Perjuangan Melawan Diskriminasi dalam Antologi Puisi Riwayat Timur Karya Dedi Lolansolot
The Struggle Against Discrimination in The Poetry Anthology Riwayat Timur by Dedi Lolansolot
Kata Kunci: diskriminasi, perlawanan, Riwayat Timur, Dedi Lolansolot, semiotika Riffaterre
Penelitian ini berangkat dari fenomena diskriminasi yang diangkat dalam antologi Riwayat Timur karya Dedi Lolansolot. Nyatanya dalam realitas sosial, isu-isu seperti ini tidak banyak diperbincangkan. Seperti halnya generasi muda yang telah mengalami degradasi kepekaan dalam melihat kondisi atau isu-isu mengenai praktik diskriminasi yang tengah terjadi di Indonesia, penyair mencoba merekonstruksi apa yang menggerus keberanian generasi muda untuk menulis atau sekedar berbicara tentang kebenaran melalui puisi-puisinya. Puisi semacam ini menjadi penting untuk menghadirkan konteks pandangan dunia dan suara-suara yang tidak banyak terdengar khususnya dalam diskusi sastra. Minimnya kajian tentang topik seperti ini terutama melalui pendekatan komputasional, menjadikan penelitian ini hadir secara langsung melakukan advokasi atas kondisi soial budaya yang terpinggirkan dalam tatanan sosial masyarakat Indonesia sekaligus mengembangkan penelitian sastra digital. Penelitian dengan judul “Perjuangan Melawan Diskriminasi dalam Antologi Puisi Riwayat Timur Karya Dedi Lolansolot” ini bertujuan untuk mendeksripsikan praktik diskriminasi serta perjuangan ‘mereka’ yang tertindas melalui perlawanannya. Penelitian campuran ini menggunakan metode komputasional untuk menemukan frekuensi kata paling tinggi sebagai kata kunci penyair, serta pendekatan semiotis menggunakan semiotika Michael Riffaterre untuk menggali makna-makna yang terkandung di dalam puisi. Sumber data yang digunakan peneliti berupa teks yang mencakup keseluruhan puisi dalam antologi puisi Riwayat Timur karya Dedi Lolansolot. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini, puisi-puisi paling representatif secara keseluruhan mengandung matriks yang menggambarkan praktik diskriminasi yang menindas masyarakat Indonesia Timur. Berdasarkan hasil temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa melalui kata kunci ‘kau’, penyair melakukan perlawanannya secara tertutup kepada para pembacanya untuk memantik kesadaran baik kesadaran individu maupun kesadaran kolektif melalui ruang-ruang diskusi sastra.
Keywords: discrimination, resistance, Riwayat Timur, Dedi Lolansolot, Riffaterre’s semiotics
This research departs from the phenomenon of discrimination raised in the anthology Riwayat Timur by Dedi Lolansolot. In fact, issues like thiss are not discussed mucch in the social. As the younger generation has experienced a degradation of sensitivity in seeing conditions or issues regarding discriminatory practices that are happening in Indonesia, poets try to reconstruct what erodes the courage of the younger generation to write or just speak the truth through poetry. This kind of poetry is important to present the context of worldviews and voices that are not heard much, especially in literary discussions. The lack of studies on topics like this, especially through a computational approach, makes this research present directly to advocate for marginalized socio-cultural conditions in the social order of Indonesian society while developing digital literary research. The research titled “The Struggle Against Discrimination in the Poetry Anthology Riwayat Timur by Dedi Lolansolot” aims to describe the practice of discrimination and the struggle of 'those' who are oppressed through their resistance. This mixed research uses the computational method to find the highest frequency of words as the poet's keywords, as well as a semiotic approach using Michael Riffaterre's semiotics to explore the meanings contained in the poems. The data source used by the researcher is a text that includes all the poems in the poetry anthology Riwayat Timur by Dedi Lolansolot. The results obtained from this study show that the most representative poems overall contain a matrix that describes the discriminatory practices that oppress the people of Eastern Indonesia. Based on the findings, it can be concluded that through the keyword 'you', the poet conducts his resistance behind closed doors to his readers to ignite both individual and collective consciousness through literary discussion spaces.