BEDHAYA BEDHAH MADIUN: ROMANTISME DAN LEGITIMASI PENGUASA PURO MANGKUNEGARAN (1939-2020)
BEDHAYA BEDHAH MADIUN: ROMANTISM AND LEGITIMATION OF THE LEADERS OF PURO MANGKUNEGARAN (1939-2020)
Puro Mangkunegaran sebagai salah satu pusat kebudayaan di Jawa memiliki banyak produk kesenian dan budaya yang diproduksi dan dilestarikan sebagai bentuk kuasa atas pusat pengembangan budaya Jawa. Repertoar tari Bedhaya merupakan salah satu tari yang menjadi struktur tataran tari yang cukup tinggi dan sakral dalam tataran tari di Jawa. Salah satu repertoar tari tersebut adalah Tari Bedhaya Bedhah Madiun. Tari ini berkembang dan menjadi salah satu tarian yang cukup populer yang berasal dari Kasulthanan Yogyakarta dengan nama Bedhaya Gandakusuma nama ini berasal dari nama iringan tari. Tari Bedhaya Bedhah Madiun sendiri yang memiliki dinamika sejarah dan perkembangan yang cukup panjang di dalam Puro Mangkunegaran. Dalam penelitian ini untuk menguraikan sejarah atau perjalanan kisah dari tari Bedhaya Bedhah Madiun di Puro Mangkunegaran maka dalam penelitian ini menggunakan metodologi penelitian sejarah dengan melakukan segenap kajian pustaka kesejarahan dengan mengkombinasikan beberapa pengembangan teori budaya serta semiotik guna menguraikan sejarah dan makna filosofis serta perkembangan tari ini. Dalam reproduksi dan rekonstruksi yang menyusun tari Bedhaya Bedhah Madiun banyak mengalami dinamika perkembangan zaman. Romantisme dari penggambaran tari yang teraktualisasikan dalam bentuk ragam gerak tari serta kisah yang menyertai tari ini memberikan gambaran tentang bagaimana arti sebuah perjuangan dan juga pengorbanan melalui bentuk rasa cinta kasih. Suatu tarian juga menjadi alat bagi seorang penguasa untuk melanggengkan atau melegitimasi kekuasaannya. Dinamika zaman yang menuntut dan memberikan batasan ruang gerak dalam berkesenian juga sempat menjadi faktor yang memengaruhi perkembangan dari tari ini. Namun upaya-upaya dari para penguasa Puro Mangkunegaran akhirnya dapat melanggengkan dan senantiasa menghidupi nafas-nafas kesenian tari termasuk tari Bedhaya Bedhah Madiun ini.
Kata Kunci: tari Bedhaya, Bedhaya Bedhah Madiun, historiografi, kebudayaan, Puro Mangkunegaran
Puro Mangkunegaran as one of the cultural center in Java has many artistic and cultural products that are produced and preserved as form of power over the center of Javanese cultural development. The Bedhaya Dance is one of a repertoire is one of the dances which is a dance strukture that is high and sacred dance level in Java. One of the dance repertoire is the Bedhaya Bedhah Madiun Dance, which has long history and dynamical development. This dance developed and became one of most popular dance from Kasulthanan Yogyakarta with the name Bedhaya Gandakusuma, this name comes from the name of the dance accompaniment. The Bedhaya Bedhah Madiun dance itself has quite a long history and development dynamics in Puro Mangkunegaran. In this research, to explain the history or story of Bedhaya Bedhah Madiun Dances in Puro Mangkunegaran, this research uses ahistorical resesearch methodology by carrying out an entire historical literature review and the development of cultural theory and semiotics to explain the history and philosophical meaning and development of this dance. In the reproduction and reconstruction that makes up the Bedhaya Bedhah Madiun experiences many dynamics of develeopments over time. The romanticism of the dance depiction which is actualized in the form of vatious dance movements and the story that accompanies this dance provides an illustration of the meaning of struggle and sacrifice through a from of love. A dance is also toll for a ruler to prepetuate or legitimize his power. The dynamics of the times that demand and provide limited sace for movement in art have also been a factor that influenced the development of this dance. However, the efforts of the rulers of Puro Mangkunegaran were finally able to perpetuate and always support the breath of the dance arts, including the Bedhaya Bedhah Madiun dance.
Keywords : Bedhaya Dance, Bedhaya Bedhah Madiun, Historiography, Culture Puro Mangkunegaran, Bedhaya Bedhah Madiun, bedhaya