Implementasi penyelenggaraan pendidikan inklusif sudah dilaksanakan di sebagain besar Kabupaten/Kota di Indonesia, salah satunya di kota Bontang. Kota Bontang terletak di Kalimantan Timur peduli terhadap pendidikan dan pengembangan peserta didik berkebutuhan khusus nampak pada peluncuran program pendidikan inklusif. Berkaitan dengan hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tenaga pendidik dan sarana prasarana sekolah penyelenggara pendidikan inklusif di Kota Bontang berdasarkan Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif oleh Direktorat PKLK Tahun 2011. Pendekatan kuantitatif diterapkan dengan desain penelitian evaluatif. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah angket, wawancara, observasi dan dokumentasi. Penelitian ini didukung dengan data kuantitatif yang diperoleh melalui penyebaran angket, sedangkan untuk data kualitatif diperoleh melalui wawancara dan observasi dilapangan. Subyek dan lokasi penelitian dilakukan di tiga sekolah pilotting pendidikan inklusif di Kota Bontang. Teknik analisis data yang digunakan untuk data kuantitatif adalah menggunakan presentase. Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan melalui angket diperkuat dengan wawancara, observasi dan dokumentasi, diperoleh data aspek tenaga pendidik di tiga sekolah penyelenggara pendidikan inklusif sebesar 75% dengan kriteria sangat baik, hal ini menunjukkan sesuai dengan Pedoman Penyelenggara Pendidikan Inklusif Direktorat PKLK Tahun 2011. Sedangkan pada aspek sarana prasarana diperoleh data sebesar 38%, dengan kriteria cukup baik hal ini menunjukkan belum sesuai dengan Pedoman Penyelenggara Pendidikan Inklusif Direktorat PKLK Tahun 2011.
Implementation of inclusive education provision has been implemented in the majority of districts / municipalities in Indonesia, one in Bontang. Bontang in East Kalimantan concerned with education and development of learners with special needs appeared at the launch of inclusive education program. In this regard, this study aims to evaluate teachers and school infrastructure inclusive education providers in Bontang based Implementation Guidelines for Inclusive Education Directorate PKLK 2011. A quantitative approach is applied to the design of the evaluative research. Methods of data collection are questionnaires, interviews, observation and documentation. This research was supported by quantitative data obtained through the questionnaire, while the qualitative data obtained through interviews and field observations. The subject and location was done in three schools pilotting inclusive education in Bontang. Data analysis techniques used for quantitative data is to use a percentage. Based on the data obtained in the field through a questionnaire reinforced by interviews, observation and documentation, data showed three aspects of school educators in inclusive education providers by 75% with very good criteria, it demonstrates in accordance with the Guidelines for Inclusive Education Provider of 2011. While the Directorate PKLK aspects of infrastructure on the data obtained by 38%, with a pretty good criteria it shows not in accordance with the Operator Guidelines for Inclusive Education Directorate PKLK 2011.