“UNGKAPAN TRANCE DALAM TARI “NGALAP” MELALUI DANCE FILM”
“TRANCE EXPRESSION IN “NGALAP” DANCE THROUGH DANCE FILM”
Fenomena yang diangkat dalam karya tari “Ngalap” yaitu trance dalam kesenian jaranan sebagai keadaan hilang sadar sehingga tidak dapat mengontrol dirinya. Ketika mengalami trance manusia tersebut terhuyung-huyung, timbul gerak-gerak tanpa sadar karena tidak dapat mengendalikan dirinya. Keadaan tersebut merupakan daya tarik koreografer untuk diungkap ke dalam karya tari “Ngalap” menurut koreografer trance juga dijumpai pada kehidupan manusia yaitu pada saat manusia bergerak dan melakukan sesuatu tanpa sadar di sebabkan emosi, nafsu, dan sesuatu yang berlebihan sehingga membuat manusia hilang sadar tidak kontrol terhadap dirinya. Karya tari “Ngalap” terdapat dua fokus karya pertama fokus isi tentang trance sebagai keadaan hilang sadar dan tidak dapat mengontrol dirinya dan fokus bentuk yang disajikan kedalam bentuk dance film.
Karya tari “Ngalap” menggunakan beberapa teori dan referensi karya terdahulu sebagai pijakan pada proses karya tari ini, teori yang digunakan yaitu teori koreografi Sal Murgiyanto, elemen dasar komposisi tari La Mery, teori konstruksi Jacqueline Smith, dan teori film Himawan Pratista. Karya-karya tari yang relevan juga menjadi referensi yaitu karya tari “To Dust” Koreografer mike tyus, karya tari “conspiracy of silence” korografer Michael Rynia, karya tari “Set-I” koreografer Michael Rynia.
Pendekatan penciptaan karya tari “Ngalap” menggunakan metode konstruksi Jaqueline Smith dengan melalui beberapa tahapan yaitu menentukan rangsang awal, tipe tari, metode penyajian, motif, eksplorasi, improvisasi, seleksi, evaluasi, dan penghalusan. Selanjutnya penyusunan konsep karya tari “Ngalap” dengan tema trance sebagai keadaan hilang sadar sehingga tidak dapat mengontrol dirinya dan berjudul “Ngalap”. Karya tari ini terdiri dari lima adegan yaitu adegan intro, adegan satu, adegan dua, adegan tiga, dan ending. Karya tari “Ngalap” menggunakan tipe dramatik dengan mode penyajian simbolis gerak yang digunakan gerak lepas dan olah tubuh yang dikembangkan melalui eksplorasi dan improvisasi, adapun unsur pendukung tari “Ngalap” yaitu properti, tata pentas, tata cahaya, iringan tari, dan tata rias busana. Karya tari ini disajikan ke dalam bentuk dance film dengan memperhatikan teknik-teknik konsep film seperti teknik sinematografi, dan teknik editing.
Deskripsi karya tari “Ngalap” pertama pada setiap alur atau adegan menonjolkan tanjakan emosi dan suasana yang bervariasi. Gaya dan teknik gerak yang digunakan merupakan hasil eksplorasi gerak-gerak lepas, rileks, dan gerak olah tubuh yang dikembangkan, tata rias yaitu tanpa make up wajah dan memakai busana celana jeans berwarna hitam, properti yang digunakan yaitu anglo, kuda lumping, dan dupa sebagai penunjang konsep trance. Tata pentas yang digunakan dari alam yaitu bukit gunung kapur dan buatan yaitu gedung tua, tata pencahayaan bersumber dari matahari dan cahaya buatan dari lampu sepeda motor. Iringan tari “Ngalap” menggunakan iringan editing dengan jenis musik tradisional dan modern. Karya tari “Ngalap” ditampilkan dalam bentuk dance film, dengan teknik sinematografi yang terdiri dari penataan angle camera, penentuan framing, penentuan gerak kamera, penambahan efek visual pada saat editing video, penataan unsur teknik sinematografi tersebut dapat membantu koreografer untuk membangun kekuatan dan suasana serta menyampaikan isi dan makna dari konsep trance sebagai keadaan hilang sadar sehingga tidak dapat mengontrol dirinya.
Karya tari “Ngalap” memiliki tema trance sebagai keadaan manusia hilang sadar sehingga tidak dapat mengontrol dirinya yang disajikan dalam bentuk dance film, dance film dalam karya ini berperan sebagai ruang baru bagi koreografer untuk menyampaikan makna dan mengekspresikan karya tari “Ngalap” , melalui dance film kekuatan dari karya ini dapat dibangun dan film sebagai nyawa dari karya tari “Ngalap” sehingga melalui film karya ini dapat di nikmati masyarakat luas.
Kata Kunci: Trance, “Ngalap”, Dance Film
The phenomenon that is raised in the dance work "Ngalap" is trance in the art of jaranan as a state of loss of consciousness so that it cannot control itself. When experiencing a trance, the human staggers, unconscious movements arise because they cannot control themselves. This situation is the choreographer's attraction to be revealed into the dance work "Ngalap" according to the trance choreographer, it is also found in human life, namely when humans move and do something unconsciously caused by emotions, lust, and something excessive that makes humans lose conscious and not control. against him. The dance work "Ngalap" has two focuses. The first focuses on the content of trance as a state of being lost and unable to control oneself and focusing on the form presented in the form of a dance film.
The dance work "Ngalap" uses several theories and references to previous works as a foothold in the process of this dance work, the theories used are Sal Murgiyanto's choreography theory, the basic elements of La Mery dance composition, Jacqueline Smith's construction theory, and Himawan Pratista's film theory. Relevant dance works are also references, namely the dance work "To Dust" by choreographer mike tyus, dance work "conspiracy of silence" by chorographer Michael Rynia, dance work "Set-I" by choreographer Michael Rynia.
The approach to the creation of the dance work "Ngalap" uses the Jaqueline Smith construction method by going through several stages, namely determining the initial stimulus, dance type, presentation method, motif, exploration, improvisation, selection, evaluation, and refinement. Furthermore, the drafting of the concept of the dance work "Ngalap" with the theme of trance as a state of loss of consciousness so that he cannot control himself and entitled "Ngalap". This dance work consists of five scenes, namely the intro scene, scene one, scene two, scene three, and ending. The dance work "Ngalap" uses a dramatic type with a symbolic presentation mode of motion that uses loose motion and body work developed through exploration and improvisation, while the supporting elements for the "Ngalap" dance are property, stage, lighting, dance accompaniment, and fashion make-up. . This dance work is presented in the form of a dance film by paying attention to film concept techniques such as cinematography techniques, and editing techniques.
The description of the first “Ngalap” dance work in each plot or scene highlights the emotional inclination and varied atmosphere. The style and movement technique used is the result of the exploration of loose, relaxed, and developed body movements, the make-up is without facial make-up and wearing black jeans, the properties used are brazier, Kuda Lumping, and incense as supporting the trance concept. The stage layout used was natural, namely limestone hills and artificial ones, namely old buildings, lighting system sourced from the sun and artificial light from motorcycle lamps. The "Ngalap" dance accompaniment uses editing accompaniment with traditional and modern types of music. The dance work "Ngalap" is shown in the form of a dance film, with cinematographic techniques consisting of camera angle arrangement, framing determination, camera motion determination, addition of visual effects during video editing, arrangement of elements of cinematographic techniques that can help choreographers to build strength and atmosphere as well as convey the content and meaning of the concept of trance as a state of loss of consciousness so that it cannot control itself.
The dance work "Ngalap" has a trance theme as a condition of humans losing consciousness so they cannot control themselves which is presented in the form of a dance film, the dance film in this work acts as a new space for choreographers to convey meaning and express the dance work "Ngalap", through dance films. The strength of this work can be built and the film is the soul of the dance work "Ngalap" so that through the film this work can be enjoyed by the wider community.
Keywords: Trance, “Ngalap”, Dance Film