STRATEGI KELUARGA MISKIN SEBAGAI DEBITUR DALAM MENGHADAPI TAGIHAN BANK THITIL
(Studi di Desa Latsari Kecamatan Bancar Kabupaten Tuban)
Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah serius yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat. Kondisi kemiskinan mengakibatkan seseorang atau kelompok masyarakat tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, kesehatan, dan pendidikan. Salah satu dampaknya adalah terbatasnya akses terhadap layanan keuangan formal, seperti pinjaman dari bank, karena banyak keluarga miskin tidak memenuhi persyaratan yang diperlukan. Akibatnya, mereka cenderung mengandalkan pinjaman dari lembaga keuangan informal, seperti bank "thitil", meskipun dengan risiko bunga yang tinggi. Hal ini dapat memperburuk kondisi ekonomi mereka dan menjebak mereka dalam lingkaran utang yang sulit untuk keluar. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis strategi resistensi yang digunakan oleh keluarga miskin di Desa Latsari, Kecamatan Bancar, Kabupaten Tuban dalam menghadapi tagihan dari bank thitil. Bank thitil adalah istilah lokal untuk pemberi pinjaman informal dengan bunga tinggi, yang sering kali menjadi pilihan bagi keluarga miskin yang kesulitan mengakses pinjaman dari lembaga keuangan formal. Menggunakan teori resistensi James C. Scott, penelitian ini mengeksplorasi bentuk-bentuk perlawanan sehari-hari yang diterapkan oleh keluarga miskin terhadap tekanan finansial yang mereka hadapi. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus kualitatif, dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan analisis dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga miskin di Desa Latsari menggunakan berbagai strategi resistensi untuk menghadapi tekanan dari tagihan bank thitil. Strategi-strategi ini meliputi negosiasi perpajangan waktu pelunasan, bersembunyi di dalam rumah, bersembunyi di rumah tetangga, bersembunyi di rumah saudara yang jauh, dan bersembunyi di ladang atau sawah. Beberapa keluarga juga mencoba bernegosiasi ulang dengan pemberi pinjaman untuk memperpanjang jangka waktu pembayaran atau mengurangi jumlah bunga yang harus dibayar. Temuan ini mengindikasikan bahwa meskipun terjebak dalam jeratan utang dengan bunga tinggi, keluarga miskin menunjukkan bentuk-bentuk resistensi tersembunyi yang mencerminkan kemampuan adaptasi dan kreativitas mereka dalam mencari solusi. Namun, solusi ini sering kali bersifat sementara dan tidak menyentuh akar permasalahan, yaitu akses ke sumber pendanaan yang lebih adil dan berkelanjutan. Penelitian ini menyarankan perlunya intervensi kebijakan yang lebih mendalam untuk menyediakan akses kredit yang lebih adil bagi keluarga miskin dan mengurangi ketergantungan mereka pada bank thitil.
Kata Kunci: keluarga miskin, bank thitil, debitur, negosiasi, strategi resistensi.
Poverty in Indonesia is a serious problem that affects various aspects of people's lives. Poverty conditions result in a person or community group not having sufficient resources to fulfill their basic needs such as food, clothing, shelter, health and education. One impact is limited access to formal financial services, such as loans from banks, because many poor families do not meet the necessary requirements. As a result, they tend to rely on loans from informal financial institutions, such as "thitil" banks, even though they carry high interest risks. This can worsen their economic conditions and trap them in a cycle of debt that is difficult to get out of. This research aims to identify and analyze the resistance strategies used by poor families in Latsari Village, Bancar District, Tuban Regency in facing bills from Titil Bank. Titil bank is a local term for informal high-interest lenders, which are often the choice for poor families who have difficulty accessing loans from formal financial institutions. Using James C. Scott's theory of resistance, this research explores the daily forms of resistance applied by poor families to the financial pressures they face. The research method used is a qualitative case study, with data collection techniques through in-depth interviews, participant observation and document analysis. The research results show that poor families in Latsari Village use various resistance strategies to face the pressure of thitil bank bills. These strategies include negotiating an extension of the repayment period, hiding in the house, hiding in a neighbor's house, hiding in a distant relative's house, and hiding in the fields or rice fields. Some families are also trying to renegotiate with lenders to extend repayment terms or reduce the amount of interest they have to pay. These findings indicate that despite being trapped in debt traps with high interest rates, poor families show hidden forms of resistance that reflect their adaptability and creativity in finding solutions. However, these solutions are often temporary and do not address the root of the problem, namely access to fairer and more sustainable funding sources. This research suggests the need for deeper policy interventions to provide fairer access to credit for poor families and reduce their dependence on thitil banks.
Keywords: poor family, thitil bank, debtor, negotiation, resistance strategy.