Konstruksi Masyarakat Tentang Inovasi Program Penurunan Angka stunting di Kelurahan Blooto Kota Mojokerto
Stunting merupakan permasalahan gizi pada balita. Pemerintah gencar membuat peraturan untuk mengatasi masalah stunting dari pencegahan sampai dengan pengobatan. Hal ini disebabkan karena stunting berdampak besar bagi generasi penerus bangsa antara lain dapat menyebabkan masalah pertumbuhan kognitif motorik dan verbal menjadi tidak optimal. Stunting merupakan permasalahan kompleks yang tidak hanya disebabkan oleh faktor kekurangan gizi, melainkan dengan faktor penyebab lain seperti pola asuh, penyakit bawaan, dan juga hormonal. Kota Mojokerto merupakan wilayah dengan prevelensi angka stunting yang rendah urutan ke 4 diwilayah Jawa Timur dan menjadi salah satu wilayah pioner untuk penurunan angka stunting di Indonesia. Walikota Mojokerto menindak lanjuti hal ini dengan mengadakan inovasi-inovasi program baru di wilayaha Kota Mojokerto dengan tagline Zero Stunting. Atas dasar kronologi inilah peneliti ingin melihat bagaimana konstruksi masyarakat kelurahan Blooto dalam inovasi program penurunan angka stunting di Kota Mojokerto. penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan grounded theory. Analisis data menggunakan pemikiran Konstruksi sosial dari Peter L Berger dan Luckmann. Dari hasil kombinasi teori dan metodologis, hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman sampai pada masyarakat terbagi menjadi dua bagian kelompok dengan tingkat kesadaran tinggi dan rendah. kedua kelompok bagian masyrakat tersebut sama-sama memiliki keterbukaan dengan adanya program-program pemerintah yang sedang dijalankan, namun pemaknaan individu berpengaruh pada bentuk interaksi dan tindakan yang dilakukan. Dapat disimpulkan adanya perbedaan pandangan karena faktor-faktor latarbelakang pendidikan, usia, lingkungan dan sosial ekonomi individu.
Stunting is a nutritional problem in toddlers. The government is intensively making regulations to overcome the problem of stunting from prevention to treatment. This is because stunting has a big impact on the nation's next generation, among other things, it can cause problems in motor and verbal cognitive growth that are not optimal. Stunting is a complex problem that is not only caused by malnutrition, but also by other factors such as parenting, congenital diseases, and hormones. The city of Mojokerto is an area with a low prevalence of stunting, ranking 4th in the East Java region and is one of the pioneer areas for reducing stunting rates in Indonesia. The Mayor of Mojokerto followed up on this by holding new program innovations in the City of Mojokerto with the tagline Zero Stunting. On the basis of this chronology, the researcher wants to see how the construction of the Blooto sub-district community is in the innovation of the stunting reduction program in Mojokerto City. This study uses qualitative methods with a grounded theory approach. Data analysis uses social construction thinking from Peter L Berger and Luckmann. From the results of the combination of theory and methodology, the results of the research show that the understanding that reaches the community is divided into two groups with high and low levels of awareness. Both groups of members of society share openness with the existence of government programs that are being implemented, but the meaning of individuals influences the forms of interaction and actions taken. It can be concluded that there are differences in views due to factors of educational background, age, environment and individual socio-economics.
Keywords: Stunting, program innovation, reality, social construction and society