Pemasaran tembakau menjadi salah satu hal yang masih menjadi permasalahan yang ada di Kabupaten Bojonegoro. Adanya ketidakstabilan harga dan mutu tembakau yang tidak sesuai dengan permintaan pabrik, membuat para petani tembakau berada pada titik terlemah dalam pemasaran. Hal tersebut membuat para petani yang ingin mendapat keuntungan yang lebih, melakukan program kemitraan dengan para pabrikan. Adanya program kemitraan dalam pembudidayaan tembakau, membuat petani yang ada di Kabupaten Bojonegoro menjadi 2 yakni petani mitra dan petani swadaya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka diperoleh beberapa rumusan masalah, diantaranya yakni 1). Bagaimana proses pemasaran tembakau virginia Bojonegoro tahun 1998 – 2015, 2). Bagaimana pengaruh pemasaran terhadap perekonomian petani tembakau tahun 1998 – 2015. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis proses pemasaran tembakau virginia Bojonegoro dan pengaruhnya terhadap perekonomian petani tembakau yang ada di Kabupaten Bojonegoro. Penelitian ini menggunakan metode peneitian sejarah yang meliputi heuristic, kritik, interpretasi, dan historiografi. Untuk mendapatkan sumber yang relevan, peneliti melakukan penelusuran terhadap sumber – sumber arsip, buku – buku maupun penelitian terdahulu yang berkaitan dengan proses pemasaran tembakau. Untuk mendukung penelitian tersebut, peneliti juga melakukan wawancara kepada pihak – pihak yang berkaitan dengan pemasaran tembakau virginia.
Hasil dari penelitian ini dapat berhasil disimpulkan sebagai berikut; bahwa pemasaran tembakau virginia yang ada di Kabupaten Bojonegoro dibagi menjadi dua yakni pemasaran yang dilakukan oleh petani swadaya dan pemasaran yang dilakukan oleh petani mitra. Petani swadaya dalam melakukan penjualan tembakau berinteraksi dengan tengkulak, sehingga berada pada titik terlemah dalam pemasaran. Sedangkan petani mitra dalam melakukan penjualan tembakau berinteraksi dengan pabrik, sehingga mendapat ketetepan harga dari pabrikan.
Adanya proses pemasaran tersebut memberikan pengaruh yang cukup besar, terhadap perekonomian petani swadaya maupun mitra tembakau yang ada di Kabupaten Bojonegoro. Berdasarkan analisis pendapatan usahatani tembakau dapat diketahui bahwasanya keuntungan petani mitra Rp 8.407.887,36,- lebih besar jika dibandingkan dengan petani swadaya yang hanya Rp 3.708.779,33,-. Meskipun demikian, pada musim kemarau petani swadaya maupun mitra tetap melakukan pembudidayaan tumbuhan berdaun emas tersebut. Tidak hanya petani saja yang merasa diuntungkan dengan adanya pembudidayaan tembakau virginia tersebut, tetapi para buruh tani juga merasakan keuntungan selama proses pembudidayaan tembakau sampai dengan pengolahan tembakau menjadi rajangan.Untuk mendukung hal tersebut, pemerintah juga mengupayakan untuk memperbaiki mutu dan kualitas tembakau. Upaya tersebut diantaranya yakni perbaikan varietas, perbaikan lahan, dan meningkatkan nilai jual tembakau. agar harga yang diperoleh juga menjadi baik.
Kata kunci : Tembakau, pemasaran tembakau, ekonomi petani.
Tobacco marketing is one thing that is still a problem in Bojonegoro Regency. There is price volatility and quality of tobacco that is not in accordance with factory demand, making tobacco farmers at the weakest point in marketing. This makes the farmers who want to get more profits, conduct partnership programs with the manufacturers. The existence of partnership programs in tobacco cultivation, makes farmers in Bojonegoro Regency become 2, namely partner farmers and independent smallholders.
Based on this background, a number of problem formulations were obtained, including 1). What is the process of marketing virginia Bojonegoro tobacco in 1998 - 2015, 2). What is the effect of marketing on the economy of tobacco farmers in 1998 - 2015. Based on the formulation of the problem, the purpose of this study is to analyze the marketing process of virginia Bojonegoro tobacco and its effect on the economy of tobacco farmers in Bojonegoro Regency. This study uses historical research methods which include heuristics, criticism, interpretation, and historiography. To get relevant sources, researchers conducted a search of archival sources, books and previous research related to the tobacco marketing process. To support the research, researchers also conducted interviews with parties related to marketing virginia tobacco.
The results of this study can be summarized as follows; that marketing of virginia tobacco in Bojonegoro Regency is divided into two, namely marketing carried out by independent smallholders and marketing carried out by partner farmers. Independent smallholders in selling tobacco interact with middlemen, so that they are at the weakest point in marketing. Whereas partner farmers in selling tobacco interact with the factory, so that they get the price from the manufacturer.
The existence of the marketing process has a considerable influence on the economy of independent smallholders and tobacco partners in Bojonegoro Regency. Based on the analysis of tobacco farming income, it can be seen that the benefits of partner farmers are Rp. 8,407,887.36, - greater than that of independent smallholders which are only Rp. 3,708,779.33. Even so, during the dry season, independent smallholders and partners continue to cultivate these gold leafy plants. Not only farmers who feel benefited by the cultivation of virginia tobacco, but farm workers also feel the benefits during the process of tobacco cultivation until the processing of tobacco into chopped. To support this, the government also strives to improve the quality and quality of tobacco. These efforts include improvements in varieties, land improvement, and increasing the selling value of tobacco. so that the price obtained is also good.
Keywords: Tobacco, tobacco marketing, farmer's economy.