TRADHISI SIRAMAN WARANGGANA ING SENDANG BEKTIHARJO DESA BEKTIHARJO KECAMATAN SEMANDING KABUPATEN TUBAN
TRADITION OF SIRAMAN WARANGGANA IN SENDANG BEKTIHARJO BEKTIHARJO VILLAGE SEMANDING DISTRICT TUBAN REGENCY
Tradisi Siraman Waranggana di Sendang Bektiharjo merupakan tradisi yang tumbauh dilingkup masyarakat Desa Bektiharjo Kecamatan Semandinga Kabupaten Tuban. Tradisi siraman waranggana dilaksanakan sejak jaman dahulu dan tidak diketahui tahun berapa pastinya. Tradisi tersebut dilaksanakan ditanggal 1 bulan November bertempatan hari jadi kota Tuban. Penelitian ini akan membahas menegenai bagaimana awal mula tradisi, kemudian bagaiamana proses tradisi tersebut, apa saja ubarampe yang dibutuhkan dalam prosesi dan makna setiap ubarampenya, bagaimana fungsi tradisi, apakah ada perubahan didalam prosesi tradisi, dan bagaimana cara melestarikan tradisi tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan bentuk dari tradisi siraman waranggana dengan mengunakan Tintingan Folklor. metode yang digunakan dalam penelitian ini yaiku metode deskriptif kualitatif. Sumber dan penelitian yang digunakan yaiku data primer dan data sekunder.
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti yaiku wawancara dan dokumentasi. Pada pelaksanaan tradisi terbagi atas tiga prosesi, yaitu (1) prosesi menabur bunga, (2) prosesi siraman waranggana, (3) prosesi pendanyangan. Pada prosesi-prosesi tersebut terbagi atas tiga bagian yaiku pembukaan, pelaksanaan, dan penutup. Ubarampe yang digunakan dalam tradisi ini berupa air tujuh sumber, kupat lepet, tumpeng robyong, ingkung ayam, bunga melok, kemenyan, keris pusaka, bunga sekaran, kendi dan kendil. Perubahan dalam tradisi siraman waranggana yaiku perubahan dalam pelaksanaan dan dalam perubahan nama tradisi tersebut. Fungsi dari tradisi tersebut dibagi menjadi tuju bagian yang selaras dengan menut pendapat ahli yang relevan dengan penelitian tersebut. Upaya yang dapat dilakukan agar tradisi tersebut tetap ada yaitu(1) upaya yang dilakukan pemerintah dhaerah dan desa (2)Upaya yang dilakukan oleh masyarakat(3)upaya dari sekolah. Tradisi Siraman Waranggana yaitu salah satu wujud dari wisuda waranggana yang memiliki proses disetiap prosesi ritual, didalam tradhisi siraman waranggana memiliki banyak makna diubarampe, dan tradhisi tersebit bisa menjadi cerminan dalam kehidupan berbudaya. Rasa cinta akan tradisi Jawa.
Kata Kunci: Tradisi, Tintingan Folklor, Siraman Waranggana, Sendang Bektiharjo.
The tradition of Siraman Waranggana in Sendang Bektiharjo is a growing tradition within the community of Bektiharjo Village, Semandinga District, Tuban Regency. The tradition of siraman waranggana has been carried out since ancient times and it is not known what year it is exactly. The tradition is carried out on November 1 on the anniversary of the city of Tuban. This study will discuss how the beginning of tradition, then how the process of tradition, what ubarampe is needed in the procession and the meaning of each ubarampenya, how the tradition functions, whether there are changes in the tradition procession, and how to preserve the tradition. The purpose of this study is to describe the form of the waranggana flush tradition using Tintingan Folklore. The method used in this study is qualitative descriptive method. The sources and research used are primary data and secondary data.
Data collection techniques used by researchers are interviews and documentation. The implementation of the tradition is divided into three processions, namely (1) flower sowing procession, (2) waranggana flush procession, (3) screening procession. The processions are divided into three parts, namely opening, implementation, and closing. Ubarampe used in this tradition is in the form of seven sources of water, kupat lepet, tumpeng robyong, ingkung ayam, bunga melok, frankincense, kris pusaka, sekaran flowers, jugs and kendils. Changes in the tradition of siraman waranggana are changes in the implementation and in the change of the name of the tradition. Functions of the tradition Divided into sections that are aligned with expert opinions relevant to the study. Efforts that can be made so that the tradition persists are (1) efforts made by the dhaerah and village governments (2) efforts made by the community (3) efforts from schools. The tradition of Siraman Waranggana is one form of waranggana graduation which has a process in every ritual procession, in the tradhisi siraman waranggana has many meanings diubarampe, and the tradhisi can be a reflection in cultural life. Love for Javanese traditions.
Keywords: Tradition, Tintingan Folklore, Siraman Waranggana, Sendang Bektiharjo.