ABSTRAK
Tesis ini berbasis penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi yang dilakukan selama tiga bulan (November 2018-Januari 2019) pada perantau Minang di kota Surabaya. Pembahasan dilakukan terhadap dua permasalahan pokok, yaitu: 1) Pengamalan Nilai-nilai Budaya Minang dalam Kehidupan Merantau dan Proses Adaptasi dengan Lingkungan Sosial Setempat; dan 2) Strategi Pola Pengasuhan dan Pendidikan Anak-anak serta Penerapan Nilai-nilai Budaya Minang dalam Konteks Prinsip-prinsip Etnopedagogi.
Pengamalan Nilai-nilai Budaya Minang dalam Kehidupan Merantau dan Proses Adaptasi dengan Lingkungan Sosial Setempat. Dengan mengamalkan secara konsisten falsafah budaya “dima bumi dipijak, disitu langit dijunjuang” para perantau Minang di Kota Surabaya dapat beradaptasi dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan beberapa pengalaman yang dapat mereka capai di berbagai bidang, yaitu: bidang akademik, bidang sosial budaya, bidang religi, dan bidang kuliner.
Strategi Pola Pengasuhan dan Pendidikan Anak-anak dilakukan sendiri oleh para perantau Minang di Kota Surabaya oleh karena faktor kendala lokalitas dan geografis. Meskipun demikian, nilai-nilai kultural dalam sistem kekerabatan berdasar garis ibu (matrilineal kinship system) yang memberikan peran, fungsi, dan tanggung jawab mamak terhadap kamanakan tetap diperhatikan, tidak dihilangkan sepenuhnya.
Pengamalan Nilai-nilai Budaya Minang yang berkaitan dengan Prinsip-prinsip Etnopedagogi telah menemukan sedikitnya Sembilan (9) nilai budaya yang perlu dipertimbangkan dan diperhatikan, yaitu: a) Pentingnya merawat dan mempertahankan Bahasa Daerah (Bahasa Lokal) secara konsisten. b). Nilai yang mengajarkan sikap dan perilaku toleran, tidak ekslusif, dan tidak egois yang secara substantif tercermin dalam falsafah budaya “dima bumi dipijak, disitu langit dijunjuang”. c). Nilai yang mengajarkan sikap dan perilaku tenggang rasa sebagaimana yang terkandung dalam pepatah “Nan elok dek awak katuju dek urang; Lamak dek awak lamak dek urang; Sakik dek awak sakik dek urang”. d). Nilai yang mengajarkan sikap dan perilaku mandiri. Hal ini tercermin dalam pepatah “Karatau madang di hulu, Babuah babungo balun; Marantau Bujang dahulu, Di rumah baguno balun”. e). Nilai yang mengajarkan sikap dan perilaku pantang menyerah. “Baraja ka na manang, mancontoh ka nan sudah”; dan “Takuruang nak dilua, taimpik nak diateh”. f). Nilai yang mengajarkan sikap dan perilaku bahwa setiap orang memiliki fungsi dan peran sesuai dengan kemampuan masing-masing. “Yang buta penghembus lesung, yang pekak pelepas bedil, yang lumpuh penghuni rumah, yang kuat pemikul beban, yang bodoh untuk disuruh-suruh, dan yang pintar lawan berunding.” g). Nilai yang mengajarkan sikap dan perilaku harus mampu membuat rencana yang jelas.dan terukur. “Hiduik baraka, baukue jo bajangko”. h). Nilai yang mengajarkan sikap dan perilaku menghormati dan menghargai orang yang lebih tua. “Nan tuo dihormati, nan ketek disayangi, samo gadang bawo bakawan, ibu jo bapak diutamokan.” i). Nilai yang mengajarkan sikap dan perilaku selalu berpijak pada nilai-nilai agama. “Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah”.
Kata kunci: etnopedagogi, kearifan lokal, nilai budaya Minangkabau, adaptasi.
Abstract
This article is based on the thesis of the Surabaya State University Social Sciences Education Science Master’s Program (2019). This research is qualitative in nature with an ethnographic approach that was carried out for three months (August-October 2018) to Minangkabau migrants in the city of Surabaya. The aim of the study was to understand how the application of Minang Culture Local Wisdom values "in the earth is grounded, there is the sky dijunjuang" in the Context of Ethnopedagogy by Perantau Minang in the City of Surabaya. The results of the study show that there are at least five Minangkabau cultural values that are very important to be included as part of the ethopathic material. The nine cultural values are:
a) Caring for and maintaining Mother Language.
b) Dima bumi dipijak, disitu langit dijunjuang
c) Nan elok dek awak katuju dek urang Lamak dek awak lamak dek urang Sakik dek awak sakik dek urang
d) Karatau madang di hulu, Babuah babungo balun Marantau Bujang dahulu, Di rumah baguno balun
e) Baraja ka na manang, mancontoh ka nan sudah dan Takuruang nak dilua, taimpik nak diateh
f) Yang buta penghembus lesung, yang pekak pelepas bedil, yang lumpuh penghuni rumah, yang kuat pemikul beban, yang bodoh untuk disuruh-suruh, dan yang pintar lawan berunding
g) Hiduik baraka, baukue jo bajangko
h) Nan tuo dihormati, nan ketek disayangi, samo gadang bawo bakawan, ibu jo bapak diutamokan.
i) Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah
Keywords: ethnopedagogy, local wisdom, Minangkabau culture.