LIGA UNIVERSITAS: WACANA PEMERINGKATAN PTN-BH DI SURABAYA
University League: Discourse on Ranking PTN-BH in Surabaya
Wacana pemeringkatan telah banyak muncul di PTN-BH Surabaya. Seperti, pembahasan pemeringkatan Quacquarelli Symonds (QS), Scimago Institutions Rankings (SIR), Webometrics dan Indikator Kinerja Utama (IKU). Tujuan dalam penelitian ini, yaitu mengungkap makna teks, mendeskripsikan kognisi sosial, dan mengidentifikasi konteks sosial. Metode kualitatif dan pendekatan AWK Van Dijk digunakan sebagai kerangka analisis yang mendalam dan kritis terhadap teks, mengetahui representasi mental dalam produksi teks, serta mengidentifikasi kekuasaan sosial yang diproduksi melalui wacana pemeringkatan. Pengumpulan data dalam website kampus terkait dilakukan dengan Teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC) teknik catat dengan memfoskukan pada 12 teks berita pemeringkatan. Data yang diperoleh divalidasi melalui wawancara dengan 3 informan, kepala humas. Hasil penelitian menunjukkan adanya analisis teks yang mendalam terhadap struktur wacana pemeringkatan PTN-BH di Surabaya. Kognisi sosial dalam wacana pemeringkatan ini mengedepankan kognisi institusi dalam pengemasan wacana secara positif. Ditunjukkan dengan sorotan pada prestasi, koneksi, dan kolaborasi dalam memperoleh peringkat. Secara implisit, wacana pemeringkatan memperlihatkan keterbatasan melalui eksklusivitas dan tujuan pencapaian kualitatif. Praktik kekuasaan yang mencerminkan hegemoni Gramsci terlihat dalam konteks sosial wacana pemeringkatan PTN-BH di Surabaya. Seperti, lembaga pemeringkatan melakukan kontrol terhadap perguruan tinggi. Kemudian, perguruan tinggi melegitimasi hegemoni lembaga pemeringkatan dengan menyesuaikan diri terhadap standar lembaga peringkat. Dengan begitu, hasil dalam pemeringkatan dapat mencerminkan hierarki kekuasaan dan dominasi perguruan tinggi; peringkat tinggi memberikan akses yang lebih besar terhadap sumber daya, mempengaruhi persepsi masyarakat, dan mendistribusikan norma keunggulan dalam pendidikan tinggi. PTN-BH di Surabaya memiliki kontrol besar dalam produksi dan distribusi wacana pemeringkatan melalui media komunikasi, sumber daya, pengetahuan, otoritas pemimpin, dan jaringan kolaborasi. Dengan demikian, akses tersebut dapat berpengaruh pada narasi positif, penyebaran informasi, dan memperkuat posisi perguruan tinggi.
Many ranking discourses have emerged at PTN-BH Surabaya. For example, the discussion of Quacquarelli Symonds (QS) ranking, Scimago Institutions Rankings (SIR), Webometrics and Key Performance Indicators (IKU). The purpose of this research is to reveal the meaning of the text, describe social cognition, and identify the social context. The qualitative method and Van Dijk's AWK approach are used as a framework for in-depth and critical analysis of the text, knowing the mental representation in the production of the text, and identifying the social power produced through the ranking discourse. Data collection in the related campus websites was conducted using the free listening technique (SBLC) and note-taking technique by focusing on 12 ranking news texts. The data obtained was validated through interviews with 3 informants, the head of public relations. The results showed an in-depth text analysis of the discourse structure of the PTN-BH ranking in Surabaya. Social cognition in this ranking discourse prioritizes institutional cognition in packaging the discourse positively. It is shown by highlighting achievements, connections, and collaboration in obtaining rankings. Implicitly, the ranking discourse shows limitations through exclusivity and qualitative achievement goals. Power practices that reflect Gramsci's hegemony can be seen in the social context of the PTN-BH ranking discourse in Surabaya. For example, ranking agencies exercise control over universities. Then, universities legitimize the hegemony of ranking institutions by adapting to the standards of ranking institutions. In this way, the results in rankings can reflect the hierarchy of power and dominance of universities; High rankings provide greater access to resources, influence public perceptions, and distribute norms of excellence in higher education. PTN-BH in Surabaya has great control in the production and distribution of ranking discourse through communication media, resources, knowledge, leader authority, and collaboration networks. Thus, this access can influence positive narratives, disseminate information, and strengthen the position of universities.