KOMUNITAS MASYARAKAT SENI SOLAH WETAN SEBAGAI PELESTARI KESENIAN REYOG PONOROGO DI KECAMATAN SAWOO KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2009 – 2019
SOLAH WETAN ARTS COMMUNITY AS PRESERVANT OF REYOG PONOROGO ART IN SAWOO DISTRICT PONOROGO REGENCY 2009 - 2019
Ponorogo merupakan sebuah kabupaten yang memiliki ciri khas kesenian yaitu Reyog Ponorogo. Eksistensi kesenian daerah seiring dengan perkembangan zaman dan adanya budaya barat yang masuk ke Indonesia membuat keberadaan kesenian tersebut terancam keberadaanya. Masyarakat harus memiliki keasadaran untuk melestarikan, menjaga, dan mengembangkan nilai - nilai budaya agar budaya tersebut dapat diterima oleh semua masyarakat. Komunitas Masyarakat Seni Solah Wetan lahir sebagai bentuk kesadaran masyarakat yang memiliki tujuan melestarikan kesenian Reyog Ponorogo.
Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah dirumuskan sebagai berikut : (1) Apa yang melatar belakangi berdirinya Komunitas Masyarakat Seni Solah Wetan?; (2) Bagaimana perkembangan Komunitas Masyarakat Seni Solah Wetan dari tahun 2009 – 2019?; (3) Bagaimana peran Komunitas Masyarakat Seni Solah Wetan dalam pelestarian Reyog Ponorogo Tahun 2009- 2019?. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah dengan tahapan pemilihan topik, heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk menjelaskan latar belakang berdirinya Komunitas Masyarakat Seni Solah Wetan; (2) untuk mendeskripsikan perkembangan Komunitas Masyarakat Seni Solah Wetan dari tahun 2009 – 2019; (3) untuk menganalisis peran Komunitas Masyarakat Seni Solah Wetan dalam pelestarian kesenian Reyog Ponorogo Tahun 2009 – 2019.
Hasil dari penelitian ini yaitu Komunitas Masyarakat Seni Solah Wetan terbentuk karena adanya kesadaran untuk melestarikan nilai – nilai budaya yang ada dalam kesenian Reyog Ponorogo melalui proses pelestarian dan bentuk apresiasi, ersembahan kepada teman sesame seniman yang telah meninggal dunia. Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas Komunitas mengalami perkembangan dari segi peserta didik jumlah peserta didik awalnya hanya 60 orang kemudian mengalami naik turun dengan kisaran angka 60 hingga 100. Proses pelestarian yang dilakukan meliputi kegiatan perlindungan dengan membuka pelatihan khusus kesenian Reyog Ponorogo. Pengembangan dilakukan dengan cara pengembangan kostum, pengembangan dhadhak merak, pengembangan cerita, pengembangan musik, pengembangan kelas dan pengembangan pementasan kesenian Reyog Ponorogo. Pemanfaatan dilakukan dengan memanfaatkan sebagai sarana hiburan, sarana edukasi, membangun identitas komunitas dan Festival budaya.
Kata Kunci : Komunitas, Pelestarian, Kesenian
Ponorogo is a district that has a distinctive artistic characteristic, namely Reyog Ponorogo. The existence of regional arts along with the times and western culture entering Indonesia means that the existence of these arts is threatened. Society must have the awareness to preserve, maintain and develop cultural values so that culture can be accepted by all communities. The Solah Wetan Arts Community was born as a form of public awareness with the aim of preserving Ponorogo Reyog art.
Based on the background above, the problem formulation is formulated as follows: (1) What is the background to the establishment of the Solah Wetan Arts Community?; (2) How did the Solah Wetan Arts Community develop from 2009 – 2019?; (3) What is the role of the Solah Wetan Arts Community in preserving Reyog Ponorogo in 2009-2019? This research uses historical research methods with stages of topic selection, heuristics, verification, interpretation and historiography. The aims of this research are (1) to explain the background to the founding of the Solah Wetan Arts Community; (2) to describe the development of the Solah Wetan Arts Community from 2009 – 2019; (3) to analyze the role of the Solah Wetan Arts Community in preserving Ponorogo Reyog art in 2009 – 2019.
The results of this research are that the Solah Wetan Arts Community was formed because of awareness to preserve the cultural values contained in Reyog Ponorogo art through a preservation process and a form of appreciation, as material for sesame artist friends who have passed away. In order to improve the quality and quantity, the community experienced development in terms of students, the number of students was initially only 60 people, then experienced fluctuations ranging from 60 to 100. The preservation process carried out included protection activities by opening special training for the Reyog Ponorogo art. Development was carried out by means of costume development, peacock dhadhak development, story development, music development, class development and development of the Reyog Ponorogo art performance. Utilization is carried out by using it as a means of entertainment, educational means, building community identity and cultural festivals.
Keywords: Community, Conservation, Arts