PERNIKAHAN MASYARAKAT BATAK TOBA
DI KOTA KEDIRI PADA TAHUN 1990–2000
WEDDING COMMUNITY BATAK TOBA IN THE CITY
KEDIRI 1990–2000
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rangkaian acara tradisi adat pernikahan masyarakat Batak Toba di Kota Kediri 1990‒2000 dan menganalisis dinamika dalam tradisi adat pernikahan masyarakat Batak Toba di Kota Kediri 1990‒2000. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah. Tahap pertama, heuristik adalah pengumpulan berbagai data atau informasi melalui wawancara dengan Raja Adat/Raja Hata pernikahan dan masyarakat Batak Toba di Kediri serta melalui buku atau dokumentasi yang berkaitan dengan judul penelitian yaitu pernikahan Batak Toba di Kota Kediri. Tahap kedua, yaitu kritik. Sumber yang diperoleh, khususnya hasil wawancara langsung kepada Raja dan Penasihat Punguan Batak Toba di Kediri diyakinkan sesuai dengan topik dan periode penelitian.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa prosesi adat pernikahan masyarakat Batak Toba di Kota Kediri 1990‒2000 terdiri atas beberapa rangkaian atau tahapan. Tahapan tersebut meliputi marhori-hori dinging (penjajakan rencana pernikahan), patua hata (melamar atau meminang wanita), martumpol/mangido ting-ting (pranikah), ria raja (Paranak membicarakan acara pernikahan), tonggo raja (Parboru membicarakan acara pernikahan), patiur mata ni mual (meminta restu Tulang-Nantulang), marsibuha-buhai (acara adat jemput pengantin), pamasu-masuon (pemberkatan), marujuk (pemberkatan nikah secara adat Batak), paulahune (pemberangkatan pengantin), marsihol-sihol (lepas rindu pengantin wanita), dan maningkir tangga (pihak Parboru mengunjungi besan). Setiap tahap merupakan bagian dari rangkaian adat tradisi turun-temurun dari nenek moyang Batak Toba. Tradisi pernikahan Batak Toba di Kota Kediri dilaksanakan oleh masyarakat Batak Toba yang merantau ke Kota Kediri. Masyarakat Batak Toba di Kota Kediri masih mengikuti prosesi pernikahan dari nenek moyang mereka. Terdapat sedikit perubahan, tetapi secara garis besar tata cara adat yang berlaku masih tetap dilakukan dan dilaksanakan.
Kata kunci : tradisi adat, pernikahan, masyarakat Batak Toba
This study aims to analyze a series of traditional wedding events for the Toba Batak community in Kediri 1990‒2000 and to analyze the dynamics in the traditional wedding traditions of the Toba Batak community in Kediri 1990‒2000. This research method uses historical research methods. The first stage, heuristics, is the collection of various data or information through interviews with the Raja Adat / Raja Hata marriage and the Toba Batak community in Kediri and through books or documentation related to the research title, namely the Toba Batak wedding in Kediri. The second stage, namely criticism. The sources obtained, especially the results of direct interviews with the King and the Toba Batak Punguan Advisor in Kediri, were convinced that they were in accordance with the topic and period of the study.
Based on the research that has been done, the results show that the traditional wedding procession of the Toba Batak community in Kediri City 1990‒2000 consists of several series or stages. These stages include marhori-hori dinging (exploration of wedding plans), patua hata (proposing or proposing to a woman), martumpol / mangido ting-ting (premarital), ria raja (Paranak talks about a wedding ceremony), tonngo raja (Parboru talks about a wedding ceremony), patiur mata ni nual (ask for the blessing of Tulang-Nantulang), marsibuha-buhai (traditional ceremony to pick up the bride), pamasu-masuon (blessing), marujuk (traditional Batak marriage blessings), paulahune (bridal departure), marsihol-sihol (longing for bride), and stepping up the stairs (Parboru visiting Besan). Each stage is part of a series of traditional traditions passed down through the Toba Batak ancestors. The Toba Batak wedding tradition in Kediri City is carried out by the Toba Batak people who have migrated to Kediri City. The Batak Toba people in Kediri City still follow the wedding procession of their ancestors. There are slight changes, but in general the prevailing customary procedures are still being carried out and implemented.
Keywords: traditional traditions, marriage, Toba Batak community