Tuturan Berpagar dalam Bahasa Indonesia Mahasiswa Multikultural di Surabaya: Studi Sosiopragmatik
Hedges Speech in Indonesian for Multicultural Students in Surabaya: Sociopragmatic Studies
Kata-kata Kunci: tuturan berpagar, mahasiswa, multikultural, sosiopragmatik
Keberadaan dan keragaman orang-orang di tengah masyarakat Indonesia adalah sesuatu yang nyata. Hal ini dibuktikan dengan kehadiran mahasiswa dari berbagai daerah yang berbondong-bondong menuntut ilmu di Surabaya, khususnya mahasiswa dari Indonesia Timur, seperti NTT, Irian, Ambon, dan sebagian kecil dari Kepulauan Mentawai. Mahasiswa ini, menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa asal daerahnya dalam berkomunikasi sehari-hari baik pada situasi santai maupun situasi formal. Hal ini menyebabkan munculnya keberagaman penggunaan bahasa yang mewarnai interaksi dalam percakapan sehari-hari. Hal ini juga mewarnai tuturan-tuturan yang khas yang muncul dalam setiap interaksi antarmahasiswa baik daam situasi santai maupun situasi formal tidak terkecuali tuturan berpagar.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengaji tuturan berpagar dalam bahasa Indonesia mahasiswa multikultural di Surabaya. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan (1) wujud tuturan berpagar mahasiswa multikultural di Surabaya; (2) strategi ilokusi dalam tuturan berpagar mahasiswa multikultural di Surabaya; (3) fungsi tuturan berpagar mahasiswa multikultural di Surabaya; (4) pola tuturan berpagar mahasiswa multikultural di Surabaya; (5) relasi wujud, strategi, fungsi, dan pola tuturan berpagar mahasiswa multikultural di Surabaya; (6) ciri yang membedakan tuturan berpagar mahasiswa multikultural di Surabaya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualiatif karena data yang muncul pada tuturan berpagar mahasiswa multikultural berupa kata-kata, frasa, dan kalimat. Sumber data penelitian ini adalah mahasiswa dari Ambon, Madura, Medan, Palembang, Pulau Mentawai, Sumba, dan Timor Leste yang menempuh studi di Surabaya. Data tersebut digunakan untuk memecahkan masalah penelitian seperti yang telah disebutkan dalam rumusan masalah. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simak dan rekam yang bertujuan untuk mengambil data tuturan berpagar mahasiswa multikultural di Surabaya. Teknik analisis data menggunakan teknik pilah, balik, dan hubung.
Hasil penelitian ada beberapa. Pertama, wujud tuturan berpagar meliputi modalitas epistemik, modalitas deontis, modalitas intensional, dan modalitas dinamik. Modalitas epistemik terdiri atas: keteramalan, kemungkinan, keharusan, dan kepastian. Modalitas deontik terdiri atas: modalitas pengungkap keijinan dan pengungkap perintah. Modalitas intensional terdiri atas: keinginan, kadar harapan, sjakan, dan permintaan. Modalitas dinamikberupa modalitas kemampuan.
Kedua, strategi ilokusi meliputi ilokusi ekspresif, ilokusi asertif, ilokusi direktif, dan ilokusi komisif. Strategi ilokusi ekspresif terdiri atas: memuji, merendahkan diri, penegasan, mengucapkan selamat, ucapan terima kasih, menyalahkan, mengeluh, dan permintaan maaf, strategi ilokusi asertif terdiri atas: memprediksi, memberitahukan,menjelaskan, menegaskan, dan menyangkal. Strategi ilokusi direktif terdiri atas: menyuruh, meminta, menyangkal, memerintah, memberikan pendapat. Strategi ilokusi komisif terdiri atas: menawarkan dan berjanji.
Ketiga, fungsi tuturan meliputi klausa mitigator, penanda subjektivitas, downgrade, pemagaran performatif, idiom pragmatis, dan pemagaran berdasarkan pada kesantunan.
Keempat, Pola yang ditemukan pada tuturan mahasiswa multikultural di Surabayayaitu, (1) pola tuturan ketidakpastian, (2) pola tuturan sapaan, (3) pola tuturan permohonan maaf, (4) pola urutan yang menyatakan terima kasih, (5) pola urutan yang menyatakan keinginan, (6) pola tuturan kergauan, dan (7) pola tuturan keijinan.
Kelima, relasi wujud, strategi, fungsi dan pola tuturan berpagar meliputi relasi wujud dengan strategi tuturan berpagar, relasi wujud dengan fungsi tuturan berpagar, relasi wujud dengan pola tuturan berpagar, relasi strategi dengan fungsi tuturan berpagar, relasi strategi dengan pola tuturan berpagar, dan relasi fungsi dengan pola tuturan berpagar, dan keenam, ciri yang membedakan tuturan berpagar mahasiswa multikultural di Surabaya ada adanya penyebutan persona yang berbeda dari mahasiswa yang berasal dari Indonesia Timur khususnya ambon dan flores, demikian juga mahasiswa dari wilayah Barat, yaitu Palembang dan Medan.
Simpulan dalam penelitian ini menunjukkan tuturan berpagar mahasiswa multikultural di Surabaya direalisasikan melalui wujud, strategi, fungsi, dan pola. Tuturan berpagar mahasiswa multikultural juga dipengaruhi unsur budaya yang ditunjukkan melalui diksi dan pronomina persona mahasiswa multikultural yang mencerminkan karakteristik asal daerah yang disampaikan dalam satu kesatuan dan keselarasan.
Keywords: hedges speech, student, multicultural, sociopragmatic
The existence and diversity of people in Indonesian society are something real. This is evidenced by the presence of students from various regions who flocked to study in Surabaya, especially students from Eastern Indonesia, such as NTT, Irian, Ambon, and a small part of the Mentawai Islands. This student uses Indonesian and his native language in daily communication, both in casual and formal situations. This causes the emergence of diversity in the use of language that colors interactions in daily conversation. This also colors the typical utterances that appear in every interaction between students, both in casual and formal situations, including gated speech.
Based on this background, this study aims to study gated utterances in the Indonesian language of multicultural students in Surabaya. The purpose of this study is to describe (1) the form of speech by multicultural students in Surabaya; (2) illocutionary strategies in gated utterances of multicultural students in Surabaya; (3) the function of gated speech for multicultural students in Surabaya; (4) speech patterns for multicultural students in Surabaya; (5) the relation of form, strategy, function, and speech pattern of multicultural students in Surabaya; (6) the distinguishing feature of multicultural student fenced speech in Surabaya.
This study uses a qualitative approach because the data that appears in the gated utterances of multicultural students are words, phrases, and sentences. The data sources for this research are students from Ambon, Madura, Medan, Palembang, Mentawai Island, Sumba, and Timor Leste who are studying in Surabaya. The data is used to solve research problems as mentioned in the problem formulation. The data collection technique used in this research is the listening and recording technique which aims to collect data on the gated speech of multicultural students in Surabaya. The data analysis technique uses sorting, turning, and connecting techniques.
The results of the first research, the form of gated speech includes epistemic modality, deontic modality, intentional modality, and dynamic modality. Epistemic modalities consist of predictability, possibility, necessity, and certainty. Deontic modalities consist of permit disclosure modalities and command disclosure modalities. Intentional modalities consist of desire, level of expectation, suggestion, and request. Dynamic modalities are capability modalities.
Second, the illocutionary strategy includes expressive illocutionary, assertive illocutionary, directive illocutionary, and commissive illocutionary. The expressive illocutionary strategy consists of praising, humbling, affirming, congratulating, thanking, blaming, complaining, and apologizing, the assertive illocutionary strategy consists of predicting, informing, explaining, affirming, and denying. The directive illocutionary strategy consists of ordering, asking, denying, ordering, giving an opinion. The commissive illocutionary strategy consists of: offering and promising.
Third, speech functions include mitigating clauses, markers of subjectivity, downgrades, performative fencing, pragmatic idioms, and fencing based on politeness. Fourth, the patterns found in the speech of multicultural students in Surabaya, namely, (1) greeting sequence patterns, (2) apology sequence patterns, (3) sequence patterns expressing gratitude, and (4) sequence patterns expressing wishes.
Fifth, the relation of form, strategy, function, and pattern of gated speech includes the relation of form to the gated speech strategy, the relation of form to the function of fenced speech, the relation of form to the pattern of fenced speech, the relation of strategy to the function of gated speech, the relation of strategy to the pattern of gated speech, and relations function with gated speech patterns, and sixth, the characteristic that distinguishes gated speech of multicultural students in Surabaya is the mention of different personas from students from Eastern Indonesia, especially Ambon and Flores, as well as students from the Western region, namely Palembang and Medan.
The conclusions in this study show that the gated speech of multicultural students in Surabaya is realized through form, strategy, function, and pattern. The gated utterances of multicultural students are also influenced by cultural elements which are shown through the diction and pronouns of the multicultural students' personas which reflect the characteristics of regional origins that are conveyed in one unity and harmony.