Analisis Sektor Unggulan Dan Pusat Pertumbuhan Untuk Meminimalisir  Ketimpangan Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Leading Sector and Growth Center Analysis to Minimizing Inequality in the Special Region of Yogyakarta Province

Laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada suatu daerah tidak menjamin adanya kesejahteraan yang merata. Provinsi DIY yang laju pertumbuhan ekonomi tinggi, masih mengalami masalah ketimpangan yang belum bisa diselesaikan. Pada penelitian ini bertujuan untuk meminimalisir ketimpangan dengan menganalisis sektor unggulan kabupaten/kota Provinsi DIY dan menentukan pusat pertumbuhan serta besarnya interaksi pusat pertumbuhan dengan daerah penyangga Provinsi DIY agar pembangunan dapat dirasakan secara merata. Penelitian ini menggunakan metode analisis overlay gabungan dari analisis Location Quotient (LQ) dan shift share, analisis scalogram dan analisis model gravitasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa setiap kabupaten/kota provinsi DIY memiliki sektor unggulan yang tumbuh lebih cepat dan berkontribusi bagi perekonomian wilayahnya sendiri dan juga mendorong perkembangan sektor lainnya. Perbedaan sektor unggulan mendorong kabupaten/kota DIY untuk saling melangkapi kekurangan setiap daerah. Pusat pertumbuhan Provinsi DIY tahun 2020-2022 adalah Kabupaten Sleman pada hirarki I dan Kota Yogayakarta pada hirarki II, sehingga kedua wilayah tersebut harus mampu mendorong perkembangan daerah sekitarnya. Sedangkan daerah penyangga yang memiliki interaksi paling besar dengan Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta adalah Kabupaten Bantul, masing – masing nilai interaksi sebesar 1.462.043.398 dan 2.622.111.087. Interaksi yang tinggi akan menambah efisiensi dalam kegiatan perekonomian.

A high economic growth in a region did not guarantee equitable prosperity. Yogyakarta Special Region (DIY) saw significant economic growth, but inequality problems persisted. This study sought to reduce inequality by identifying the growth center and the magnitude of the interaction between the growth center and the buffer areas of DIY Province so that development. It also examined the leading sectors of DIY's regencies and cities. This research utilized the Location Quotient (LQ) analysis method, shift-share analysis, overlay analysis, scalogram analysis, and gravity model analysis. The research findings indicated that each regency/city in DIY had a leading sector that grew faster, contributing to its regional economy and driving the development of other sectors. Different base sectors encouraged DIY regencies/cities to fill in each other's gaps. From 2020 to 2022, Sleman Regency was the growth center in the first hierarchy, and Yogyakarta City in the second. As a result, both regions had a role in encouraging the development of surrounding areas. Meanwhile, the buffer regions that have the greatest interaction with Sleman Regency and Yogyakarta City are Bantul Regency, with interaction values of 1,462,043,398 and 2,622,111,087, respectively. High interaction would enhance economic efficiency.