PRAKTIK SOSIAL EKSPLOITASI SEKSUAL ANAK PEREMPUAN OLEH ORANG TUA (Studi di Pasar Mojoagung Kabupaten Jombang)

SOCIAL PRACTICES OF SEXUAL EXPLOITATION OF GIRLS BY PARENTS (Study at Mojoagung Market, Jombang Regency)

Menurut UU No 23 tahun 2002, Pasal 13 ayat (1), Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan: diskriminasi; eksploitasi, dan perlakuan salah lainnya. Namun, realitanya masih banyak anak yang mengalami eksploitasi dan tidak mendapatkan perlindungan dari orang tua atau keluarga. Peneliti memfokuskan pada eksploitasi seksual anak yang terjadi pada subjek dua keluarga di warung pangkon Pasar Mojoagung, fenomena ini menarik karena praktik sosial tersebut dilakukan oleh orang tua atau keluarganya sendiri. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis kondisi objektif modal orang tua, menganalisis habitus sebagai penyebab eksploitasi, menganalisis ranah yang membentuk perilaku orang tua, dan menganalisis praktik sosial eksploitasi seksual anak. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan perspektif teori praktik sosial dari Pierre Bourdieu. Penelitian ini menganalisis data menggunakan model studi kasus dari Robert E Stake. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kondisi modal sosial orang tua terdapat tiga macam, yaitu pertama, relasi/ jaringan sosial dapat memberikan informasi pekerjaan seksual, mendapat pelanggan lebih banyak, dan memberikan informasi razia.  Kedua, kepercayaan untuk dapat bekerja secara professional sebagai pelayan di warung pangkon, bersedia membayar setoran rutin, dan memberikan perlindungan pada pelayan atau anak-anak subjek. Ketiga, keramahan subjek dapat membangun hubungan dengan pelanggan, dan meningkatkan penjualan dan kepuasan pelanggan. Kondisi objektif modal ekonomi orang tua keluarga satu memiliki kondisi ekonomi tergolong miskin, dan keluarga dua memiliki kondisi ekonomi tergolong berkecukupan. Modal budaya orang tua yaitu pengetahuan dan kemampuan atau keterampilan dalam  pekerjaan dunia malam. Modal simbolik orang tua, yaitu kekuasaan dan peran sebagai pemilik warung pangkon. (2) Habitus yang menyebabkan eksploitasi seksual anak oleh orang tua, yaitu putus sekolah sebagai budaya keluarga, pekerja anak sebagai budaya keluarga, dan bekerja ilegal untuk mendapatkan uang.  (3) Ranah yang membentuk perilaku orang tua, yaitu relasi kuasa dalam keluarga, dimana ibu subjek menjadi kepala keluarga yang memiliki kuasa untuk mengatur dan menentukan segala hal yang terjadi di rumah. Serta, relasi kuasa di warung pangkon, subjek yang mempekerjaka memiliki kuasa dan peran untuk mengatur pelayannya meskipun pelayannya merupakan anak-anak kandungnya atau keponakannya. (4) Praktik sosial eksploitasi seksual anak oleh orang tua, yaitu pertama, praktik sosial eksploitasi seksual anak di bawah umur, kelima anak-anak yang dipekerjakan mulai bekerja di warung pangkon sejak usianya di bawah umur 18 tahun. Kedua, praktik sosial eksploitasi seksual anak sebagai lonte, dimana pelayan-pelayan bekerja dengan melayani kepuasan nafsu seksual pelanggan.

Kata Kunci:       Eksploitasi Seksual, Anak di Bawah Umur, Warung Pangkon

According to Law No. 23 of 2002, Article 13 paragraph (1), every child while in the care of parents, guardians, or any other party responsible for care, has the right to receive protection from: discrimination; exploitation, and other abuses. However, in reality there are still many children who experience exploitation and do not receive protection from their parents or family. The researcher focused on the sexual exploitation of children that occurred in the subjects of two families at the pangkon stall at Mojoagung Market. This phenomenon is interesting because this social practice is carried out by the parents or their own families. The aim of this research is to analyze the objective conditions of parental capital, analyze habitus as a cause of exploitation, analyze the domains that shape parental behavior, and analyze the social practice of child sexual exploitation. This research uses a qualitative approach with a social practice theory perspective from Pierre Bourdieu. This research analyzes data using the case study model from Robert E Stake. The research results show that (1) there are three types of parental social capital conditions, namely first, social relations/networks can provide information on sexual work, get more customers, and provide raid information.  Second, confidence in being able to work professionally as a waiter at a pangkon stall, being willing to pay regular deposits, and providing protection to the waiter or the subject's children. Third, subject friendliness can build relationships with customers, and increase sales and customer satisfaction. The objective condition of the parents' economic capital is that family one has an economic condition that is classified as poor, and family two has an economic condition that is classified as sufficient. Parents' cultural capital is knowledge and abilities or skills in nightlife work. Parents' symbolic capital, namely their power and role as pangkon stall owners. (2) Habitus that cause sexual exploitation of children by parents, namely dropping out of school as a family culture, child labor as a family culture, and working illegally to earn money.  (3) The domain that shapes parental behavior, namely power relations in the family, where the subject mother is the head of the family who has the power to regulate and determine everything that happens at home. Also, in the power relations in the pangkon stall, the employing subject has the power and role to manage his servants even though the servants are his biological children or nephews. (4) The social practice of sexual exploitation of children by parents, namely first, the social practice of sexual exploitation of minors. The five children who are employed start working in pangkon stalls when they are under 18 years of age. Second, the social practice of sexual exploitation of children as prostitutes, where servants work to satisfy customers' sexual desires.

Keywords: Sexual Exploitation, Minors, Warung Pangkon