PERJAMUAN MAKAN DI KERATON YOGYAKARTA MASA PEMERINTAHAN SULTAN HAMENGKU BUWONO VIII
BANQUETS OF YOGYAKARTA PALACE IN SULTAN HAMENGKU BUWONO VIII GOVERNMENT ( 1921-1939)
ABSTRAK
PERJAMUAN MAKAN DIKERATON YOGYAKARTA
MASA PEMERINTAHAN SULTAN HAMENGKU BUWONO VIII
Nama : Nur Fitri Amanah
NIM : 13040284053
Program Studi : S-1
Jurusan : Pendidikan Sejarah
Fakultas : Ilmu Sosial dan Hukum
Nama Lembaga : Universitas Negeri Surabaya
Pembimbing : Dra. Sri Mastuti Purwaningsih, M.Hum.
Jamuan makan merupakan salah satu kebudayaan esensial yang diperlukan untuk kelangsungan hidup manusia. Budaya makan berkembang mulai dari kehidupan sehari- sehari hingga mejadi Identitas yang melekat dalam sebuah lingkungan masyarakat. Dalam acara jamuan makan dapat menampilkan gambaran citra diri yang pada dasarnya akan selalu dijaga dalam proses interaksinya dengan pengaruh Budaya luar.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah(1)Mengapa perjamuan makan di adakan oleh Raja di Keraton Yogyakarta? (2)Bagaimana pengaruh budaya Eropa dalam perjamuan makan resmi di Keraton Yogyakarta ?(3) Mengapa perjamuan makan menjadi identitas budaya Keraton Yogyakarta ?. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menjelaskan makna simbolik dalam acara perjamuan makan di Keraton Yogyakarta pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VIII (1921-1939). Metode yang digunakan adalah metode pendekatan sejarah yang meliputi tahapan heuristic lainya,kritik, interpretasi dan historiografi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, jamuan makan bukan hanya dijadikan kebutuhan biologis melainkan gambaran jati diri seseorang dalam kehidupan sosial masyarakat yang akan mempegaruhi konsepsi dan pandangan individu lain terhadap dirinya. Kesejajaran budaya yang ditampilkan dalam perjamuan makan dalam upaya menyejajarkan budaya yang dimiliki terhadap dominasi budaya kolonial yang mulai masuk dan memberikan pengaruh melalui proses mimikri . Makna simbolik yang ditunjukkan pada bukti visual atau fotografi juga menampilkan citra kemewahan serta menggambarkan posisi sosial politik yang didasarkan pada represntasi penciptaan ruang jamuan makan, pengadaan pesta gala dinner , menu, penyajian makan dan aturan tata letak posisi makan para tamu.
Kata kunci : Jamuan makan, Citra diri, Keraton
ABSTRACT
Name : Nur Fitri Amanah
Study program : S-1
Subject : Historical Education
Faculty : Social Sciences and Law
Name of Institution : Surabaya State University
Supervisor : Dra. Sri Mastuti Purwaningsih, M.Hum.
Banquets are one of the essential cultures needed for human survival. The culture of eating develops from everyday life to become an inherent identity in a community environment. In a banquet event can display a picture of self-image which basically will always be maintained in the process of interaction with the influence of outside culture.
The formulation of the problem in this study are (1) Why is a banquet held by the King at the Yogyakarta Palace? (2) What is the influence of European culture in the official banquet at the Yogyakarta Palace? (3) Why is the banquet a cultural identity of the Yogyakarta Palace? The purpose of this study was to explain the symbolic meaning of the banquet at the Yogyakarta Palace during the reign of Sultan Hamengku Buwono VIII (1921-1939). The method used is the historical approach method which includes other heuristic stages, criticism, interpretation and historiography.
The results of this study indicate that, banquets are not only used as biological needs but are a picture of one's identity in the social life of society that will affect the conceptions and views of other individuals towards him. Cultural identity displayed in a banquet in an effort to align the culture possessed against the dominance of colonial culture that began to enter and influence through the process of mimicry. The symbolic meaning shown in visual or photographic evidence also displays the image of luxury and illustrates the socio-political position based on the creation of a banquet hall, the provision of a gala dinner party, menus, serving meals and the layout rules of the guests' dining positions.
Keywords: Banquets, Self-image, Palace