SPACE AND CULTURE OF PAUSE WEDDING IN DEMPO TIMUR VILLAGE PASEAN SUBDISTRICT PAMEKASAN CITY OF MADURA
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Ruang dan Kultur akabin ngodâ yang dilakukan oleh anak anak perempuan dan laki-laki di Desa Dempo Timur. Penelitian ini dianalisis menggunakan teori fenomenologi Alfred Scuzt. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain penelitian fenomenologi. Informan dalam penelitian ini sejumlah Sepuluh orang yang dipilih dengan menggunakan teknik Snowball Sampling. Data dikumpulkan dengan cara wawancara mendalam semi terstruktur. Lokasi penelitian Ini berada di Desa Dempo Timur Kecamatan Pasean Kabupaten Pamekasan Madura. Informan dalam penelitian ini adalah Moddhin,anak anak dan Orang Tua. Teknik analisis data dimulai reduksi data, penyajian data, selanjutnya penarikan kesimpulan. Teknik keabsahan dalam penelitian ini adalah trianggulasi sumber. Hasil penelitian ini menujukkan masyarakat enggan untuk mengurus dispensasi kawin dan memilih untuk menunggunya sampai anak sudah mencapai umur 19 tahun.terjadinya akabin ngodâ sebagai salah satu adat yang mana memang mayoritas masyarakat menikah secara agama, masyarakat awak akan pengurusan dispensasi perkawinan serta tidak memiliki biaya untuk mengurusnya sehingga memilih untuk menunggu. Sedangkan dalam lingkup masyarakat sosial remaja harus mematuhi semua berdasarkan aturan dan ketentuan yang sudah ada di dalam masyarakat termasuk akabin ngodâ menjadi suatu tradisi.
This study aims to describe the Space and Culture of akabin ngodâ which was carried out by girls and boys in East Dempo Village. This research was analyzed using Rational Choice theory. This study uses a qualitative approach with phenomenological methods. The informants in this study were ten people selected using the Snowball Sampling technique. Data was collected by means of semi-structured in-depth interviews. The research location is in Dempo Timur Village, Pasean District, Pamekasan Regency, Madura. The informants in this study were Moddhin, children and parents. The data analysis technique starts with data reduction, data presentation, then draws conclusions. The validity technique in this research is source triangulation. The results of this study show that the community is reluctant to arrange a marriage dispensation and chooses to wait for it until the child reaches the age of 19. The occurrence of akabin ngodâ as one of the customs where the majority of people are married religiously, the community will arrange the marriage dispensation and do not have the funds to take care of it. so choose to wait. Meanwhile, within the scope of the social community, adolescents must obey everything based on the rules and regulations that already exist in society, including akabin ngodâ, which is a tradition.