer dan sekunder yang didalam data penelitian tersebut menggunakan data lisan dan non lisan. Sedangkan instrumen penelitian yang digunakan yaitu peneliti, daftar pertanyaan wawancara, lembar observasi, dan peralatan penelitian. Teknik untuk mengumpulkan data yaitu wawancara, observasi, mencatat, merekam, dan dokumentasi. Selanjutnya teknik analisis data dengan menggunakan cara transkrip data, verifikasi data, identifikasi dan kodifikasi data, dan penafsiran data.
Hasil dari penelitian Tradisi Galungan yang dikaji menggunakan metode dan teknik tersebut menghasilkan makna yang ada hubungannya dengan budaya. Kedudukan Wuku bagi warga penting didalam kehidupan sehari-hari seperti halnya di Wuku Galungan ini, bagi warga masyarakat di Desa Nglewan yang kesehariannya bekerja sebagai seniman dengan sarana dan prasarana menggunakan Gamelan. Tahapan prosesi ketika melaksanakan Tradisi Galungan dimulai dari musyawarah, membersihkan tempat dan Gamelan, menyiapkan ubarampe, memberi tahu undangan, kenduri, doa, jamasan Gamelan, uyon-uyon adiluhung. Ubarampe yang digunakan yaitu sapu dan pel, semir, sekul suci ulam sari, mule luhur, buceng kuat, nasi golong tujuh, jenang sengkala, lodeh kluwih, parem wangi. Tradisi Galungan mempunyai fungsi bagi kehidupan sehari-hari, tetapi tradisi ini juga ada perubahan, maka dari itu harus ada tata cara melestarikan atau upaya pelestarian supaya tetap bisa berkembang dan tidak tergilas oleh zaman yang semakin maju. Dari adanya penelitian mengenai Tradhisi Galungan bisa disimpulkan dan dimengerti bahwa didalam pawukon yang ada di Jawa mempunyai fungsi tersendiri sebagai sarana pengingat untuk memperingati dan menghormati hal apa saja yang ada disekitar kehidupan manusia.
Kata Kunci: Folklor Setengah Lisan, Tradisi, Wuku Galungan, Gamelan
ABSTRACT
The Galungan tradition in Nglewan Village is a half-oral folklore that believed by the residents. The Galungan tradition has carried out as a form of custom that has carried out since ancient times to the present day, and this tradition also carry out as a form of feast intended for Gamelan. The Galungan tradition is carried out by the people of Nglewan Village once a year, on Wednesday Kliwon and Thursday night Legi in Wuku Galungan precisely. The Galungan tradition carries out as a form of respect for Gamelan, because the Gamelan owns benefits and functions for the people of Nglewan Village, and also a sign of gratitude to all the Javanese masters and ancestors who have created Gamelan. The formulation of the problem in this study is how the Galungan Tradition begins, the stages of the procession, ubarampe and meaning, functions, changes, and procedures for preserving the Galungan Tradition. This study uses the theory of semi-oral folklore which is a science that discusses tradition according to James Danandjaja. The research design uses descriptive qualitative research methods. There are two data sources in this study, namely primary and secondary, in which the research data use oral and non-verbal data. Meanwhile the research instruments used were researchers, a list of interview questions, observation sheets, and research equipment. Techniques for collecting data are interviews, observation, notes, recording, and documentation. Furthermore, data analysis techniques use data transcripts, data verification, data identification and codification, and data interpretation.
The result of the research on the Galungan Tradition studied using these methods and techniques produce meanings that have something to do with culture. Wuku's position for residents is important in everyday life, in this case is Wuku Galungan, for residents of Nglewan Village who work as artists daily with facilities and infrastructure using Gamelan. The stages of the procession when carrying out the Galungan Tradition starts from deliberations, cleaning the place and Gamelan, preparing ubarampe, giving invitations, feast, prayers, Gamelan jamasan, uyon-uyon adiluhung. The ubarampe used are broom and mop, polish, sekul Suci ulam sari, mule luhur, buceng kuwat, sega golong pitu, jenang sengkala, jangan kluwih, parem wangi. The Galungan tradition has a function for everyday life, but this tradition also changes, so there must be procedures for preserving or preservation efforts so that it can continue to develop and not crush by increasingly advanced times. From the research on the Galungan Tradition, it can be concluded and understood that in Javanese Pawukon it has its function as a reminder to commemorate and respect whatever things are around human life.
Keywords: Half Oral Folklore, Tradition, Wuku Galungan, Gamelan