Eksistensi Kesenian Wayang Thimplong di Kabupaten Nganjuk
The Existence of Thimplong Puppet Art in Nganjuk
Abstrak
Kesenian Wayang Thimplong merupakan kesenian yang berasal dari kabupaten Nganjuk. Wayang Thimplong mempunyai ciri khas tersendiri dibandingkan dengan kesenian wayang lainnya. Hal ini ditinjau dari segi bentuk pertunjukannya, bentuk wayang, iringan wayang, dan juga dari ceritanya. Namun, dalam dua dasa warsa terakhir Wayang Thimplong kurang mendapat perhatian masyarakat, terutama minat dalam mengapresiasinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji tentang bagaimana terbentuknya Wayang Thimplong dan begaimana peran dalang Ki Suyadi dalam eksistensi Wayang Thimplong di Kabupaten Nganjuk. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh terhadap pokok permasalahan. Lokasi penelitian ini bertempat di Dusun Bongkal, Desa Kepanjen, Kecamatan Pace, Kabupaten Nganjuk. Data yang diperoleh berasal dari sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik pengabsahan data menggunakan teknik triangulasi, yaitu triangulasi sumber, triangulasi waktu, dan triangulasi metode. Teknik analisis data melalui tahap reduksi, penyajian data, dan verifikasi, kemudian dilanjutkan dengan penarikan kesimpulan. Hasil dari penelitian ini adalah proses pembentukan dan regenerasi yang dilakukan oleh Ki Suyadi dalam eksitensi Wayang Thimplong di kabupaten Nganjuk mulai dari menambahkan elemen iringan, dagelan dan memberikan gaya tersendiri didalam pertunjukannya. Proses pengembangan ini bertujuan untuk mengembalikan minat masayarakat dalam mengapresiasi Wayang Thimplong. 2 Kata kunci : Wayang Thimplong, Eksistensi, Dalang Ki Suyadi
Abstract
Thimplong Wayang art is an art that originates from the Nganjuk district. Thimplong puppet has their own characteristics compared to other wayang arts. This is seen in terms of the form of the performance, the form of wayang, wayang accompaniment, and also from the story. However, in the last two decades, Wayang Thimplong has received less public attention, especially interest in appreciating it. The purpose of this study is to examine how the Thimplong Puppet is formed and what is the role of the puppeteer Ki Suyadi in the existence of the Thimplong Puppet in Nganjuk Regency. This study uses a qualitative descriptive approach to obtain a comprehensive picture of the subject matter. The location of this research is located in Bongkal Hamlet, Kepanjen Village, Pace District, Nganjuk Regency. The data obtained comes from primary data sources and secondary data sources. Data collection techniques used are observation techniques, interviews, and documentation. The data validation technique uses triangulation techniques, namely source triangulation, time triangulation, and method triangulation. Data analysis techniques through the stages of reduction, data presentation, and verification, then followed by drawing conclusions. The result of this study is the process of formation and regeneration carried out by Ki Suyadi in the existence of Wayang Thimplong in the Nganjuk district starting from adding elements of accompaniment, and jokes and giving his own style to the show. This development process aims to restore people's interest in appreciating the Thimplong Puppet. Keywords: Thimplong Puppet, Existence, Dalang Ki Suyadi.