Pengaruh Tingkat Kebisingan Kereta Api terhadap Upaya Adaptasi Masyarakat di Kawasan Pemukiman Kumuh Kota Surabaya

The Impact of Railway Noise Level on Community Adaptation Efforts in The Slum Areas of Surabaya

Salah satu permasalahan di kota Surabaya adalah terdapatnya kawasan kumuh padat penduduk dengan bangunan illegal diatas lahan milik PT. Kereta Api Indonesia. Pemukiman yang dimaksud adalah pemukiman kumuh yang dibangun di sepanjang bantaran rel kereta api lintas stasiun pasar turi menuju stasiun kalmias dan sebaliknya. Pemukiman tersebut tidak dapat di katakana sebagai pemukiman yang nyaman dan aman karena hanya berjarak 1-2 meter dengan rel kereta api secara langsung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1). Tingkat kebisingan kereta api, 2). Tindakan masyarakat dalam mengantisipasi kebisingan kereta api. 3). Sebaran kebisingan menggunakan peta.

Penelitian ini merupkan penelitian kuantitatif deskriptif dengan metode survey lapangan. Pengukuran kebisingan dilakukan untuk mengukuran kebisingan pada siang hari (Ls), malam (Lm), dan siang malam (Lsm). Pengukuran kebisingan kereta api menggunakan alat bantu yaitu sound level meter sehingga pengukuran kebisingan dapat dikatakan akurat. Metode angket juga digunakan untuk mengetahui persepsi masyarakat mengenai kenyaman tinggal di bantaran rel kereta api.

Hasil Penelitian menunjukkan 1). tingkat kebisingan tertinggi yaitu pada pengukuran kebisingan siang malam (Lsm) dengan tingkat kebisingan sebesar 102,88 dB (A), kemudian kebisingan malam sebesar 101,52 dB (A) dan kebisingan siang sebesar 98,28 dB (A). Adapun gangguan kebisingan lainnya yaitu sebesar 73,4 dB (A) yang berasal dari gudang peti kemas dan bengkel truk milik PT. Sinar Bina Amityyang berada di belakang pemukiman. 2). Antisipasi masyarakat dalam mengurangi kebisigan dilakukan dengan cara yang belum efektif yaitu dengan menutup pintu dan jendela yang berdampak pada pemenuhan udara bersih dalam rumah.Upaya adaptasi masyarakat yaitu keterpaksaan tinggal dengan faktor tingginya harga dan tidak adanya lahan untuk relokasi dan hidup berdampingan dengan bising, geteran kereta api bahkan bahaya dari kecelakaan kereta api. Persepsi masyarakat diperoleh angka ketidaknyaman sebesar 92% warga menyatakan tidak nyaman tinggal di bantaran rel kereta api.

One of the problems in the city of Surabaya is the presence of densely populated slums with illegal buildings on land owned by PT.  Kereta Api Indonesia.  The settlement in question is a slum area that was built along the railroad crossing the Pasar Turi station to the Kalimas station. The settlement can't be declare to be a comfortable and safe settlement because it is only 1-2 meters away by railroad tracks directly.  This study aims to find out 1). Train noise levels, 2). Community actions in anticipation of train noise.  3). Noise distribution by maps.

This research is a descriptive quantitative research with a field survey method.  Noise measurements are made to measure noise during the day (Ls), night (Lm), and day-night (Lsm).  Measurement of train noise using a measuremnet tool that is the sound level meter so that noise measurements can be accurate.  The questionnaire method is also used to determine people's perceptions about the comfort of living on the railroad tracks.

    The results showed 1). the highest noise level was the measurement of daytime noise (Lsm) with a noise level of 102.88 dB (A), then the night noise of 101.52 dB (A) and day noise of 98.28 dB (A). The other noise disturbances were 73.4 dB (A) from the container warehouse and truck repair shop owned by PT.  Sinar Bina Amity which is behind the settlement. 2). Society anticipation in reducing noise is done in a way that has not been effective, namely by closing doors and windows that have an impact on the fulfillment of clean air in the home. Society adaptation efforts are forced to stay with the high price factor and the absence of land for relocation and coexistence with noise, trains  fire even the danger of a train accident.  Public perception shows that the inconvenience rate of 92% of residents stated that they are not comfortable to living on the railroad tracks.