Abstrak
Yensly Kesaulia, 2019. Kapata Panas Bongso Tiga Negeri (Tamilouw, Hutumuri dan Siri Sori) di Provinsi Maluku: Kajian Etnopuitika. Tesis. Program Studi S-2 Pendidikan Bahasa dan Sastra, Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. Pembimbing I, Prof. Dr. Udjang Pairin, M.Pd. dan Pembimbing II, Dr. Kamidjan, M.Hum.
Kata kunci: kapata, panas bongso, kearifan lokal, etnopuitika.
Kapata merupakan nyanyian adat yang dilantunkan menggunakan bahasa Alune pada setiap acara adat seperti adat Panas Bongso sebagai bagian dari budaya masyarakat Maluku khususnya tiga negeri bongso yakni Negeri Tamilouw, Hutumuri, dan Siri Sori. adapun tujuan penelitian untuk mendekrispikan aspek aspek historis Kapata panas bongso, tata laksana, nilai-nilai budaya, dan unsure puitika Kapata panas bongso. Dalam menganalisis data tersebut digunakan kajian etnopuitika. Bidang etno menggunakan teori kearifan lokal oleh Jim Ife dalam menganalisis aspek historis, tata laksana dan nilai budaya sedangkan bidang puitika menggunakan teori puitika oleh Roman Jakobsondalam menganalisis unsur puitika Kapata panas bongso.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rancangan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dengan pendekatan etnografi. Data penelitian ini berupa data lisan yaitu Kapata yang diucapkan langsung oleh informan sedangkan data tulisan yaitu buku-buku sejarah, buku Kapata sebagai penunjang teks lisan. Sumber data adalah pemerintah negeri dan tua-tua adat atau tokoh adat dari negeri Tamilouw, Hutumuri dan SiriSori. Data lisan dan tulisan diperoleh dari hasil observasi, wawancara, perekaman, catatan lapangan, dan dokumentasi.
Adapun hasil penelitian berupa (1) seluk-beluk kapata, sejarah tiga negeri bongso yang terdapat dalam setiap larik Kapata; (2) tata laksana yang dimulai dengan tahapan persiapan meliputi pakaian adat laki & perempuan, alat musik yang digunakan, tarian, kelompok penyanyi, bahan atau alat dalam ritual adat. Tahapan pelaksaan meliputi proses penyambutan hingga ritual adat dan seusai ritual adat. Tahapan akhir acara meliputi akhir dari seluruh rangkaian acara panas bongso yaitu makan bersama atau disebut makan patita dan malam kesenian; (3) nilai budaya ada tiga yaitu hubungan manusia dengan Tuhan meliputi nilai religius. Hubungan manusia dengan alam meliputi menghormati tempat bersejarah, memanfaatkan pengetahuan tentang kode alam. Hubungan manusia dengan manusia meliputi menghormati sesamam manusia, saling memberkati, satu rasa dalam persekutuan; (4) unsur puitika mencakup aspek fonologi (aliterasi, asonansi, rima, irama, efoni dan kakafoni), aspek sintaksis meliputi kata dan pemilihan kata, frasa, kalimat/larik, paralelisme struktur), aspek semantik meliputi bentuk-bentuk gaya bahasa.
Kesimpulan dari hasil penelitian ada beberapa yakni Kapata sebagai penutur sejarah tiga negeri bongso di Maluku, Kapata sebagai pengantar prosesi acara adat panas bongso, Kapata panas bongso sebagai warisan kekayaan nilai-nilai budaya masyarakat Tamilouw, Hutumuri, dan Siri Sori, dan Kapata sebagai nyanyian puitis.
Abstract
Yensly Kesaulia, 2019. Panas Bongso of Kapata three villages (Tamilouw, Hutumuri and Siri Sori) in Maluku Province: Ethnopuitic Study. Thesis. Study Program S-2 in Language and Literature Education, Postgraduate of Surabaya State University. Advisor I, Prof. Dr. Udjang Pairin, M.Pd. and Advisor II, Dr. Kamidjan, M.Hum.
Keywords: kapata, panas bongso, local wisdom, ethnopuitics.
Kapata is a traditional song that is sung using Alune language in every traditional event such as the Panas Bongso custom as part of the culture of the people of Maluku, especially the bongso three countries namely Tamilouw, Hutumuri, and SiriSori. As for the purpose of the study to describe the historical aspects of the panas bongso spring, governance, cultural values, and the poetic elements of the Kapata panas bongso . In analyzing the data, ethnopathic studies were used. The ethno field uses the theory of local wisdom by Jim Ife in analyzing historical aspects, procedure and cultural values, while the field of poetry uses poetic theory by Roman Jakobs in analyzing the poetic elements of the panas bongso.
In this study, researchers used a descriptive qualitative research design with an ethnographic approach. The research data is in the form of oral data, namely Kapata which is spoken directly by the informant while the writing data are history books, Kapata books as supporting oral texts. Data sources are the government of the country and the elders of adat or traditional leaders from the countries of Tamilouw, Hutumuri and SiriSori. Oral and written data are obtained from the results of observations, interviews, recordings, field notes, and documentation.
The results of the study are (1) the about of Kapata, the history of the three village contained in each Kapata array; (2) procedure that starts with the preparation stage including traditional male & female clothing, musical instruments used, dances, singer groups, materials or tools in traditional rituals. The stages of implementation include the process of welcoming up to traditional rituals and after traditional rituals. The final stage of the event includes the end of the whole series of panas bongso programs, namely eating together or called eating patita and evening arts; (3) cultural values are three, namely the relationship between humans and God, including religious values. Human relations with nature include respecting historical places, utilizing knowledge about natural codes. Human relations with humans include respect for human beings, blessing one another, one feeling in fellowship; (4) the elements of poetry cover aspects of phonology (alliteration, aconance, rhyme, rhythm, effoni and kakafoni), syntactic aspects include words and selection of words, phrases, sentences / lines, structural parallelism), semantic aspects include forms of language style.
The conclusions from the results of the research are several, namely Kapata as a speaker of the history of three village in Maluku, Kapataas an introduction to the traditional event procession, Kapata Panas Bongso as a legacy of the rich cultural values of Tamilouw, Hutumuri, and Siri Sori, and Kapata as poetic songs .