PERGESERAN FUNGSI KESENIAN REOG CEMANDI DI DESA CEMANDI KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO
Reog Cemandi merupakan kesenian Tradisional asli Sidoarjo. Reog Cemandi berdiri sejak tahun 1922, menceritakan tentang dua remaja yang berasal dari salah satu pondok pesantren di Desa Cemandi, yang mana diutus oleh Kyainya untuk berperang melawan Belanda bersenjatakan kayu rotan. Reog Cemandi menggunakan 2 jenis topeng, yaitu Barongan Lanang dan Barongan Wadon. Saat itu, Reog Cemandi berfungsi untuk mengusir mala petaka yang mengintai warga Desa Cemandi dan untuk sarana ritual. Namun, seiring perkembangan zaman kesenian tersebut berfungsi sebagai hiburan dan seni pertunjukan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menjelaskan bentuk penyajian kesenian Reog Cemandi di Desa Cemandi, Sedati, Sidoarjo. (2) Menjelaskan pergeseran fungsi kesenian Reog Cemandi bagi masyarakat pada tahun 2000 hingga saat ini. (3) Menjelaskan faktor yang mempengaruhi pergeseran fungsi terhadap Kesenian Reog Cemandi.
Kajian konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep bentuk dan konsep pergeseran fungsi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, dengan objek penelitian kesenian Reog Cemandi di Desa Cemandi, Sedati, Sidoarjo. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah Taksonomi Spradly. Taksonomi Spradly sendiri yang dimaksudkan yaitu peneliti berupaya memahami domain-domain tertentu sesuai fokus masalah atau sasaran penelitian melalui pengamatan dan wawancara terfokus yang sebelumnya telah dipilih oleh peneliti.
Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Bentuk penyajian kesenian Reog Cemandi di Desa Cemandi, Sedati, Sidoarjo tidak mengalami perubahan pada sajian pertunjukannya (gerak, iringan, tata rias, tata busana, tempat pementasan, dan properti). Perubahan bentuk penyajian terjadi pada Busana, yang warnanya berubah menjadi pudar. (2) Pergeseran fungsi Reog Cemandi terjadi melalui interaksi sosial, dari fungsi sarana upacara ritual menjadi fungsi hiburan. Pada tahun 1990 Reog Cemandi mengalami penurunan eksistensi, sehingga pada tahun 2000 mulai digunakan sebagai media hiburan. (3) Faktor yang mempengaruhi pergeseran fungsi, faktor intern dan ekstern. Faktor internnya yaitu ekonomi atau keuangan (dana). Tidak adanya bantuan dana dari pemerintah (termasuk perangkat desa) membuat seniman Reog Cemandi mengajukan proposal pendanaan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sidoarjo. Faktor eksternnya yaitu adanya modernisasi. Seiring perkembangan zaman, masyarakat juga menyadari bahwa mereka membutuhkan adanya hiburan, oleh karena itu masyarakat Desa Cemandi mendukung secara penuh untuk Reog Cemandi ditetapkan sebagai media hiburan. Simpulan dalam penelitian ini adalah Reog Cemandi merupakan kesenian yang mampu beradaptasi sesuai perkembangan zaman, ketika masa penjajahan kesenian tersebut digunakan untuk mengusir penjajah Belanda, kemudian setelah penjajahan usai, kesenian Reog Cemandi memiliki fungsi yang kental sebagai ritual, dan mulai tahun 2000 kesenian tersebut memiliki fungsi sebagai media hiburan dan seni pertunjukan.
Reog Cemandi is an authentic Traditional art from Sidoarjo. Reog Cemandi was founded in 1922 which tells about two teenagers who came from a islamic boarding schools in Cemandi Village, they were sent by their Kyai to fight against the Dutch and armed with rattan wood. Reog Cemandi uses 2 types of masks, namely Barongan Lanang and Barongan Wadon. At that time, Reog Cemandi was functioned to ward off the havoc that would harmed the resident of Cemandi Village and for ritual means, but as time goes by, it functions as entertainment and performing arts. This research aims to (1) Explain the form of Reog Cemandi presentation in Cemandi Village, Sedati, Sidoarjo. (2) Explain the functional shifts of Reog Cemandi for the residents in 2000 until now. (3) Explain the factors that influence the functional shifts toward Reog Cemandi.
The concept study which used in this research are the concept of form and the concept of functional shift. This research is a qualitative descriptive research, the object of research is Reog Cemandi in Cemandi Village, Sedati, Sidoarjo. Data collection methods can be done by observation, interviews, and documentation. The data analysis technique used is Spradly Taxonomy. Spradly’s own taxonomy is meant that the researcher seeks to understand certain domains according to the focus of the problem or research target through focused observations and interviews that have been previsiously chosen by the researcher.
The results of this research showed that (1) The form of Reog Cemandi presentation in Cemandi Village, Sedati, Sidoarjo had no change. The perfomence includes movements, accompaniment/music, makeup, fashion, staging, and equipment/tool. The changes occur in fashion, which changes color to fade. (2) The functional shift process of Reog Cemandi occurs through social interaction, from ritual ceremonies function to entertainment functions. It happened in 1990 when there was a decline in existence, so in 2000 people started using it as entertainment. (3) Factors that affect the functional shifts are internal and external factors. The internal factor that affect it is economic or financial (funds). The lack of financial support from the government or from Cemandi Village apparatus themselves, made Reog Cemandi artist sent a funding proposal to Sidoarjo Culture and Tourism Office. The external factor that affect it is modernization. As time goes by, the community also realizes that they need entertainment, therefore the Cemandi Village resident fully supports the Reog Cemandi as entertainment media. The conclusion in this research is Reog Cemandi is able to adapt according to the times, when the colonial period of art was used to drive out the Dutch invaders, then after the occupation was over, Reog Cemandi art has a thick function as a ritual, and starting in 2000 the art has a function as entertainment media and performance art.