STUDI PENINGKATAN SISTEM JARINGAN IRIGASI PADA WILAYAH D.I. SIM DI KABUPATEN MAGETAN

STUDY OF IMPROVING THE IRRIGATION NETWORK SYSTEM FOR THE SIM I.A. IN MAGETAN REGENCY

Bendung Jati yang berlokasi di Desa Gondangan, Kecamatan Gorang-Gareng, Kabupaten Magetan merupakan sumber utama yang mengairi Daerah Irigasi SIM dengan saluran primer yang secara administratif melalui Kabupaten Madiun, Magetan, Ngawi, dan Kota Madiun. Dengan adanya keterbatasan suplesi dari Bendung Jati 17% sebesar 350,746 lt/dt untuk mengairi D.I. SIM di Kabupaten Magetan, maka Pemerintah mengupayakan pekerjaan rehabilitasi pada Bendung Jati agar ketersediaan debit air mampu memenuhi kebutuhan air di Daerah Irigasi SIM. Ketersediaan air kondisi sebelum rehabilitasi hanya mampu memenuhi pola tanam padi sebesar 30%. Maka dari itu, perlu adanya studi peningkatan sistem jaringan irigasi guna mengetahui perbandingan debit ketersediaan air kondisi sebelum dan setelah rehabilitasi, kebutuhan air, dan peningkatan keuntungan pertanian. Pada studi ini menggunakan metode F.J. Mock untuk mengetahui debit ketersediaan air, Metode Penman Modifikasi FAO untuk mengetahui besaran evapotranspirasi yang digunakan pada analisis kebutuhan air masing-masing pola tanam. Perbandingan nilai ketersediaan dan kebutuhan air tersebut, disajikan dalam bentuk neraca air.

Dari hasil analisis yang telah dilakukan, ditemukan kesimpulan bahwa ketersediaan air pada Daerah Irigasi SIM di Kabupaten Magetan kondisi sebelum rehabilitasi tertinggi sebesar 1,37 m³/dt dan terendah sebesar 0,74 m³/dt. Sedangkan pada kondisi setelah rehabilitasi tertinggi sebesar 5,75 m³/dt dan terendah  sebesar 4,64 m³/dt. Suplesi dari Bendung Jati tersebut, pada kondisi sebelum rehabilitasi sebesar 17%, dan pada kondisi setelah rehabilitasi meningkat menjadi 28%. Kebutuhan air irigasi tertinggi terbesar pada pola tanam yang menerapkan padi 100% sebesar 3,01 m³/dt. Melihat nilai ketersediaan air dibandingkan dengan kebutuhan air yang masih besar, maka pengambilan intake Bendung Jati dapat dikurangi dari 28% menjadi 20% agar sisa air dapat disalurkan menuju saluran sekunder berikutnya. Ketersediaan air pada prosentase 28% sebesar 5,75 m³/dt, pada prosentase 20% menjadi sebesar 3,49 m³/dt. Debit tersebut mampu memenuhi kebutuhan air tertinggi sebesar 3,01 m³/dt. Pada kondisi sebelum rehabilitasi, ketersediaan air hanya mampu memenuhi pola tanam  Padi (30%) – Padi (25%) – Palawija (100%) dengan keuntungan sebesar Rp.26.161.069.519,00. Sedangkan pada kondisi setelah rehabilitasi, ketersediaan air mampu memenuhi pola tanam Padi (100%) - Padi (100%) - Padi (100%) dengan keuntungan mencapai Rp.115.325.883.740,00.

The Jati Dam which is located in Gondangan Village, Gorang-Gareng District, Magetan Regency is the main water source that irrigates SIM I.A. with administratively the primary water ways through Madiun, Magetan, Ngawi and Madiun Regencies. With limited supply from the 17% Jati Dam of 350,746 lt/sec to irrigate SIM I.A in Magetan Regency, the Government is seeking rehabilitation work on the Jati Dam so that the availability of water discharge is able to fulfil the water needs in SIM I.A. Availability of water conditions before rehabilitation was only able to fulfil the paddy cropping pattern of 30%. Therefore, it is necessary to study the improvement of the irrigation network system in order to find out the comparison of water availability before and after rehabilitation, irrigation water needs, and the increase of agricultural profits. In this study using the F.J. Mock to determine the availability of water discharge, FAO Modified Penman Method to determine the amount of evapotranspiration used in the analysis of water demand for each cropping pattern. Comparison of the value of the availability and demand for water is presented in the form of a water balance.

From the results of the analysis, it is concluded that the availability of water SIM I.A. in Magetan Regency, the condition before rehabilitation was the highest at 1,37 m³/s and the lowest at 0,74 m³/s. Whereas in conditions after rehabilitation the highest was 5,75 m³/sec and the lowest was 4,64 m³/sec. Water supply from the Jati Dam, in conditions before rehabilitation by 17%, and in conditions after rehabilitation increased to 28%. The highest irrigation water requirement is the cropping pattern that uses 100% paddy of 3,01 m³/sec. Seeing the value of water availability compared to the still large water demand, the Jati Dam intake can be reduced from 28% to 20% so that the remaining water can be distributed to the next secondary water ways. The availability of water at a percentage of 28% is 5,75 m³/sec, at a percentage of 20% it becomes 3,49 m³/sec. This debit is able to fulfil the highest water demand of 3,01 m³/sec. In conditions prior to rehabilitation, the availability of water was only able to fulfil the planting pattern of paddy (30%) - paddy (25%) - crops (100%) with a profit of Rp.26,161,069,519.00. Whereas in conditions after rehabilitation, the availability of water is able to fulfil the planting pattern of Paddy (100%) - Paddy (100%) - Paddy (100%) with a highest profit reach up to Rp.115,325,883,740.00.

Keywords : SIM Irrigation Area, Jati Dam, F.J. Mock, Penman