PERAN GP ANSOR DALAM MENJAGA KETERTIBAN DI KABUPATEN JOMBANG PASCA PERISTIWA G30S/PKI PADA TAHUN 1965-1966
THE ROLE OF GP ANSOR IN MAINTAINING ORDER IN JOMBANG DISTRICT AFTER THE G30S / PKI EVENTS 1965-1966
ABSTRAK
Nama : Dwi Nur Hidayatulloh
NIM : 16040284015
Program Studi : S-1 Pendidikan Sejarah
Jurusan : Pendidikan Sejarah
Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Nama Lembaga : Universitas Negeri Surabaya
Pembimbing : Drs. Sumarno, M.Hum
GP Ansor mempunyai peranan yang penting bagi bangsa Indonesia, termasuk di Jombang, Jawa Timur. Secara keorganisasian GP Ansor di Jombang mempunyai peran yang cukup vital di tengah masyarakat Jombang karena GP Ansor merupakan organisasi kepemudaan NU yang bertugas untuk mengawal keamanan organisasi NU terutama kyai-kyai NU beserta ajaran Ahlussunnah waljamaah dari pihak-pihak yang ingin menjatuhkan dan menghancurkan NU. Fungsi GP Ansor di Jombang adalah sebagai Instrumen untuk menjaga kebersamaan, kesolidan dan meneguhkan komitmen untuk terus bisa menjadi manfaat bagi masyarakat dan menjaga bangsa dan negara Indonesia dari intoleransi, Radikalisme, Ideologi yang bertentangan dengan pancasila. Di kabupaten Jombang mayoritas penduduknya menganut islam beraliran NU, hal itu dikarenakan pendiri NU yaitu KH. Hasyim Asy ari dan KH. Wahab Chasbullah berasal dari Jombang sehingga NU tumbuh pesat di Jombang. Selain itu banyak pondok pesantren besar di Jombang yang beraliran NU, sehingga NU dan GP Ansor menjadi organisasi yang cukup disegani oleh masyarakat Jombang.
Oleh karena itu penelitian terkait Peran GP Ansor dipandang sangat penting menginggat beberapa peranya dalam perjuangan, dalam hal ini peran perjuanganya dalam membela Pancasila dari Gerakan 30 September 1965 yang dilakukan oleh PKI yang ingin mengganti ideologi Pancasila menjadi ideologi Komunis dan memusuhi organisasi keagamaan yang ada di Indonesia salah satunya adalah NU dan melakukan teror terhadap masyarakat NU di Jombang. Dan didalam penelitian ini membahas tentang Peran GP Ansor di kabupaten Jombang dalam menjaga ketertiban pasca peristiwa G 30 S/PKI tahun 1965 dan memulihkan kembali keadaan sosial, keamanan dan ketertiban didalam kehidupan bermasyarakat di kabupaten Jombang.
Rumusan masalah yang akan dibahas adalah 1) Bagaimana situasi dan kondisi di kabupaten jombang setelah peristiwa G30S/PKI TAHUN 1965 ?, 2) Bagaimana peran GP ANSOR wilayah jombang dalam menjaga ketertiban dan Keamanan di kabupaten Jombang pasca peristiwa G 30S/PKI pada tahun 1965-1966 ?, 3) Bagaimana penanganan anggota PKI yang ada di kabupaten Jombang pada tahun 1965-1966?
Dalam penelitian ini digunakan Metode penulisan sejarah. Tahap pertama adalah Heuristik yaitu mengumpulkan sumber primer dan sekunder. Sumber primer diantaranya Dokumen-dokumen Arsip “Pucuk Pimpinan GP Ansor atas Gerakan 30 September 1965”, Arsip Surat PBNU kepada Dewan Harian PP GP Ansor tentang “Sikap Tegas Terhadap Komunisme”, Wawancara dengan pelaku sejarah (BANSER senior yang ikut melakukan operasi penumpasan PKI di Jombang, serta sumber primer yang lainya. Sedangkan sumber sekunder berupa buku-buku seperti buku “Palu Arit diladang tebu” Sejarah pembantaian massal yang terlupakan, Jombang-Kediri 1965-1966. karya Hermawan Sulistyo. Kritik adalah tahap kedua yang bertujuan untuk menyeleksi sumber yang valid. Tahap ketiga adalah intepretasi dilakukan dengan mengaitkan sumber dan menganalisis sumber. Historiografi adalah tahap terakhir dalam penulisan sejarah. Historiografi adalah penulisan kembali dari hasil intepretasi dalam bentuk skripsi ini.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat diperoleh kesimpulan bahwa operasi penumpasan GP Ansor di Jombang dalam menumpas PKI sangat kecil dan minim dibandingkan dengan daerah lain di Jawa timur hal itu disebabkan karna GP Ansor di Jombang yang melakukan penumpasan hanya dua sampai tiga orang dan targetnya hanya 1 orang PKI yang membuat onar di Jombang dan melakukan pembelaan bahwa PKI tidak bersalah dalam peristiwa Gestapu. Setelah penumpasan diberhentikan oleh kodam brawijaya pada agustus 1966, tidak ada lagi operasi yang dilakukan oleh GP Ansor jombang dan kehidupan masyarakat berangsur normal namun hal berbeda dialami oleh keluarga Ex PKI selain sanksi sosial berupa cemoohan dari masyarakat dan sedikit terasingkan dari pergaulan masyarakatyang tidak dapat menjadi pejabat pemerintahan atau pegawai negeri sipil hal itu berlangsung sampai tahun 1988 masih terjadi di Jombang.
Kata Kunci: Peran, GP Ansor, G30S/PKI, Penumpasan
ABSTRACT
Name : Dwi Nur Hidayatulloh
Student ID Number : 16040284015
Study Program : S-1 Historical Education
Course : Historical Education
Faculty : Faculty of Social Sciences and Law
Institution : State University of Surabaya
Advisor : Drs. Sumarno, M.Hum
GP Ansor has an important role for the Indonesian people, including in Jombang, East Java. Organizationally, GP Ansor in Jombang has a vital role in the community of Jombang because GP Ansor is an NU youth organization whose job it is to guard the security of NU organizations, especially NU kyai and Ahlussunnah waljamaah teachings from those who want to overthrow and destroy NU. The function of GP Ansor in Jombang is as an instrument to maintain togetherness, solidity and to affirm the commitment to continue to be of benefit to society and to protect the Indonesian nation and state from intolerance, radicalism, ideology that is contrary to Pancasila. In Jombang district, the majority of the population adhere to NU Islam, this is because the founder of NU, KH. Hasyim Asy ari and KH. Wahab Chasbullah came from Jombang so NU grew rapidly in Jombang. In addition, many large Islamic boarding schools in Jombang have NU affiliations, so that NU and GP Ansor are organizations that are quite respected by the people of Jombang.
Therefore, research related to the role of GP Ansor is considered very important considering some of its roles in the struggle, in this case the role of his struggle in defending Pancasila from the September 30, 1965 Movement carried out by the PKI who wanted to replace the Pancasila ideology into Communist ideology and be hostile to religious organizations in Indonesia. one of them was NU and carried out terror against the NU community in Jombang. And in this study discusses the role of GP Ansor in Jombang district in maintaining order after the 1965 G30S / PKI incident and restoring social conditions, security and order in social life in Jombang district.
The formulations of the problems to be discussed are 1) What is the situation and conditions in Jombang district after the G30S / PKI incident in 1965-1966 ?, 2) What is the role of the GP ANSOR in the Jombang region in maintaining order and security in Jombang district after the G 30S / PKI incident in 1965-1966?, 3) How was the handling of PKI members in Jombang district in 1965-1966?
In this research, the method of writing history is used. The first stage is Heuristics, namely collecting primary and secondary sources. Primary sources include the Archive Documents "Top Leadership of GP Ansor for the September 30, 1965 Movement", Archives of PBNU Letters to the Daily Council of PP GP Ansor on "Decisive Attitudes Against Communism", Interviews with historical actors (senior BANSER who participated in the PKI suppression operation in Jombang and other primary sources, while secondary sources are books such as the book “Palu and Arit in the Sugarcane Field” The forgotten history of mass slaughter, Jombang-Kediri 1965-1966, by Hermawan Sulistyo. Criticism is the second stage which aims to select sources that are suitable The third stage is the interpretation carried out by linking the source and analyzing the source. Historiography is the last stage in writing history. Historiography is the rewriting of the interpretation result in the form of this thesis.
Based on the results of research conducted by researchers, it can be concluded that the suppression operation of GP Ansor in Jombang was very small and minimal compared to other areas in East Java, this was because GP Ansor in Jombang carried out the crackdown on only two to three people and the target was only 1 PKI person who made trouble in Jombang and defended that PKI was innocent in the Gestapu incident. After the crackdown was stopped by the Brawijaya Military Command in August 1966, there were no more operations carried out by GP Ansor Jombang and community life gradually normalized but different things experienced by the Ex PKI family apart from social sanctions in the form of ridicule from the community and being slightly isolated from the association of people who could not become officials government or civil servants it continued until 1988 still happening in Jombang.
Keywords: Role, GP Ansor, G30S / PKI, Eradication