INTERPRETASI LEGENDA KAYANGAN API BOJONEGORO DALAM KARYA SENI INSTALASI
INTERPRETING KAYANGAN API BOJONEGORO LEGEND IN INSTALATION ART
Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam kekayaan budaya, salah satunya legenda. Legenda adalah cerita rakyat tradisional yang meceritakan tokoh-tokoh dan peristiwa penting dan merupakan bagian dari identitas budaya yang mengandung sejarah dan kepercayaan dalam kehidupan masyarakat pada masalalu. Legenda Kayangan Api merupakan legenda yang berasal dari kabupaten Bojonegoro. Legenda ini menceritakan asal usul nama tempat bersemayamnya mbah Kriya Kusuma yang berasal dari kerajaan majapahit juga dikenal sebagai masyarakat Bojonegoro bergelar mpu Supa.
Fokus ide penciptaan tentang kisah legenda mulai dari tempat perapian mpu Supa dalam pembuatan keris bernama pakem jangkung luk telu blong pok gonjo beserta sumur belerang, kawah kecil yang konon digunakan untuk penyepuhan pada proses pembuatan keris, dikenal dengan sebutan sumur blukutuk. Pada masa hidup mpu Kriya menyukai pagelaran tayub sebagai hiburan yang kemudian menjadi upacara adat dengan nama pagelaran Waranggana. Hari ini adat pagelaran tersebut dilestarikan sebagai bentuk kebudayaan, upacara yang diadakan di Kayangan Api dengan prosesi pengambilan api obor dari api abadi. Upacara ini biasanya diadakan dalam rangka hari jadi kabupaten Bojonegoro. Metode penciptaan ini menerapkan metode dari Gustami, yang terdiri dari tahap eksplorasi, tahap perancangan, dan tahap perwujudan. Karya yang dihasilkan tiga karya instalasi, masing-masing karya berjudul 1) Eternal Flame, 2) Waranggana, 3) Jangkung Luk Telu Blong Pok Gonjo. Tujuan dari penciptaan karya instalasi ini adalah mengekspresikan legenda kayangan api sebagai kepedulian cagar budaya kepada audiens.
Indonesia is a country rich in cultural diversity, with legends being one of its notable heritage. Legends are traditional story about important figures and events, embodying cultural identity, history, and societal beliefs of the past. The Kayangan Api legend originates from Bojonegoro Regency. This legend narrates the origin of the name of the sacred site of Mbah Kriya Kusuma, originating from the Majapahit Kingdom, revered by the people of Bojonegoro as Mpu Supa.
The creative focus revolves around the legendary tale of Mpu Supa's forge, specifically keris the 'Jangkung Luk Telu Blong Pok Gonjo’ site, sulfur well, and small crater, locally known as Sumur Blukutuk, utilized for keris-making processes. During Mpu Kriya's lifetime, the traditional tayub performance was a favored entertainment, later evolving into the Waranggana cultural ritual. The Kayangan Api site hosts the revived pagelaran ritual, showcasing the ceremonial retrieval of the eternal flame. This ceremony is typically held in commemoration of Bojonegoro Regency's anniversary. Method this creation employs the Gustami method, comprising exploration, planning, and realization phases. The resulting artworks include three installations work 1) Eternal Flame, 2) Waranggana, 3) Jangkung Luk Telu Blong Pok Gonjo. The installation artwork aims to express the Kayangan Api legend, promoting cultural heritage awareness among audiences.