GERABAH DI KELURAHAN KARANG TUBAN
TERGERUS OLEH BUDAYA GLOBAL
POTTERY IN KELURAHAN KARANG TUBAN DRIVEN BY GLOBAL CULTURE
Gerabah merupakan salah satu warisan budaya yang telah lama dikenal dan berkembang luas di Indonesia. Akan tetapi, seiring perkembangannya gerabah terancam punah diberbagai tempat, termasuk sentra kerajinan gerabah di Kelurahan Karang Tuban. Hal ini terjadi karena adanya berbagai faktor yang mempengaruhi eksistensi gerabah, diantaranya kurangnya penulisan sejarah tentang gerabah untuk generasi mendatang, tidak banyak terlihatnya aktivitas membuat gerabah di sentra dan hilangnya produk gerabah peralatan dapur dipasaran yang tergantikan oleh produk berbahan plastik. Melihat kondisi tersebut, penulis secara akademis memiliki peminatan di bidang keramik tertarik untuk melakukan penelitian di sentra kerajinan gerabah Kelurahan Karang Tuban. Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengetahui sejarah, produk dan eksistensi sentra kerajinan gerabah di Kelurahan Karang Tuban. Metode yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif, dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan diperoleh data sejarah kerajinan gerabah sudah ada sekitar 2000 tahun sebelum masehi. Masa kejayaan sentra pada tahun 1960 sampai 1980 yang menguasai pasar gerabah di daerah Tuban dan sekitarnya. Produk yang dihasilkan dari sentra kerajinan gerabah di Kelurahan Karang Tuban, jarangan, kendhil, kwali, cuwuh, layah, cowek, wajan, dan panyaran yang proses pembuatannya masih sangat tradisional. Eksistensi sentra kerajinan gerabah di Kelurahan Karang Tuban di tengah arus globalisasi tergerus oleh budaya global, dimana produk gerabah peralatan dapur tergantikan dengan produk yang lebih praktis, efisien dan memiliki teknologi yang canggih dalam penggunaannya. Masih ada 30 perajin yang bertahan menekuni kerajinan gerabah. Mayoritas perajin adalah perempuan yang berumur tiga puluh tahun keatas.
The pottery is one growing cultural heritage and to progress in Indonesia. But, as it progresses pottery endangered parts everywhere, including central pottery at Kelurahan Karang Tuban. This is because of various factors affecting the existence of pottery, including the minimum of wfitten history on pottery for future generations, not invisibility activity on centra and, losing the product on markets that are replaced by plastic. Look at the condition, writer its academical on pottery interested to reserarch on central pottery at Kelurahan Karang. The method used which is a qualitative description, with data collection techniques through observation, interview and documentation. Based on research what the writer has do acquired data history pottery it was around 2000 before christian. Heyday central in 1960 until 1980 who owns the pottery market in and around Tuban. Product produced from central pottery at Kelurahan Karang adjoining, jarangan, kendhil, kwali, cuwuh, layah, cowek, wajan and panyaran that the manufacturing process is still very traditional. Existence central pottery at Kelurahan Karang amid the influx of globalization is driven by the global culture, where the pottery products of appliances are replaced by a more practical, efficient and technologically sophisticated products in their use. There are still a 30 surviving craftsmen pursuing pottery. Majority craftsmen is a women over thirty years old