KESENIAN REOG RAJA SETAN SUKMO NGEMBORO ING DESA SUKOBENDU KECAMATAN MANTUP KABUPATEN LAMONGAN (Tintingan Folklor)
REOG RAJA SETAN SUKMO NGEMBORO ART IN THE VILLAGE OF SUKOBENDU MANTUP DISTRICT LAMONGAN REGENCY (FOLKLORE REVIEW)
KRRSSN merupakan salah satu kesenian yang ada di Desa Sukobendu, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan. KRRSSN merupakan hasil dari turun-temurunnya orang-orang yang dituakan di Desa Sukobendu yang masih terjaga sampai saat ini. Pertunjukkan KRRSSN biasanya dilakukan pada acara pernikahan dan khitanan. Selain itu, pertunjukkan KRRSSN juga menjadi acara tahunan yaitu acara peringatan HUT-RI dan acara Grebeg Sura yang dilakukan di lapangan Desa Sukobendu ketika bulan Sura. Permasalahan dari penelitian ini adalah: bagaimana awal mula adanya KRRSSN di Desa Sukobendu, bagaimana bentuk pertunjukkan KRRSSN, bagaimana fungsi KRRSSN, bagaimana perubahan yang ada di KRRSSN, dan bagaimana cara melestarikan KRRSSN. Tujuan penelitian ini adalah untuk: mendeskripsikan awal mula adanya KRRSSN, mendeskripsikan bentuk pertunjukkan KRRSSN, mendeskripsikan fungsi KRRSSN, mendeskripsikan perubahan yang ada pada KRRSSN, dan mendeskripsikan cara melestarikan KRRSSN.
Analisis teori yang digunakan untuk menjelaskan temuan pada penelitian ini adalah konsep folklor dari Danandjaja, konsep fungsi menggunakan teori Bascom dan Dundes, konsep perubahan dari Sukarman, dan konsep pelestarian menggunakan sistem transmisi dari Slamet MD. Rancangan penelitian adalah deskriptif kualitatif, instrumen penelitian terdiri dari peneliti, daftar pertanyaan wawancara, dan lembar observasi. Teknik pengumpulan data adalah menggunakan teknik wawancara, teknik observasi dan teknik dokumentasi.
Bentuk pertunjukkan KRRSSN yaitu dibagi menjadi babak-babak. Babak yang pertama adalah babak tari Kelana, babak kuda kreasi, babak tokoh warok, babak Kelana Gandrung kepada Dewi Songgolangit, babak barongan, dan yang terakhir adalah babak kuda kesurupan. Makanan yang dipersiapkan untuk babak kuda kesurupan diantaranya yaitu dedak, padi, nasi dan cabai, air, jagung, singkong, kelapa muda, dan kemenyan. Untuk menyadarkan pemeran kuda kesurupan yang digunakan adalah pecut, jaranan, topeng jepaplok, topeng gendruwo, kemenyan dan minyak.
Fungsi dalam pertunjukkan KRRSSN yaitu sebagai sistem proyeksi, sarana pengesahan budaya, sarana pendidikan, dan sarana pengendalian sosial. Fungsi lain KRRSSN yaitu sebagai sarana ekonomi dan sarana melestarikan budaya Jawa. Perubahan yang terjadi pada KRRSSN diantaranya yaitu nama kesenian, peran, tata busana dan alat musik pengiring. Cara untuk melestarikan KRRSSN supaya tidak punah yaitu dengan cara nyantrik, latihan, dan menirukan. Selain cara tersebut juga digunakan cara yang lain, yaitu menjadikan KRRSSN sebagai pertunjukkan setiap tahun, dikenalkan melalui media online, dan menjadikan para generasi muda sebagai anggota.
Kata Kunci : Pertunjukkan, Kesenian, Reog Raja Setan Sukmo Ngemboro, Folklor.
KRRSSN is one of the arts in Sukobendu Village, Mantup District, Lamongan Regency. KRRSSN is the result of the heredity of the elders in the village of Sukobendu which is still awake to this day. KRRSSN performances are usually performed at weddings and circumcisions. In addition, the KRRSSN show has also become an annual event, namely the commemoration of the Indonesia Independence Day and the Grebeg Sura event which is held in the field of Sukobendu Village during the month of Sura. The problems of the research are: how was the beginning of the existence of KRRSSN in Sukobendu Village, how was the form of the KRRSSN performance, how was the function of KRRSSN, how the changes were in KRRSSN, and how to preserve KRRSSN. The puspose of this study is to describe the beginning of the existence of KRRSSN, describe the form of KRRSSN performances, describe the function of KRRSSN, describe the changes that exist in KRRSSN, and describe how to preserve KRRSSN.
The theoretical analysis used to explain the findings in this study is the concept of folklore from Danadjaja, the concept of function using the theory of Bascom and Dundes, the concept of change from Sukarman, and the concept of preservation using the transmission system from Slamet MD. The research design is descriptive qualitative, the research instrument consists of researchers, a list of interview questions, and observers. Data collection tehniques are using interview tehniques, observation tehniques, and documentation tehniques.
The form of the KRRSSN show is divided into rounds. The first round is the Kelana dance round, the creation horse stage, the warok character stage, the Kelana Gandrung stage to Dewi Songgolangit, the barongan stage, and the last trance horse stage. The foor prepared for the trance horse process includes bran, rice, rice and chili, water, corn, cassava, coconut, and incense. To awaken the cast of the possessed horse, the whip, jaranan, jepaplok mask, gendruwo mask, incense, and oil were used.
Functions in KRRSSN performances are as a projection system, a means of cultural validation, a means of education, and means of social control. Another function of KRRSSN is as an economic means and a means of preserving Javanese culture. Changes that occur in KRRSSN include the name of the arts, roles, fashion and musical accompaniment. The way to preserve KRRSSN so that it doesn’t become extinct is by nyantrik, practicing, and imitating. A part from this method, other methods are also used. Namely making KRRSSN as a show every year, being introduced through online media, and making the younger generation as members.
Keywords : Performance, Art, Reog Raja Setan Sukmo Ngemboro, Folklore.