Pengetahuan, keyakinan dan perasaan merupakan dimensi kognisi yang dapat mempengaruhi praktik pengajaran guru baik tentang pedagogi, konten dan teknologi. Seperti guru bahasa Inggris terhadap pembelajar muda yang perlu menyesuaikan cara pengajarannya dengan era digital saat ini. Oleh karena itu, guru memerlukan kerangka teori yang holistik yang disebut TPACK (technological pedagogical and content knowledge) untuk integrasi TIK. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kognisi guru tentang integrasi TIK dalam mengajar bahasa Inggris untuk pembelajar muda dan bagaimana para guru mempraktekkan TIK- TPACKnya ke dalam pengajaran bahasa Inggris untuk pembelajar muda. Selain itu, peneliti juga menganalisa alasan para guru mengintegrasikan TIK dan bagaimana pembelajar muda terbantu dalam pembelajaran bahasa Inggris yang diajarkan oleh guru yang mengintegrasikan TIK-TPACK dalam praktik pengajarannya. Tujuh guru dari lima sekolah dasar di Jawa Timur Indonesia terlibat sebagai partisipan dalam penelitian ini. Peneliti juga menggunakan lima orang siswa dari masing-masing guru tersebut sebagai perwakilan kelas untuk menggali informasi dari sisi siswa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain multiple case study karena terdapat beberapa partisipan penelitian dengan kasus yang sama. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan wawancara dan pengamatan mendalam terhadap guru dan para siswa di dalam proses pengajaran Bahasa Inggris di dalam kelas.

Hasil penelitian ini  menunjukkan bahwa tidak  semua guru memiliki kognisi  yang holistik tentang integrasi TIK di dalam instruksi TPC (technological pedagogical and content) seperti breadth and depth knowledge, strength belief, and happiness feeling. Bahkan kognisi lain juga ditemukan dalam penelitian ini selama proses pengamatan dilakukan oleh peneliti yaitu emosi yang positif dan negative sebagai reaksi secara fisik dari sebuah perasaan, serta sikap terbuka dan tertutup sebagai dampak dari kognisi lain yang akhirnya membentuk sebuah harapan pada diri seorang guru.  Temuan penelitian ini mengungkap bahwa lima partisipan (P1, P2, P3, P4, P7) memiliki kognisi holistik yang sejalan dengan praktek ICT-TPCnya yang baik. Satu orang partisipan (P5) saat wawancara diketahui tidak memiliki kognisi yang holistik namun justru saat peneliti melakukan observasi ternyata P5 mampu menerapkan ICT-TPCnya dengan baik, dimana artinya dia sebenarnya memiliki kognisi yang holistik namun tidak menyadarinya. Sedangkan, satu orang partisipan  (P6) di awal wawancara memang  tidak memiliki kognisi yang holistik dan hal tersebut sejalan dengan praktek ICT – TPCnya yang juga tidak optimal. Kognisi para guru yang menjadi partisipan penelitian ini tentunya berdampak pada siswa sekolah dasar yang belajar Bahasa Inggris di kelas. Siswa yang diajarkan oleh guru yang memiliki kognisi holistik dan implementasi ICT-TPCnya baik cenderung aktif dan responsive di kelas dibandingkan para siswa yang diajarkan oleh guru dengan kognisi yang tidak holistik terhadap integrasi ICT-TPCnya.

Meskipun tidak semua partisipan memiliki kognisi yang holistik tentang pengetahuan konten pedagogis teknologi untuk Integrasi TIK (Komunikasi dan Teknologi Informasi) dan Praktiknya di TEYL, semua guru yang manjadi partisipan penelitian ini setuju bahwa integrasi TIK pada praktek pengajaran dapat memberikan manfaat seperti;   1) berbagi sumber daya pengajaran, 2) menghilangkan hambatan dan memberikan keleluasaan dalam kegiatan belajar mengajar, 3) meningkatkan keterampilan, kepercayaan diri dan semangat guru, 4) membantu guru dalam merencanakan dan menyusun konten, 5) meningkatkan kekuasaan dan wibawa guru dalam proses belajar mengajar, dan  6) teknologi memungkinkan berbagai cara untuk membuat pengajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Dari sisi siswa juga sangat diuntungkan ketika guru menggunakan TIK untuk membantu para siswa dalam belajar bahasa Inggris. Diketahui bahwa para siswa sekolah dasar pada penelitian ini lebih memilih guru mereka menggunakan perangkat TIK seperti laptop, layar LCD, YouTube, video, dan aplikasi seperti Quizizz, Presentation Plus, Word Wall, dan PowerPoint. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran bahasa Inggris dengan guru yang menggunakan TIK. Para siswa bahkan dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru menggunakan alat TIK. Namun, karena siswa masih tergolong anak-anak, maka tetap membutuhkan pendampingan dari orang tua atau guru selama prosesnya.

Temuan penelitian ini memberikan implikasi penting bahwa perlunya pelatihan pengajaran berbasis TIK bagi para guru Bahasa Inggris untuk pembelajar muda di sekolah dasar. Kegiatan tersebut merupakan cara pengembangan kognisi holistik pada guru agar dapat memahami dan mengimplementasikan TIK secara efektif dalam pembelajaran. Pelatihan ini dapat membantu guru memperoleh pengetahuan yang lebih dalam dan luas tentang penggunaan TIK, memperkuat keyakinan para guru dalam menggunakan TIK, dan menciptakan suasana hati yang positif terkait dengan penggunaan TIK dalam pembelajaran. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan kognisi guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dengan TIK guna meningkatkan partisipasi dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran.

Knowledge, beliefs, and feelings are dimensions of teachers' cognition that can influence their teaching practices, both in terms of pedagogy, content, and technology. Like the English teachers for young learners who need to adapt their teaching methods to the current digital era. Therefore, teachers need a holistic theoretical framework called TPACK (technological, pedagogical, and content knowledge) for ICT integration. The purpose of this study was to find out teachers' cognitions about the integration of ICT in teaching English to young learners and how teachers practice their ICT-TPAK in teaching English to young learners. In addition, the researcher also analyzes the reasons teachers integrate ICT and how young learners are assisted in learning English by teachers who integrate ICT-TPACK in their teaching practices. Seven teachers from five elementary schools in East Java, Indonesia, were involved as participants in this study. The researcher also used five students from each teacher as class representatives to gather information from the students' side. This study used a qualitative method with multiple case study designs because there were several research participants with the same case. In collecting data, researcher used interviews and in-depth observations of teachers and students in the process of teaching English in the classroom.

The results of this study indicate that not all teachers have holistic cognition about ICT integration in their TPC (technological, pedagogical, and content) instruction, such as breadth and depth knowledge, strength belief, and happiness feeling. Even other cognitions were also found in this study during the observation process carried out by researcher, namely positive and negative emotions as a physical reaction from a feeling. Then, open and closed attitude as the impact of other cognitions, which ultimately form a hope in a teacher. The findings of this study revealed that five participants (P1, P2, P3, P4, P7) had holistic cognition, which was in line with their good ICT-TPC practices. One participant (P5) during the interview was found not to have holistic cognition, but instead, when the researcher made observations, it turned out that she was able to apply his ICT-TPC well, which means she actually had holistic cognition but was not aware of it. Meanwhile, one participant (P6) at the beginning of the interview did not have holistic cognition, and this was in line with his ICT-TPC practice, which was also not optimal. The cognition of the teachers who participated in the study certainly had an impact on elementary school students learning English in class. Students taught by teachers who have holistic cognition and good ICT-TPC implementation tend to be more active and responsive in class compared to students taught by teachers with non-holistic cognition regarding their ICT- TPC integration.

Although not all participants have holistic cognition about technology pedagogical content knowledge for ICT (Information and Communication Technology) Integration and its practice in TEYL, they all agree that ICT integration in teaching practice provide benefits such as: 1) sharing teaching resources; 2) removing obstacles and providing flexibility in teaching and learning activities; 3) increasing teacher skills, confidence, and enthusiasm; 4) assisting teachers in planning and compiling content; 5) increasing teacher power and authority in the learning process; and 6) technology enables various ways to make teaching more fun and enjoyable. From the students' point of view, they benefit greatly when teachers use ICT to assist them in learning English. They prefer their teachers to use ICT devices such as laptops, LCD screens, YouTube videos, and applications such as Quizizz, Presentation Plus, Word Wall, and PowerPoint. The interview findings also show that students can actively participate in learning English with teachers who use ICT. They can even complete assignments given by the teacher using ICT tools. However, because students are still young, they need assistance from parents or teachers during the process.