AKTIVITAS MASYARAKAT SEKITAR CANDI PENATARAN ABAD XV-XVI MASEHI
ABSTRAK
Nama : Laila Mufida
NIM : 17040284074
Program Studi : S1 Pendidikan Sejarah
Jurusan : Pendidikan Sejarah
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Nama Lembaga : Universitas Negeri Surabaya
Pembimbing : Drs. Artono, M.Hum
Pada masa Kerajaan Majapahit penguasa berlomba-lomba menyumbangkan candi di Komplek Candi Penataran hingga mmenjadi Komplek Candi terbesar di Jawa Timur masa kini. Eksistensi Candi Penataran tercatat dalam naskah-naskah kuno sebagai pusat keagamaan dan mandala kadewaguruan. Kitab Negarakertagama menuliskan kunjungan Hayam Wuruk ke Palah untuk melakukan puja kepada Bhatara i Palah dan berziarah. Candi Penataran berdiri di atas tanah sima dan berkembang dari dana sumbangan pengunjung yang datang dari berbagai negara. Ramai dan riuhnya suasana tercatat dalam catatan pengelana Sunda. Di akhir Majapahit, Penataran tetap berdiri tanpa bantuan dari penguasa yang hampir runtuh. Melalui metode penelitian sejarah didapatkan data dan sumber-sumber artefactual maupun non artefactual untuk mengetahui kondisi dan aktivitas di sekitar Candi Penataran pada masa akhir Kerajaan Majapahit. Naskah Bujangga Manik menyiratkan suasana ramai di Candi Penataran dengan kegiatan ziarah dan pendidikan pada akhir abad XV Masehi. Candi Penataran perlahan surut dan ditinggalkan oleh pengikutnya seiring dengan ekspansi dari Kerajaan Islam Demak di Blitar yang dipimpin oleh Sultan Trenggana. Hingga pada akhir abad XVI Masehi Candi Penataran runtuh menyusul Kerajaan Majapahit akibat tertimbun material letusan Gunung Kelud.
Kata Kunci: Candi Penatara, Aktivitas Masyarakat, Masa Akhir Majapahit
ABSTRACT
Student Number : 17040284074
Study Program : S1 Pendidikan Sejarah
Major : Pendidikan Sejarah
Faculty : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Institution Name : Universitas Negeri Surabaya
Advisor : Drs. Artono, M.Hum
During the Majapahit era, the kings competed to donate temples to the Penataran Temple so that it became the largest temple in East Java today. The existence of the Penataran Temple is recorded in ancient texts as a religious center and mandala kadewaguruan. The Negarakertagama write about Hayam Wuruk’s visit to Palah to perform puja to the Bhatara i Palah and make a pilgrimage. Penataran Temple was built on sima land and developed from funds donated by visitors who came from various countries. The busy and boisterous atmosphere was recorded in Sundanese travelers noted. At the end of the Majapahit era, Penataran remained standing without help from the king who was almost collapsing. Using historical research methods, artefactual and non-artefactual data and sources were obtained to determine the conditions and activities around the upgrading temple during the late Majapahit period. The Bujangga Manik manuscript implies a bustling atmosphere at the Penataran Temple with pilgrimage and educational activities at the end of the 15th century AD. Penataran Temple slowly receded and was abandoned by its followers along with the expansion of the Islamic kingdom of Demak in Blitar led by Sultan Trenggana. Until the end of the 16th century AD, the Penataran temple collapsed following the Majapahit kingdom due to being buried by material from the eruption of Mount Kelud.
Keyword: Penataran Temple, community activities, the end of Majapahit