WAYANG SEBAGAI REPRESENTASI KEHIDUPAN SOSIAL DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS
WAYANG AS THE REPRESENTATION OF SOCIAL LIFE IN CREATION OF ART PAINTING
Wayang kulit merupakan kesenian tradisional asli Indonesia yang berkembang pesat di Jawa dan Bali. Wayang merupakan akulturasi budaya Jawa dan Hindu. Dimainkan oleh seseorang yang disebut dalang. Wayang memiliki berbagai macam tokoh, karakter, serta cerita. Keberagaman tersebut dinilai sangat relevan apabila dikaitkan dengan keadaan saat ini. Cerita-cerita tersebut bisa menjadi representasi dari isu sosial yang terjadi saat ini. Isu sosial sendiri merupakan suatu masalah sosial yang timbul karena adanya perbedaan antara harapan dengan kenyataan. Berdasarkan pengalaman penulis melihat pergeseran budaya yang ada di lingkungannya, membuat penulis ingin mengembangkan kembali budaya tradisional wayang kulit kedalam bentuk lukisan bergaya ekspresif dengan mengangkat isu sosial yang sedang terjadi pada masyarakat.
Dalam penciptaan karya ini, penulis mengambil ide berdasarkan pengalaman serta observasi terkait wayang serta isu sosial yang terjadi di masyarakat. Dengan mendeformasikan tokoh menjadi figur wayang bergaya ekspresif-dekoratif menggunakan cat minyak dengan sapuan tebal. Referensi yang digunakan penulis adalah beberapa karya dari Nasirun, Joko Pekik dan Heri Dono. Dalam proses penciptaan karya ini penulis memiliki beberapa tahap antara lain tahap persiapan, tahap mengimajinasi, tahap pengembangan. Membuat 4 karya menggunakan media kanvas, dengan masing-masing karya berjudul “The Birth Of Dasamuka” 80 cm x 140 cm, yang merupakan respon penulis terkait demo seniman yang terjadi di masa pandemi. “Golgota 2” 120 cm x 150 cm, menggambarkan suasana penyaliban Yesus untuk menghapus dosa umat manusia, sebagai respon dari banyaknya manusia yang kurang bersyukur atas nikmat yang Tuhan berikan. “Rahwana Melawan Jatayu” 100 cm x 130 cm, sebagai respon kasus seseorang yang mengambil kekasih orang lain. “Sengkuni Jadi Dalang, Semar Jadi Murka” 100 cm x 130 cm, menceritakan tentang banyaknya orang licik yang jadi penguasa. Penciptaan karya ini memiliki tujuan antara lain: mengembangkan kesenian wayang kulit menjadi bentuk lukisan bergaya ekspresif-dekoratif, mengeksplor bentuk serta cerita wayang dan dikaitkan dengan isu sosial saat ini, menambah wawasan, serta sebagai bentuk upaya penulis dalam melestarikan kesenian wayang kulit. Adapun beberapa manfaat dari penciptaan karya ini seperti, menambah kreatifitas penulis dalam mengeksplor bentuk wayang kulit, menjadi refleksi bagi masyarakat terkait isu sosial yang sedang terjadi, serta edukasi akan pentingnya pelestarian kesenian tradisional khususnya wayang kulit.
Kata Kunci : Wayang kulit, isu sosial, lukis ekspresif-dekoratif
Wayang Kulit is one of Indonesia’s origin traditional art which had grown rapidly in Java and Bali. Wayang is a culture acculturation of both Javanese and Hinduism. The puppet is commonly known to be played by the person called Dalang. Wayang itself has a various figure, character and story. This variousity then became relevant to this day. The stories that are being performed in wayang represents the social issue of the present time. Social issue is a problem arise in society over the difference between hope and reality. Based on the writer’s experience upon witnessing the cultural shift happened in his surroundings leads the writer to develop the traditional culture of wayang kulit into the form of exspressive painting that brings up the today’s social issue among the society.
In the process of creating this work of art, the writer has taken an idea based on experience as well as observation study among society. The writer uses deformation in order to create a figure into an expressive-decorative wayang figure using oil paint with bold strokes. The artwork of Nasirun, Joko Pekik and Heri Dono are used as a references of this study. There are several steps in order to create this work of art, the first step is preparation, the second is the part of imagining the artwork and lastly, the development. Creating four work of art using canvas as the media with each works to be titled as “The Birth of Dasamuka” 80 cm x 40 cm as the writer’s response of artist’s protest during the recent pandemic, “Golgota 2” 120 cm x 150 cm illustrates the crucifixion of Jesus to erase mortal’s sin as a response for so many ungrateful human over the favor of God, “Rahwana Melawan Jatayu” 100 cm x 130 cm as a response over the case of someone taking away someone else’s lover, lastly, “Sengkuni Jadi Dalang, Semar Jadi Murka” 100 cm x 130 cm illustrates about sly people who thirsts over position. The purpose of creating these artworks are to develop the art of wayang kulit into expressive-decorative painting, exploring the shape and story of wayang kulit then associating it with today’s social problems, adding some additional insight for the writer as well as the writer’s effort to conserve the art of wayang kulit. As for some of the benefits of the art creating, it benefits the writer creativity in exploring types of wayang kulit, this can also be a reflection for society regarding the social issue that happens nowadays as well as to educate the importance to conserve traditional art especially wayang kulit.
Keywords: wayang kulit, social issue, expressive-decorative painting