Pengetahuan Lokal Masyarakat Desa Sugihwaras terhadap Tradisi Larung Sesaji di Gunung Kelud Kabupaten Kediri
Local Knowledge of the Sugihwaras Village Community of the Larung Sesaji Tradition on Mount Kelud, Kediri Regency
Tumbuhan berperan penting dalam tradisi Larung Sesaji Kelud. Larung Sesaji Kelud merupakan tradisi menghanyutkan sesaji ke kawah Gunung Kelud sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan. Kajian etnobotani merupakan pendekatan untuk melestarikan pengetahuan tradisional melalui kegiatan dokumentasi dan penelitian tumbuhan dengan masyarakat lokal. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tumbuhan, makna tumbuhan, pengetahuan lokal masyarakat, dan nilai penting tumbuhan yang digunakan. Jenis penelitian adalah deskriptif dengan teknik observasi dan wawancara menggunakan kuesioner semi terstruktur. Informan kunci berjumlah lima orang dan partisipan 30 orang. Data persepsi masyarakat dianalisis menggunakan skala Guttman, sedangkan nilai penting menggunakan rumus fidelity level. Hasil penelitian diperoleh 57 jenis tumbuhan dalam 33 famili. Poaceae merupakan famili tumbuhan yang banyak ditemukan yaitu enam spesies. Setiap jenis tumbuhan ini memiliki makna simbolis yang berkaitan dengan kehidupan. Presepsi masyarakat mengenai tumbuhan tradisi Larung Sesaji Kelud berbeda-beda setiap umurnya. Umur 17-30 dan 31-44 tergolong baik dan tergolong rendah pada makna sesaji serta tumbuhan. Usia 45-60 dan >60 tahun sangat baik dan tergolong baik pada makna sesaji dan makna tumbuhan sesaji. Hal ini menandakan bahwa usia muda dan usia dewasa masih kurang pada presepsi makna sesaji dan makna tumbuhan sehingga perlu adanya edukasi yang mendalam terkait Larung Sesaji pada usia tersebut. Tumbuhan yang mempunyai nilai penting tinggi untuk tradisi Larung Sesaji adalah mawar (96,6%), melati, kenanga, dan kantil (93,3%), kelapa (90%), pisang raja (86,6%) dan pandan wangi (83,3%). Tumbuhan tersebut merupakan tumbuhan khusus yang harus ada dalam tradisi Larung Sesaji Kelud.Kata kunci : etnobotani, makna, tumbuhan, tradisi, presepsi
Plants play an important role in the Kelud Sesaji Larung tradition. Larung Sesaji Kelud is a tradition of washing offerings into the crater of Mount Kelud as an expression of gratitude to God. Ethnobotanical studies are an approach to preserving traditional knowledge through plant documentation and research activities with local communities. Therefore, this study aims to identify plants, the meaning of plants, local knowledge of the community, and the important values of the plants used. This type of research is descriptive with observation and interview techniques using semi-structured questionnaires. There were five key informants and 30 participants. Public perception data were analyzed using the Guttman scale, while the importance value used the fidelity level formula. The research results obtained 57 species of plants in 33 families. Poaceae is a plant family that is widely found, namely six species. Each of these plant species has a symbolic meaning related to life. The community's perception of the traditional plants of the Larung Sesaji Kelud varies at each age. Ages 17-30 and 31-44 are classified as good and low in the meaning of offerings and plants. Ages 45-60 and >60 years are very good and are classified as good in the meaning of offerings and the meaning of offering plants. This indicates that young people and adults are still lacking in the perception of the meaning of offerings and the meaning of plants, so there is a need for in-depth education related to offering offerings at that age. Plants that have high importance for the Larung Sesaji tradition are roses (96.6%), jasmine, ylang and kantil (93.3%), coconut (90%), plantain (86.6%) and fragrant pandan ( 83.3%). This plant is a special plant that must exist in the Kelud Sesaji Larung tradition.Keywords: ethnobotany; mean; plant; tradition; perception