KONSTRUKSI MASYARAKAT TENTANG PEMBEBASAN LAHAN PT. LAPINDO BRANTAS (STUDI PADA MASYARAKAT DESA PENATARSEWU KECAMATAN TANGGULANGIN KABUPATEN SIDOARJO)

SOCIAL CONSTRUCTION REGARDING LAND ACQUISITION CONDUCTED BY PT. LAPINDO BRANTAS (STUDY IN SOCIETY OF PENATARSEWU VILLAGE, TANGGULANGIN, SIDOARJO)

ABSTRAK

                Desa Penatarsewu merupakan desa yang berada di kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo yang menjadi salah satu tempat pengeboran minyak baru PT. Lapindo. adanya tempat pengeboran yang bertempatkan di Desa Penatarsewu ini membuat desa ini tidak terlepas dari proses pembebasan lahan. Proses pembebasan lahan di Desa Penatarsewu ini dilakukan untuk dua kebutuhan. Pertama, untuk lahan pengeboran minyak. Kedua, untuk akses jalan menuju tempat pengeboran minyak. Pembebasan lahan ini berlangsug secara bertahap dari tahun 2004-2020(sekarang). Proses pembebasan lahan ini menargetkan lahan pertanian masyarakat desa Penatarsewu. Hal ini sangat disayangkan karena lahan pertanian merupakan sumber mata pencaharian masyarakat desa. Masyarakat desa Penatarsewu mayoritas bekerja sebagai petani. Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu bagaimana konstruksi sosial masyarakat desa Penatarsewu terkait adanya proses pembebasan lahan yang mentargetkan lahan pertanian sebagai daerah terdampak.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan teori Konstruksi Sosial dari Peter L. Berger. Subyek penelitian dipilih berdasarkan purposive masyarakat asli desa Penatarsewu yang bekerja sebagai petani dan memiliki lahan pertanian yang menjadi target pembebasan lahan. Hasil penelitian menjelaskan bahwa masyarakat desa Penatarsewu mengkonstruksikan proses pembebasan lahan digambarkan sebagai proses yang dapat membawa keuntungan bagi masyarakat. Keuntungan ini didapatkan apabila ganti rugi yang diberikan minimal tiga kali lipat dari harga normal. Ganti rugi ini dianggap masyarakat membawa keuntungan karena dapat digunakan untuk membeli lahan yang lebih luas daripada yang dimiliki sebelumnya. Pembebasan lahan dianggap membawa keuntungan untuk masyarakat yang ingin membagi waris. Disamping membawa keuntungan, masyarakat juga menyatakan bahwa pembebasan lahan yang dilakukan harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang diberikan oleh masyarakat. Salah satunya adalah tidak menutup sungai kecil yang berada didekat lahan pertanian. Ketentuan tersebut muncul karena masyarakat tidak menginginkan pembangunan jalan akan berdampak pada pengairan sawah masyarakat. Proses pembebasan lahan yang terjadi di desa Penatarsewu dianggap masyarakat juga masih belum bisa berjalan secara transparan dan masih terdapat makelar tanah yang dianggap merugikan masyarakat.

Kata Kunci : Konstruksi Sosial, Pembebasan Lahan, Pengeboran Minyak

ABSTRACT

Penatarsewu Village is a village located in Tanggulangin, Sidoarjo, which is where the new PT. Lapindo oil drilling site has been build. the existence of a drilling station located in Penatarsewu Village makes this village inseparable from the land acquisition process. The process of land acquisition in Penatarsewu Village was carried out for two needs. First, for oil drilling site. Second, for the access road to the oil drilling site. The land acquisition be held since 2004 until 2020 (now). The targets of land acquisition process are the agricultural land. Unfortunately, the agricultural land is the place where most of peoples in Penatarsewu Village sources for livelihood. Cause majority of Penatarsewu villagers work as a farmer. Therefore, this study aims to find out how the social construction of the Penatarsewu villagers are related to the land acquisition process who take place at the agricultural lands.

This study uses qualitative research methods with the Social Construction theory approach from Peter L. Berger. Subject from this research pick by purposive sampling. Purposive for determine the subjects on this reaserch are, subject must be native people from Penatarsewu village, Subject work as farmer and subject has land wich is the target of land acquisition. The results of research that describes the Penatarsewu villager construct the land acquisition process as a process that can bring benefits to the community. This benefit is obtained from the compensation given at least three times the normal price. This compensation considered to bring benefit in this society because peoples think that if they had that compensation it can be used for buy land wider than they already had before. Land acquisition process considered to bring benefit too when peoples want to divide up inheritance. Even though peoples are agree the land acquisition brings some benefit, the land acquisition process must follow the rule who has been form by the peoples in Penatarsewu village. One of the rules that given is land acquisition process should not cover existing small rivers that are near from agricultural areas. This provision occurs cause the people form this village does not want the land acquisition brings an impact on irrigation of this society’s fields. Peoples in Penatarsewu village considers that the land acquisition who been held in this village still unable to do transparency. Peoples believe that there is something in this process hidden from the public. Peoples also believe that there are still land brokers who are considered detrimental to the society in this village.

Kata Kunci : Social Construction, Land Acquisition, Oil Drilling