Pelecehan seksual terjadi pada satu dari tiga wanita di dunia dan pada satu dari enam pria di dunia, dan masalah ini sering kali di normalisasikan oleh masyarakat. Perempuan masih terbelenggu sistem patriarki yang kuat dari masyarakat sehingga sulit untuk mendapatkan kebebasan dalam menyuarakan, memberikan pendapat maupun melakukan pembelaan atas hal yang di tujukan kepada mereka. Selain dibungkam oleh masyarakat, beberapa diantaranya bahkan dituduh ikut menjadi penyebab terjadinya tindak pelecehan seksual. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi perempuan Ex-Lokalisasi Dolly dalam menyikapi tindak pelecehan seksual dan ideologi victim blaming, serta dampak ideologi victim blaming terhadap karakter masyarakat berdasarkan pada sila ke-2 Pancasila. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sikap masyarakat khususnya perempuan Ex-Lokalissi Dolly terhadap korban pelecehan seksual masih sangat disayangkan, sebagian besar perempuan tidak memiliki kesadaran dan edukasi yang cukup mengenai pelecehan seksual, memiliki sifat permissive atau tak acuh terhadap lingkungan sekitar mereka. Perlakuan yang dilakukan masyarakat khususnya perempuan terhadap korban pelecehan seksual bertolak belakang dengaan Pancasila Sila Ke- 2.
Sexual harassment occurs in one in three women in the world and in one in six men in the world, and this problem is often normalized by society. Women are still shackled by a strong patriarchal system from the community so that it is difficult to get freedom in voicing, giving opinions or making defenses on what is aimed at them. In addition to being silenced by the public, some of them were even accused of being part of the cause of sexual harassment. This study aims to determine the perception of Ex-Localization Dolly women in responding to acts of sexual harassment and victim blaming ideology, as well as the impact of victim blaming ideology on the character of society based on the 2nd principle of Pancasila. The results of this study indicate that the attitude of the community, especially Ex-Lokalissi Dolly women towards victims of sexual harassment is still very unfortunate, most women do not have sufficient awareness and education about sexual harassment, have permissive or indifferent nature towards their surroundings. The treatment by the community, especially women, against victims of sexual harassment contrasts with the Second Principles of Pancasila.
Key Word : Sexual Harassment, Victim Blaming, Woman.Pelecehan seksual terjadi pada satu dari tiga wanita di dunia dan pada satu dari enam pria di dunia, dan masalah ini sering kali di normalisasikan oleh masyarakat. Perempuan masih terbelenggu sistem patriarki yang kuat dari masyarakat sehingga sulit untuk mendapatkan kebebasan dalam menyuarakan, memberikan pendapat maupun melakukan pembelaan atas hal yang di tujukan kepada mereka. Selain dibungkam oleh masyarakat, beberapa diantaranya bahkan dituduh ikut menjadi penyebab terjadinya tindak pelecehan seksual. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi perempuan Ex-Lokalisasi Dolly dalam menyikapi tindak pelecehan seksual dan ideologi victim blaming, serta dampak ideologi victim blaming terhadap karakter masyarakat berdasarkan pada sila ke-2 Pancasila. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sikap masyarakat khususnya perempuan Ex-Lokalissi Dolly terhadap korban pelecehan seksual masih sangat disayangkan, sebagian besar perempuan tidak memiliki kesadaran dan edukasi yang cukup mengenai pelecehan seksual, memiliki sifat permissive atau tak acuh terhadap lingkungan sekitar mereka. Perlakuan yang dilakukan masyarakat khususnya perempuan terhadap korban pelecehan seksual bertolak belakang dengaan Pancasila Sila Ke- 2.