Tradisi Ogoh-Ogoh di Desa Kalipait Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi (Kajian Foklor)
Ogoh-Ogoh Tradition in Kalipait Village Tegaldlimo Sub-district Banyuwangi Regency (Folklore Studies)
Kebudayaan Jawa merupakan salah satu bentuk folklor yang masih bertahan di tengah masyarakat hingga saat ini. Salah satu contohnya adalah Tradisi Ogoh-ogoh di Desa Kalipahit, Kecamatan Tegaldlimo, Kabupaten Banyuwangi, yang dilaksanakan setiap tahun pada Hari Raya Nyepi. Tradisi ini bertujuan untuk menghilangkan energi negatif, menyingkirkan roh jahat, dan memusatkan energi positif demi keharmonisan kehidupan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sejarah, makna, fungsi, kepercayaan, serta upaya pelestarian Tradisi Ogoh-ogoh. Penelitian dilakukan menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan folklor. Data diperoleh melalui wawancara mendalam dengan tokoh masyarakat, observasi langsung pelaksanaan tradisi, dan studi dokumentasi. Analisis data menggunakan teori folklor, mencakup fungsi, makna, simbol, serta teori pelestarian budaya untuk memahami keberlanjutan tradisi ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tradisi Ogoh-ogoh memiliki rangkaian acara yang terdiri dari Melasti, Tawur agung, arak-arakan Ogoh-ogoh, Ngobong Ogoh-ogoh, Caturbrata penyepian dan slametan. Perlengkapan dalam tradisi ini yaitu Ogoh-ogoh, banten, tirta pangurip, cok bakal, menyan, obor, alat musik baleganjur, dan kembang setaman. Tradisi ini memiliki fungsi sebagai sistem proyeksi, pendhidikan, pengawas masyarakat dan ada fungsi lainnya seperti, fungsi sosial, religi, ekonomi, hiburan serta pelestarian budaya. Upaya pelestarian dari tradisi ini dilakukan melalui masyarakat, pemerintah, pendidikan dan media sosial. Kesimpulannya, Tradisi Ogoh-ogoh tidak hanya menjadi bagian dari ritual keagamaan, tetapi juga sarana untuk memperkuat identitas budaya lokal. Penelitian ini memberikan kontribusi wigati bagi pelestarian budaya dan dapat menjadi referensi dalam kajian folklor, khususnya di wilayah Banyuwangi.
Javanese culture is one form of folklore that still survives in the community until today. One example is the Ogoh-ogoh tradition in Kalipahit Village, Tegaldlimo District, Banyuwangi County, which is held every year on Nyepi Day. This tradition aims to eliminate negative energy, get rid of evil spirits, and concentrate positive energy for the sake of harmony of people's lives. This research aims to describe the history, meaning, function, belief, and preservation efforts of the Ogoh-ogoh Tradition. Research is conducted using qualitative descriptive methods with a folkloric approach. Data is obtained through in-depth interviews with community leaders, direct observation of the implementation of traditions, and documentation studies. Data analysis uses folklore theory, covering function, meaning, symbols, as well as cultural preservation theory to understand the sustainability of this tradition.
The results of the study indicate that the Ogoh-ogoh Tradition has a series of events consisting of Melasti, Tawur agung, Ogoh-ogoh parade, Ngobong Ogoh-ogoh, Caturbrata penyepian and slametan. The equipment in this tradition is Ogoh-ogoh, banten, tirta pangurip, cok bakal, menyan, torch, baleganjur musical instrument, and kembang setaman. This tradition functions as a projection system, education, community supervision and there are other functions such as social, religious, economic, entertainment and cultural preservation. Efforts to preserve this tradition are carried out through society, government, education and social media. In conclusion, the Ogoh-ogoh tradition became not only part of religious rituals, but also a means to strengthen local cultural identity. This research makes an important contribution to cultural preservation and can be a reference in folklore studies, especially in the Banyuwangi region.