PERANCANGAN MAINAN 'JAWADWIPA CUBE' UNTUK MENGENALKAN PAKAIAN ADAT KELAS 1-2 SD
DESIGNING A 'JAWADWIPA CUBE' TOY TO INTRODUCE TRADITIONAL CLOTHING FOR GRADES 1-2 ELEMENTARY SCHOOLS
Pulau Jawa sebagai pusat kebudayaan, menghadapi tantangan dalam menjaga keberagaman budaya di kalangan generasi muda, khususnya di kota-kota besar. Keberagaman nasional sedang terancam oleh tren kebudayaan asing dan dominasi permainan online. Untuk mengurangi dampak negatif tersebut, pentingnya pendidikan budaya sejak masuk Sekolah Dasar, dengan fokus pada pengenalan literasi budaya dan kewargaan seperti tentang pakaian adat.
Pengumpulan data untuk perancangan mengambil sampel SDN Mojo III di Surabaya kelas 1A dan 2C dengan memberikan mainan kubus kayu. Proses yang dilakukan ialah observasi ketika bermain dan berinteraksi bersama anak, memperhatikan anak dalam memilih warna, dan mengamati proses belajar.
Anak-anak menyukai ilustrasi kartun dan warna cerah untuk mainan. Waktu belajar setelah jam istirahat di sekolah mempengaruhi anak dalam menerima ilmu. Interaksi dengan teman sebaya dan guru menjadi saran interaktif dan edukatif bagi anak-anak dalam belajar. Dengan melibatkan mainan kayu kubus anak-anak belajar mengamati, menyusun, dan menyelesaikan masalah dengan imajinasi masing-masing untuk mencapai tujuan yaitu mendapatkan gambar ilustrasi yang benar.
Anak kelas 1 dan 2 SD yang sedang mengalami transisi dari bermain ke belajar perlu dibimbing ketika bermain Jawadwipa Cube. Dengan pendampingan orang tua atau guru, mainan ini membantu anak-anak mempelajari tentang pakaian adat sambil bermain. Kartu deskripsi digunakan sebagai sarana pembelajaran melalui bentuk diskusi yang dilakukan anak dengan teman sebayanya. Anak juga semakin memahami kebudayaan Nusantara dan belajar menghargai perbedaan.
Java, as a cultural center, faces challenges in maintaining cultural diversity among the younger generation, especially in big cities. National diversity is being threatened by foreign cultural trends and the dominance of online games. To mitigate these negative impacts, it is important to provide cultural education since elementary school, with a focus on introducing cultural literacy and citizenship such as traditional clothing.
Data collection for the design took the sample of SDN Mojo III in Surabaya classes 1A and 2C by providing wooden cube toys. The process carried out is observation when playing and interacting with children, paying attention to children in choosing colors, and observing the learning process.
Children like cartoon illustrations and bright colors for toys. Learning time after recess at school affects children's ability to receive knowledge. Interaction with peers and teachers is an interactive and educational tool for children to learn. By involving wooden cube toys, children learn to observe, arrange, and solve problems with their own imagination to achieve the goal of getting the correct illustration picture.
Grade 1 and 2 elementary school children who are experiencing the transition from playing to learning need to be guided when playing Jawadwipa Cube. With the assistance of parents or teachers, this toy helps children learn about traditional clothing while playing. Description cards are used as a means of learning through the discussions that children have with their peers. Children also increasingly understand the culture of the archipelago and learn to appreciate differences.