Peran Sanggar Baladewa dalam Regenerasi Seniman Wayang Kulit Anak-anak dan Remaja di Surabaya
The Role of the Sanggar Baladewa in the Regeneration of Wayang Kulit artists For Children and Teenagers in Surabaya
Abstrak : Sanggar Baladewa merupakan sanggar kepelatihan kesenian tradisional wayang kulit pada anak-anak dan remaja. Sanggar ini berdiri sejak tahun 2010 dan mampu berkembang di Surabaya yang terkenal dengan sebutan kota industri. Surabaya telah mengalami modernisasi dan padat penduduk, sehingga aktivitas serta kehidupan telah berkesinambungan dengan teknologi yang canggih dan modern. Hal tersebut tidak menyurutkan semangat sanggar Baladewa untuk melestarikan kesenian tradisional wayang kulit di tengah kota Surabaya. Sanggar Baladewa juga berusaha untuk menghasilkan regenerasi seniman muda yang dapat meneruskan dan mewarisi kesenian wayang kulit.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses pembelajaran seni pedalangan pada wayang kulit siswa sanggar Baladewa dan mendeskripsikan peran sanggar Baladewa dalam melakukan regenerasi seniman muda wayang kulit di Surabaya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode penelitian kualitatif, sebab data yang diperoleh dan dipaparkan dalam bentuk deskriptif. Instrument penelitian merupakan peneliti sendiri. Kemudian sumber data penelitian diperoleh melalui narasumber, informan, dan data pendukung berupa dokumen. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dokumentasi, perekaman, dan studi Pustaka. Validitas data menggunakan teknik triangulasi dengan menyinkronisasi hasil data yang diperoleh.
Penelitian ini membahas tentang proses latihan sanggar Baladewa yaitu dengan pembelajaran berbasis siswa, dimana siswa tidak merasa ditekan atau dipaksa serta dapat mengungkapkan dan mengekspresikan diri. Menurut M. Jazuli bahwa salah satu cara yang dilakukan dalam pembelajaran di sanggar adalah berbasis siswa. Unsur garap pada wayang seperti karawitan, lakon, catur, dan sabet pada sanggar Baladewa didentifikasi melalui pendekatan menurut Sunardi. Ketika proses pelatihan dalang di sanggar Baladewa hal yang harus dipelajari seorang siswa pertama kali adalah karawitan dan vokal, kemudian wayang kulit yang meliputi lakon, catur, dan sabet. Peran sanggar Baladewa dalam regenerasi seniman muda anak-anak dan remaja di Surabaya adalah dapat memberi arah pada peroses sosialisasi, sebagai cara untuk pewarisan tradisi, dapat mempersatukan suatu kelompok, dan menjadi sistem pengendali dan kontrol. Analisis peran sanggar Baladewa menggunakan terori pendekatan menurut Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto. Menurut Alvin L Bertran bahwa peran dapat diartikan sebagai pola tingkah laku yang diharapkan dari seseorang yang berkedudukan tertentu. Sanggar Baladewa dengan didalamnya terdapat pelatih dan siswa maka kedudukan dan keberadaannya diharapkan mampu memenuhi harapan bersama dalam sanggar Baladewa untuk melestarikan kesenian wayang kulit.
Kata kunci: sanggar Baladewa, peran, regenerasi, wayang kulit, Surabaya
Abstact: Sanggar Baladewa is a training studio for the traditional art of shadow wayang kulit for children and teenagers. Sanggar Baladewa was founded in 2010 and has been able to develop in Surabaya, which is known as an industrial city. Surabaya has experienced modernization and is densely populated, so that activities and life are sustainable with sophisticated and modern technology. This has not dampened the enthusiasm of the sanggar Baladewa to preserve the traditional art of wayang kulit in the center of Surabaya. Sanggar Baladewa also strives to produce a regeneration of young artists who can continue and inherit the art of wayang kulit.
The aim of this research is to describe the process of learning the art of dalang in wayang kulit studebt at the sanggar Baladewa and to describe rhe role of the sanggar Baladewa in regenerating young wayang kulit artist in Surabaya.
The method used in the research is a qualitative research method, because the data is obtained and presented in descriptive form. The research instrument is the researcher herself. Then the research data sources were obtained through sources, informants, and supporting data in the form of documents. Data collection techniques are carried out through observation, interviews, documentation, recording, and literature study. Data validity uses triangulation techniques by synchronizing the data result obtained.
The research discusses the training process of the sanggar Baldewa, namely student-based learning so that students do not feel pressured or forced to use the theoretical approach according to M. Jazuli. Elements of working on wayang such as karawitan, lakon, catur, and sabet in the sanggar Baladewa were identified through and approach according to Sunardi. Then the role of the Sanggar Baladewa in regenerating young artist, children, and teenagers, uses the theory according to Dwi Narwoko and Bagong Suyanto that the function of the rove can provide direction to the socialization process, inherit traditions, can unite a group, and become a controlling and control system. Role can mean the pattern of behavior expected from someone in a certain position according to Alvin L. Betran. The sanggar Baladewa includes trainers and students, so the position and existence of both parties can fulfill the hopes of the sanggar Baladewa, parents and the people of Surabaya to preserve the art of shadow puppetry.
Keywords: sanggar Baladewa, role, regeneration, wayang kulit, Surabaya