Konsep Diri Pada Masyarakat Pemilik Rumah Stiker Warga Miskin Di Bumiarjo, Surabaya

Self Concept In The Poor House Owners Community Of Stickers In Bumiarjo, Surabaya

Kemiskinan menjadi persoalan krusial di perkotaan. Bantuan dari pemerintah hadir agar masyarakat miskin kota tidak termarjinalkan. Peraturan dibuat sedemikian rupa agar bantuan tepat sasaran salah satunya melalui penempelan stiker Keluarga miskin di rumah. Penelitian bertujuan untuk mengetahui bagaimana konsep diri masyarakat pemilik rumah stiker keluarga miskin di Bumiarjo, Surabaya dengan menggunakan teori interaksionisme simbolik george herbert mead. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan kepada tiga informan. Penentuan subjek penelitian dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria khusus masyarakat pemilik rumah berstiker keluarga miskin di Bumiarjo, Surabaya. Hasil penelitian menyatakan penerima stiker keluarga miskin tidak mempermasalahkan persoalan kebijakan pelabelan tersebut. Hal ini membuat terbentuknya konsep diri dalam masyarakat tersebut sebagai masyarakat miskin yang biasa saja dan layak untuk menerima bantuan dari pemerintah. Hasil penelitian ini tentunya terdapat perbedaan dengan penelitian terdahulu dalam hal konsep diri masyarakat Kota Surabaya yang tergambar pada hasil penelitian.

Poverty is a crucial problem in urban areas. Assistance from the government is available so that the urban poor are not marginalized. Regulations are made in such a way that aid is right on target, one of which is by placing poor family stickers at home. The research aims to find out the self-concept of people who own poor family sticker houses in Bumiarjo, Surabaya using George Herbert Mead's theory of symbolic interactionism. This research uses qualitative methods with interview and observation data collection techniques. Interviews were conducted with three informants. Determining research subjects using purposive sampling techniques with special criteria for people who own houses with poor family stickers in Bumiarjo, Surabaya. The results of the research stated that the recipients of the poor family stickers did not have a problem with the labeling policy. This creates a self-concept in society as ordinary poor people who are worthy of receiving assistance from the government. The results of this research certainly have differences with previous research in terms of the self-concept of the people of Surabaya City which is reflected in the research results.