IMPLEMENTASI  REHABILITASI RUMAH TIDAK LAYAK HUNI (RUTILAHU)

 DI KOTA SURABAYA 

IMPLEMENTATION OF UNFORTUNABLE HOUSE REHABILITATION (RUTILAHU)

IN SURABAYA CITY

Rumah mempunyai manfaat dan berpengaruh untuk individu maupun keluarga, tidak hanya dari segi fisik saja, melainkan sosial serta mental. Pemerintah Kota Surabaya memiliki komitmen untuk mensejahterakan penduduknya melalui kebijakan Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni. Hal yang ingin dicapai dari penelitian ini mendeskripsikan pelaksanaan Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (RUTILAHU) di Kota Surabaya

Bentuk riset ini merupakanjenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menggunakan teknik pengumpulan data yaitu interview dengan analisa data kualitatif.

Riset ini dianalisis menggunakan teori Merilee S. Grindle dengan hasil sebagai berikut: 1) Adanya kesalahpahaman antara pihak Kelurahan dengan warga yaitu tentang persyaratan Rutilahu. 2) Rehabilitasi rumah juga memperhatikan dari segi kesehatan yaitu dengan memperbaiki ventilasi. 3) Keberhasilan program ini bisa dibilang cukup sukses, maka dari itu dibutuhkan biaya yang lebih besar dari Pemerintah untuk dapat menunjang rehabilitasi rumah lebih banyak. 4) Dinas Sosial lebih mempertimbangkan prioritas kerusakan yang terjadi di rumah warga yang akan direhabilitasi. 5) Lurah membentuk kelompok yang terdiri dari 6 orang yang disebut UPKM (Unit Pembinaan Keluarga Miskin) dengan sistem swakelola khusus untuk mengerjakan Rutilahu yang terdiri dari Tim Perencana, Tim Pelaksana dan Tim Pengawas sedangkan Dinas Sosial juga turut hadir langsung ke lapangan guna mengecek proses rehabilitasi rumah. 6) Dana 30 juta yang diberikan oleh Pemerintah dirasa masih kurang karena masih ada beberapa bagian rumah yang masih harus diperbaiki.

Dari hasil pada riset ini perlu adanya sosialisasi lebih lanjut dari Dinas Sosial Kota Surabaya tentang program Rutilahu ini melalui Kecamatan atau Kelurahan. Dinas Sosial Kota Surabaya perlu mengajukan tambahan anggaran untuk keberlanjutan program Rutilahu.

Kata Kunci: Rehabilitasi, Kebijakan, Rumah tidak layak huni

Houses have benefits and influence for individuals and families, not only in physical terms, but also social and mental. The Surabaya City Government is committed to the welfare of its inhabitants through the Rehabilitation of Non-Habitable Homes policy. The thing to be achieved from this research is to describe the implementation of Rehabilitation of Unfitable Houses (RUTILAHU) in Surabaya City

This research is a type of descriptive research with a qualitative approach. Using data collection techniques, namely interviews with qualitative data analysis.

This research was analyzed using the theory of Merilee S. Grindle with the following results: 1) There is a misunderstanding between the Kelurahan party and residents, which is about the requirements of Rutilahu. 2) Rehabilitation of the house also pays attention in terms of health, namely by improving ventilation. 3) The success of this program is arguably quite successful, therefore a higher cost is required from the Government to be able to support more house rehabilitation. 4) The Social Service considers more priority the damage that occurred in the homes of residents who will be rehabilitated. 5) The Lurah formed a group of 6 people called the UPKM (Poor Family Development Unit) with a special self-management system to work on Rutilahu consisting of the Planning Team, Implementation Team and Supervisory Team while the Social Service was also present directly to the field to check the house rehabilitation process. 6) The 30 million funds provided by the Government are still insufficient because there are still some parts of the house that still need to be repaired.

From the results of this research there needs to be further socialization from the Surabaya City Social Service about the Rutilahu program through the Sub-District or Kelurahan. The Surabaya City Social Service needs to submit an additional budget for the sustainability of the Rutilahu program.

Keywords:Rehabilitation, Policy, Houses are not livable