GAYA PEMANGGUNGAN SINDEN-PANGREMAN DALAM PERTUNJUKAN WAYANG JEK DONG GRUP PANDHAWA LARAS
SINDEN-PANGREMAN STAGING STYLE IN WAYANG JEK DONG PERFORMANCE OF PANDHAWA LARAS GROUP
Nama : Inggar Belzky Tosabila
NIM : 20020134035
Program Studi : S1 Pendidikan Sendratasik
Fakultas : Bahasa dan Seni
Universitas : Universitas Negeri Surabaya
Dosen Pembimbing : Dr. Sn. Retnayu Prasetyanti, M.Si
Tahun : 2024
Pandhawa Laras suatu grup yang bergerak pada bidang seni pertunjukan khususnya wayang kulit Jawatimuran (Jek Dong) yang berdiri sejak 13 Mei 2009. Pandhawa Laras memiliki arti Pan ”Panjak”, Dha ”Dalang” dan Wa ”Waranggana” dan Laras yang mengartikan bahwa ketiga aspek tersebut menjadi satu kesatuan pada pertunjukan yang selaras. Pandhawa Laras didirikan ketika sudah adanya keberadaan tari Remo baik tari Remo putra maupun tari Remo putri pada pertunjukan wayang kulit.
Seiring berjalannya waktu, tari Remo putri mengalami pergeseran dengan tari Remo putra. Tari Remo putra pada pertunjukan wayang Jek Dong grup Pandhawa Laras ditarikan oleh Sinden (Pangreman) dengan tata rias busana menyerupai laki-laki. Penelitian ini akan membahas mengenai gaya pemanggungan Sinden-Pangreman. Pengkajian penelitian ini mengarah pada teori gaya pemanggungan dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Dengan menggunakan teknik pengumpulan data observasi, wawancara kepada narasumber terkait, studi pustaka dan dokumentasi. Kemudian analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data dan yang terakhir penarikan kesimpulan atau verifikasi data yang valid.
Berdasarkan hasil penelitian dari Gaya Pemanggungan Sinden-Pangreman Dalam Pertunjukan Wayang Jek Dong Grup Pandhawa Laras, tari Remo putra pada pertunjukan wayang Jek Dong ditampilkan pada saat pra-acara oleh Sinden wayangyang juga berperan sebagai Pangreman. Terbukti dengan adanya dua Sinden wayang kulit yang sebelum menaiki panggung pewayangan akan menarikan tari Remo putra dengan gaya Malangan. Dalam penampilannya disertai dua kali sesi kidungan dengan kidungan yang kedua disebut sebagai Kidungan Jula-juli. Penelitian ini menunjukan bahwa pada gaya pemanggungan Sinden-Pangreman terdapat unsur pendukung pada pelaku dalam menampilkan tari Remo putra dan sebagai sinden wayang kulit mencakup: gerak tari, gaya tari, kidungan, tata rias busana dan proses interaksi didalamnya.
Kata kunci: Gaya Pemanggungan, Sinden-Pangreman, Kidungan, Wayang Jek Dong.
Inggar Belzky Tosabila1, Retnayu Prasetyanti Sekti2
1Faculty of Language and Art, Surabaya State University, Indonesia
2Faculty of Language and Art, Surabaya State University, Indonesia
Abstract
Pandhawa Laras is a group engaged in the field of performing arts, especially East Javanese shadow puppetry (Jek Dong), which was founded on May 13, 2009. Pandhawa Laras means Pan "Panjak," Dha "Dalang,” and Wa "Waranggana,” and Laras means that these three aspects become a unity in a harmonious performance. Pandhawa Laras was founded when there was already an existence of Remo dance, both male Remo dance and female Remo dance, in shadow puppet shows.
Through the years, the female Remo dance has shifted to the male Remo dance. The male Remo dance in the Jek Dong puppet show of the Pandhawa Laras group is danced by Sinden (Pangreman) with male-like makeup. This research will discuss the staging style of Sinden-Pangreman. The study of this research leads to the theory of staging style with a descriptive qualitative approach. By utilizing data collection techniques such as observation, interviews with relevant sources, literature study, and documentation, Furthermore, data analysis is carried out through data reduction, data presentation, and finally drawing conclusions or verifying valid data.
Based on the research results of the Sinden-Pangreman staging style in the Jek Dong puppet show of Pandhawa Laras Group, the men's Remo dance in the Jek Dong puppet show is performed during the pre-event by the puppet Sinden, who also acts as Pangreman. This is evidenced by the presence of two wayang kulit Sinden who, before climbing the puppet stage, will dance the Remo putra dance in the Malangan style. The performance is accompanied by two kidungan sessions, with the second kidungan referred to as Kidungan Jula-juli. This research shows that in the Sinden-Pangreman staging style there are supporting elements in the actors in performing the Remo putra dance and as a wayang kulit sinden, including dance movement, dance style, kidungan, makeup, and the interaction process in the performance.
Keywords: Staging Style, Sinden-Pangreman, Kidungan, Wayang Jek Dong.