PERJUANGAN HARUN BIN SAID DALAM KONFRONTASI MILITER GANYANG MALAYSIA TAHUN 1963-1966
HARUN BIN SAID'S STRUGGLE IN MALAYSIA'S MILITARY CONFRONTATION IN 1963-1966
Konfrontasi Militer Ganyang Malaysia merupakan bentuk penolakan Indonesia terhadap Federasi Malaysia yang dipicu oleh perbedaan perspektif tentang rencana integrasi sebagian wilayah Kalimantan Utara yang meliputi Sabah, Sarawak, dan Brunei kedalam Federasi Malaysia. Konfrontasi Militer Ganyang Malaysia diserukan oleh Presiden Soekarno dengan mengumandangkan Dwi Komando Rakyat (Dwikora). Untuk mendukung Operasi Dwikora, Pemerintah Indonesia mengerahkan sukarelawan dari kalangan militer dan rakyat sipil. Salah satu sukarelawan yang melaksanakan Operasi Dwikora adalah Harun bin Said dari Korp Komando Angkatan Laut (KKO-AL).
Penelitian ini membahas tentang (1) Perjuangan Harun bin Said dalam konfrontasi Militer Ganyang Malaysia tahun 1963-1966; (2) Akhir perjuangan Harun bin Said dalam konfrontasi Militer Ganyang Malaysia tahun 1963-1966. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari empat tahapan yang meliputi heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Pada tahap heuristik, sumber yang diperoleh berupa sumber primer yaitu Arsip Nasional RI dan Arsip Kota Surabaya, sedangkan sumber sekunder diperoleh dari buku dan wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Harun bin Said ikut berkontribusi dalam Operasi Dwikora yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia untuk melancarkan aksi Konfrontasi Militer Ganyang Malaysia. Dalam Konfrontasi ini banyak sukarelawan dan ABRI dikirim ke beberapa wilayah di Malaysia dan Singapura untuk melakukan aksi sabotase. Harun bin Said menjadi salah satu sukarelawan yang menerima misi rahasia untuk melakukan sabotase di Singapura. Setelah berhasil melaksanakan sabotase dengan meledakkan Mc Donal House, Harun bin Said ditangkap oleh Pemerintah Singapura dan perjuangannya harus berakhir di tiang gantungan Singapura.
Kata Kunci : Harun bin Said, Konfrontasi Militer Ganyang Malaysia, Operasi Dwikora
Malaysia's Ganyang Military Confrontation is a form of rejection of the Malaysian Federation, which was triggered by different perspectives on the planned integration of parts of North Kalimantan that included Sabah, Sarawak and Brunei into the Malaysian Federation. President of the Ganyang Malaysia Military Confrontation was called upon by President Soekarno to announce the Dwi Komando Rakyat (Dwikora). To support Dwikora Operation, the Government of Indonesia mobilized volunteers from the military and civilians. One of the volunteers who carried out Operation Dwikora was Harun bin Said from the Naval Command Corps (KKO-AL).
This study discusses (1) the struggle of Harun bin Said in the confrontation of the Ganyang Malaysia Military in 1963-1966; (2) End of the struggle of Harun bin Said in the confrontation with the Malaysian Military Down in 1963-1966. This research uses the historical method which consists of four stages which include heuristics, criticism, interpretation, and historiography. At the heuristic stage, the sources obtained are primary sources, namely the National Archives of the Republic of Indonesia and the Surabaya City Archives, while secondary sources are obtained from books and interviews.
The results showed that Harun bin Said contributed to the Dwikora Operation which was carried out by the Government of Indonesia to launch the Malaysia Crush Military Confrontation. In this confrontation many volunteers and ABRI were sent to several regions in Malaysia and Singapore to carry out acts of sabotage. Harun bin Said became one of the volunteers who received a secret mission to sabotage in Singapore. After successfully carrying out sabotage by blowing up Mc Donald's House, Harun bin Said was captured by the Singapore Government and his struggle had to end on the Singapore gallows.
Keywords: Harun bin Said, Malaysia's Ganyang Military Confrontation, Operation Dwikora