Aizza W Sebagai Penari Jathil Obyog Cilik di Ponorogo
AIZZA W AS JATHIL OBYOG CILIK DI PONOROGO
AIZZA W SEBAGAI PENARI JATHIL OBYOG CILIK DI PONOROGO
Nama : Nila Ayu Risma Afianti
NIM : 19020134067
Program Studi : S1 Pendidikan Seni Drama, Tari Dan Musik
Fakultas : Fakultas Bahasa Dan Seni
Nama Lembaga : Universitas Negeri Surabaya
Pembimbing : Dr. Anik Juwariyah, M.Si
Tahun : 2023
Ketenaran Jathil Obyog yang semakin melambung tinggi, mendorong munculnya generasi muda termasuk anak anak dibawah usia 17 tahun, salah satu generasi penerus Jathil Obyog , berasal dari dusun Demangan, Karanglo Kidul, Jambon , Ponorogo bernama Aizza Rahma Ayu Wardhani dengan kepercayaan diri dan kemampuan Obyog nya yang dapat disandingkan dengan Jathil Obyog lain yang lebih dahulu terjun dalam kesenian Reyog Obyog. Aizza mulai menekuni Jathil Obyog sejak berusia 3 tahun. Disisi lain, Aizza yang notabene seorang anak yang pemalu juga pendiam ia harus mampu menyesuaikan bagaimana sikap sikap yang harus ditampilkan sebagai performer namun juga tidak lupa untuk memposisikan diri sebagai anak yang selektif di lingkungan Obyog yang didominasi oleh orang orang dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang Aizza Sebagai Penari Jathil Obyog cilik di Ponorogo yang meliputi faktor mempengaruhi minat juga dampak profesi Jathil Obyog pada kondisi psikologisnya. Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai pengetahuan tentang kajian seni budaya yang berkaitan dengan psikologi, ilmu sosial serta mengetahui perkembangan kesenian daerah yang bersifat regenerasi sebagai wujud upaya pelestarian kesenian Jathil Obyog.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini meliputi teori faktor faktor yang mempengaruhi minat yang dikemukakan oleh Crown (1978), serta teori dinamika psikologis yang dikemukakan oleh Santrock (2014) dan psikologi perkembangan yang dikemukakan oleh Yudrik (2011). Penelitian ini menggali informasi sebagai referensi dari berbagai skripsi dan artikel diantaranya Ikke Fislela Miftakhul Jannah (2019) “Jathil Obyog dan Pengembangannya” Universitas Negeri Surabaya, Fakultas Bahasa dan Seni, Jurusan Pendidikan Seni Drama, Tari dan Musik, Retno Aprin Cahyani (2021) “Modal Sosial Penari Jathil Obyog di Kabupaten Ponorogo”Universitas Negeri Surabaya, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Jurusan Sosiologi, Oki Cahyo Nugroho (2016) “ Budaya Populer Dalam Pertunjukan Reyog Obyogan” Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik , Jurusan Ilmu Komunikasi,
Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode penelitian kualitatif atau deskriptif dengan objek penelitian Aizza Sebagai Penari Jathil Obyog Cilik di Ponorogo yang berlokasi di Dusun Demangan, Desa Karanglo Kidul, Kecamatan Jambon, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa observasi, wawancara, dokumentasi serta perekaman dengan sumber data person, place juga paper. Analisis data berupa tahap reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Validasi data menggunakan triangulasi sumber dan juga triangulasi metode.
Hasil penelitian ini menjelaskan faktor yang mendorong munculnya ketertarikan Aizza untuk menjadi Jathil Obyog cilik didukung oleh lingkungan sekitar tempat tinggal Aizza yang dekat dengan kesenian, khususnya kesenian daerah Reyog Ponorogo. faktor yang mendorong munculya minat juga didasari karena adanya motif social yang muncul pada Aizza yaitu keinginan untuk meraih prestasi, ingin namanya dikenal masyarakat umum juga sebagai wujud presensinya didunia tari. Aizza sebagai Jathil Obyog cilik menghadikan gaya yang lincah, sigrak, patah patah namun tetap menghadirkan kesan gemulai dan manja. Gaya Ngobyog Aiza ini diperoleh dari pengamatannya terhadap teman seprofesinya lalu ia merangkai dan menggabungkan gerak gerak tersebut untuk diaplikasikan pada saat Ngobyog. Sebagai Jathil Obyog cilik Aizza yang terus melakukan interaksi dengan partner kerja yang rata rata berusia jauh diatasnya, sedikit banyak memberikan dampak terhadap diri Aizza, seperti sikap, cara berpikir , bahasa dan juga proses individualnya. Lebih ringkasnya dalam hal ini Aizza paham bahwa sebagai Jathil Obyog cilik ia harus seperti ini, harus seperti itu, harus berani, harus percaya diri dan sebagainya. Persepsi pelaku seni Reyog Obyog terhadap eksistensi Aizza menunjukan persepsi yang positif. Aizza dinilai sebagai Jathil Obyog cilik yang mana dari segi kemahiran atau kemampuan, Aizza dapat mengimbangi dan mampu untuk disandingkan dengan Jathil Obyog dewasa.
Minat yang muncul terhadap Aizza tidak didasarkan oleh pengaruh luar yang bersifat pemaksaan, pengarahan atau pengendalian dari pihak manapun. Gaya Ngobyog Aizza Jathil Obyog cilik menghadirkan gaya lincah, sigrak, manja namun masih terdapat kesan gemulai dan anggun. Dinamika psikologis yang terjadi terhadap Aizza memberikan dampak yang kuat sehingga melahirkan pola pikir Aizza yang baru. Perubahan yang terjadi pada Aizza diantaranya yaitu munculnya sifat atau sikap Aizza yang muncul pada saat terjadi interaksi antara Aizza dan individu lain atau kelompok.
Kata Kunci : Aizza W, Jathil Obyog Cilik, Minat, Gaya, Psikologis
Name : Nila Ayu Risma Afianti
Study Program : S1 Drama, Dance and Music Education
Faculty : Faculty of Language and Arts
Name of Institution : Surabaya State University
Supervisor : Dr. Anik Juwariyah, M.Si
Year : 2023
Keywords: Aizza W, Jathil Obyog Cilik, Interest, Style, Psychological
Jathil Obyog's fame is increasingly soaring, encouraging the emergence of young generations including children under the age of 17, one of the next generation of Jathil Obyog, from Demangan hamlet, Karanglo Kidul, Jambon, Ponorogo named Aizza Rahma Ayu Wardhani with her confidence and Obyog skills that can be compared to other Jathil Obyog who have been involved in Reyog Obyog art. Aizza began to pursue Jathil Obyog since she was 3 years old. On the other hand, Aizza, who is a shy and quiet child, must be able to adjust the attitude that must be displayed as a performer but also not forget to position himself as a selective child in an Obyog environment dominated by adults. This study aims to describe Aizza as a child Jathil Obyog dancer in Ponorogo which includes factors influencing interest as well as the impact of the Jathil Obyog profession on her psychological condition. This research is expected to provide benefits as knowledge about the study of cultural arts related to psychology, social science and knowing the development of regional arts that are regeneration as a form of effort to preserve the art of Jathil Obyog.
The theories used in this research include the theory of factors that influence interest proposed by Crown (1978), as well as the theory of psychological dynamics proposed by Santrock (2014) and developmental psychology proposed by Yudrik (2011). This research explores information as a reference from various theses and articles including Ikke Fislela Miftakhul Jannah (2019) "Jathil Obyog and its Development" Surabaya State University, Faculty of Language and Arts, Department of Drama, Dance and Music Education, Retno Aprin Cahyani (2021) "Social Capital of Jathil Obyog Dancers in Ponorogo Regency" Surabaya State University, Faculty of Social Sciences and Law, Department of Sociology, Oki Cahyo Nugroho (2016) "Popular Culture in Reyog Obyogan Performances" Muhammadiyah Ponorogo University, Faculty of Social and Political Sciences, Department of Communication Sciences,
The method used in this research is a qualitative or descriptive research method with the object of research Aizza as a Little Jathil Obyog Dancer in Ponorogo located in Demangan Hamlet, Karanglo Kidul Village, Jambon District, Ponorogo Regency, East Java Province. Data collection techniques used in this research are observation, interviews, documentation and recording with data sources of person, place and paper. Data analysis is in the form of data reduction, data presentation and conclusion drawing stages. Data validation uses source triangulation and method triangulation.
The results of this study explain that the factors that encourage the emergence of Aizza's interest in becoming a little Jathil Obyog are supported by the environment around Aizza's residence which is close to the arts, especially the regional art of Reyog Ponorogo. the factors that encourage the emergence of interest are also based on the social motives that arise in Aizza, namely the desire to achieve achievement, wanting his name to be known to the general public as well as a form of his presence in the world of dance. Aizza as a little Jathil Obyog presents an agile, sigrak, broken style but still presents a gentle and spoiled impression. Aiza's Ngobyog style is obtained from her observations of her professional friends and then she assembles and combines these movements to be applied during Ngobyog. As a little Jathil Obyog, Aizza continues to interact with her partners who are much older than her, which has an impact on her, such as her attitude, way of thinking, language and also her individual process. To summarize, in this case Aizza understands that as a little Jathil Obyog he must be like this, must be like that, must be brave, must be confident and so on. The perception of Reyog Obyog performers towards Aizza's existence shows a positive perception. Aizza is considered as a little Jathil Obyog who in terms of skills or abilities, Aizza can keep up and is able to be juxtaposed with adult Jathil Obyog.
The interest that arises towards Aizza is not based on external influences of coercion, direction or control from any party. Aizza's Ngobyog Jathil Obyog little style presents an agile, sigrak, spoiled style but there is still an impression of grace and elegance. The psychological dynamics that occurred to Aizza had a strong impact, giving birth to Aizza's new mindset. The changes that occur to Aizza include the emergence of Aizza's traits or attitudes that arise during interactions between Aizza and other individuals or groups.