Diskursus dalam Nasionalisme Gusdurian Surabaya
Discourse in Gusdurian Nationalism Surabaya
Studi ini memiliki tujuan untuk mengidentifikasi wacana nasionalisme yang dibangun oleh Gusdurian Surabaya. Peneliti mendeskripsikan wacana pokok nasionalisme yang dibangun oleh Gusdurian melalui pengumpulan data studi dokumen dan wawancara subjek sebagai tambahan data statement lisan. Pengumpulan data dilakukan peneliti melalui membaca arsip-arsip data yang mengandung statement dari Gusdurian. Data didapat melalui literatur, berita, atau referensi terkait baik cetak ataupun internet. Wawancara dilakukan sebagai langkah peneliti dalam melakukan pengamatan statement lisan dan pengamatan terhadap praktik yang dilakukan oleh subjek penelitian. Pendekatan teori yang digunakan melalui teori diskursus Michel Foucault. Hasilnya, peneliti menemukan wacana keberagaman, kemanusiaan, dan kesetaraan. Wacana didapat melalui statement yang dibangun Gus Dur kemudian didukung oleh Gusdurian melalui praktik-praktiknya di masyarakat. Mulai dari kegiatan keagamaan seperti halal bi halal, statement keberagaman adalah given, hingga pada membangun kedekatan dan memberikan dukungan kepada kaum tertindas. Peneliti menyimpulkan bahwa nasionalisme Gusdurian adalah nasionalisme kultural. Nasionalisme yang berangkat dari praktik keberagaman dan budaya.
This study aims to identify the discourse of nationalism developed by Gusdurian Surabaya. The researcher describes the main discourse of nationalism developed by Gusdurian through the collection of document study data and subject interviews in addition to oral data statements. Data collection was carried out by researchers through reading data archives containing statements from Gusdurian. Data obtained through literature, news, or references related to both print and internet. Interviews were conducted as a step of the researcher in observing oral statements and observations of the practices carried out by the research subjects. The theoretical approach used through Michel Foucault's discourse theory. As a result, researchers find discourse on diversity, humanity, and equality. The discourse was obtained through the statements that Gus Dur developed and then was supported by Gusdurian through his practices in the community. Starting from religious activities such as halal bi halal, the statement of diversity is given, up to building closeness and providing support to the oppressed. The researcher concludes that Gusdurian nationalism is cultural nationalism. Nationalism departs from the practice of diversity and culture.