KAJIAN AKTIVITAS KB PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI WILAYAH TERIMBAS LUMPUR LAPINDO DI KECAMATAN PORONG KABUPATEN SIDOARJO

STUDY OF FP ACTIVITIES IN FERTILIZED AGE COUPLE (FAC) IN LAPINDO LUMPUR LIMITED AREA IN PORONG, SIDOARJO 

Peristiwa lumpur lapindo tahun 2006 memberikan dampak kerusakan fasilitas kesehatan yang telah terendam lumpur. Pelayanan kesehatan pada tahun 2019 belum berfungsi dengan baik dikarenakan beberapa fasilitas kesehatan hilang pada beberapa desa sehingga terjadi penurunan jumlah PUS di Kecamatan Porong khususnya desa Mindi, Gedang, Pamotan, Reno dan Glagah Arum. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat aktivitas KB meliputi 1) riwayat penggunaan KB (jenis kontrasepsi yang digunakan, tempat memperoleh dan pemasangan alat kontrasepsi, dukungan pasangan) 2) pelayanan KB (biaya pelayanan KB dan kemudahan memperoleh alat kontrasepsi) 3) aksesibilitas (keberadaan tempat pelayanan KB, jarak dan waktu tempuh, biaya transportasi, dan kondisi medan) dan 4) sosialisasi KB masyarakat desa di wilayah terimbas lumpur lapindo di Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo tahun 2019.

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Lokasi penelitian ini terletak di wilayah yang terimbas luapan lumpur lapindo yang masih dihuni oleh masyarakatnya yakni desa Mindi, Gedang, Pamotan, Reno dan Glagah Arum. Populasi dalam penelitian ini yaitu PUS di wilayah terimbas lumpur lapindo di kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo sebesar 2644 orang. Sampel ditentukan dengan metode proporsional sampling sebesar 96 responden. Pengumpulan data menggunakan dokumentasi dan wawancara. Analisis data dengan deskriptif persentase.

Hasil penelitian aktivitas KB di desa yang terimbas lumpur lapindo 1) Riwayat pengguna KB di desa terimbas lumpur lapindo dengan jenis kontrasepsi yang digunakan adalah suntik dengan persentase 76%. Tempat memperoleh dan pemasangan alat kontrasepsi di dokter atau bidan praktek swasta dengan persentase 73% dan pasangan lebih memilih mendukung untuk ber KB dengan persentase 98%. 2) Pelayanan KB di bidang pembiayaan rata-rata sebesar Rp 51.000-100.000 dengan persentase 71% dan di bidang pelayanan alat kontrasepsi responden diberi kemudahan dalam memperolehnya dengan persentase 100%. 3) Aksesibilitas tempat pelayanan KB ada di sekitar tempat tinggal dengan waktu tempuh dengan waktu tempuh 11-20 menit dengan persentase 54%. Tempat tinggal dan tempat pelayanan KB jaraknya tidak begitu jauh sehingga tidak membutuhkan transportasi umum namun bisa diakses menggunakan kendaraan pribadi seperti motor atau mobil dengan persentase 50%. Kondisi jalan yang sudah baik dan mudah diakses dengan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi dengan persentase 98%. 4) Intensitas sosialisasi yang di lakukan oleh PLKB Kecamatan Porong adalah lebih dari 2 kali dalam setahun dengan persentase 67% 

The Lapindo mudflow incident in 2006 caused damage to health facilities that had been submerged in the mud. Health services in 2019 have not been functioning properly due to missing health facilities in several villages resulting in a decrease in the number of PUS in Porong District, especially Mindi, Gedang, Pamotan, Reno and Glagah Arum villages. This study aims to describe the level of family planning activities including 1) a history of family planning (the type of contraception used, where to obtain and install contraceptives, partner support) 2) family planning services (cost of family planning services and the ease of obtaining contraceptives) 3) accessibility (where family planning services, distance and travel time, transportation costs, and terrain conditions) and 4) socialization of family planning for village communities in areas affected by the Lapindo mudflow in Porong District, Sidoarjo Regency in 2019.

The type of research used is descriptive with a quantitative approach. The location of this research is located in an area affected by the Lapindo mudflow which is still inhabited by the community, namely the villages of Mindi, Gedang, Pamotan, Reno and Glagah Arum. The population in this research is PUS in the area affected by the Lapindo mudflow in Porong sub-district, Sidoarjo regency of 2644 people. The sample was determined by proportional sampling method of 96 respondents. Data collection using documentation and interviews. Data analysis with percentage descriptive.

Results of research on family planning activities in villages affected by Lapindo mudflow 1) History of family planning users in villages affected by Lapindo mud with the type of contraception used was injection with a percentage of 76%. The place for obtaining and installing contraceptives at doctors or private practice midwives with a percentage of 73% and couples prefer to support family planning with a percentage of 98%. 2) Family planning services in the financing sector an average of Rp. 51,000-100,000 with a percentage of 71% and in the field of contraceptive services, respondents are given easy access with a percentage of 100%. 3) Accessibility of family planning services is around the residence with a travel time of 11-20 minutes with a percentage of 54%. The residence and family planning service places are not so far away that they do not need public transportation but can be accessed using private vehicles such as motorbikes or cars with a percentage of 50%. The road conditions are already good and easily accessible by public transportation or private vehicles with a percentage of 98%. 4) The intensity of the socialization carried out by PLKB Porong District is more than 2 times a year with a percentage of 67%