ABSTRAK
INDUSTRI TENUN IKAT TRADISIONAL DI DESA PARENGAN KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2006-2015
Nama : Fitri Amaliyah
NIM : 15040284044
Program Studi : S1-Pendidikan Sejarah
Jurusan : Pendidikan Sejarah
Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Nama Lembaga : Universitas Negeri Surabaya
Pembimbing : Dr. Wisnu, M.Hum.
Industri tenun ikat terbesar di Lamongan terletak di Desa Parengan, Kecamatan Maduran. Desa Parengan merupakan produsen kain tenun ikat yang cukup terkenal dan beberapa produknya telah menguasai pasar. Salah satu produk kain tenun ikat yang paling diminati pasar adalah produk milik UD Silvi MN Paradila. Kain tenun ikat yang diproduksi UD Silvi MN Paradila telah dikirim ke berbagai kota di Indonesia dan bahkan dapat menembus pasar Timur Tengah. Hal tersebut menunjukkan bahwa Desa Parengan menjadi desa yang telah aktif mengelola UMKM di Kabupaten Lamongan.
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimana sejarah berdirinya industri tenun ikat tradisional di Desa Parengan?; (2) Bagaimana pelaksanaan pola bapak angkat di UD Slivi MN Paradila pada tahun 2006-2015?; (3) Bagaimana perkembangan UD Silvi MN Paradila pada tahun 2006-2015?. Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian sejarah yaitu: heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Sumber primer yang menjadi kajian utama dalam penelitian ini adalah wawancara dengan pengelola UD Silvi MN Paradila sebagai bapak angkat dan usaha-usaha tenun ikat di Desa Parengan yang menjadi anak angkat. Setelah melakukan penelusuran sumber, langkah selanjutnya adalah kritik sumber dengan menyeleksi sumber yang valid terkait dengan pelaksanaan pola bapak angkat dan perkembangan usaha UD Silvi MN Paradila. Tahap interpretasi dilakukan setelah penulis mengetahui kebenaran pelaksanaan pola bapak angkat berdasarkan analisis sumber. Tahap terakhir yang dilakukan adalah menuliskan fakta sejarah tentang perkembangan industri tenun ikat di Desa Parengan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa industri tenun ikat di Desa Parengan mulai dikenal sejak tahun 1936. Industri tenun ikat ini didirikan oleh Hamzah karena keahlian menenun yang hampir dimiliki oleh semua warga Desa Parengan. Tahun 1990-an, industri ini mengalami kemerosotan sehingga tahun 1991, Miftakhul Khoiri, anak dari Hamzah, berinisiatif membangkitkan kembali industri tenun ikat milik ayahnya yang bernama Hamzah. Dengan modal seadanya, Miftakhul Khoiri berhasil membangkitkan kembali usaha tenun ikat yang sebelumnya telah mati. Miftakhul Khoiri mendaftarkan usaha tenun miliknya menjadi usaha dagang (UD) pada tahun 1995 dengan nama UD Silvi MN Paradila.
Program kemitraan pola bapak angkat UD Silvi MN Paradila dimulai tahun 2006. UD Silvi MN Paradila menetapkan kriteria khusus dalam memilih mitra usaha untuk dijadikan anak angkat. Sejak tahun 2006 hingga 2015, total terdapat lima usaha tenun kecil yang menjadi mitra usaha UD Silvi MN Paradila. Nama lima usaha tersebut adalah An-Nadhif, Rona, Mala, Jariyah, dan Al-Wachid.
Perkembangan UD Silvi MN Paradila sebagai bapak angkat memberikan dampak yang positif bagi perkembangan usaha UD Silvi MN Paradila. Hal itu terlihat dari peningkatan berbagai aspek usaha, yaitu aspek pemasaran, distribusi, dan pengembangan motif tenun ikat. Aspek pemasaran dikembangkan melalui peningkatan produk, harga produk, omzet penjualan, dan promosi. Adapun kegiatan promosi UD Silvi MN Paradila dilakukan secara offline maupun online. Distribusi yang dikelola UD Silvi MN Paradila ke banyak tempat ataupun showroom.
Kata Kunci: Usaha Kecil, Tenun Ikat, Lamongan
ABSTRACT
WEAVING INDUSTRY IN PARENGAN VILLAGE
LAMONGAN REGENCY AT 2006-2015
Study Program : History Education
Subject : History
Faculty : Faculty of Social Sciences and Law
Name of Institution : State University of Surabaya
Supervisor : Dr. Wisnu, M.Hum.
The largest weaving industry in Lamongan is located in Parengan Village, Maduran District. Parengan Village is a well-known producer of woven fabrics and some of its products have dominated the market. One of the most popular woven cloth products in the market is the product of UD Silvi MN Paradila. The woven fabric produced by UD Silvi MN Paradila has been sent to various cities in Indonesia and can even penetrate the Middle East market. This shows that Parengan Village is a village that has actively managed UMKM in Lamongan Regency.
Based on this background, the formulation of the problem can be stated as follows: (1) What is the history of the establishment of the traditional ikat weaving industry in Parengan Village?; (2) How was the implementation of the adoptive pattern at UD Slivi MN Paradila in 2006-2015?; (3) How was the development of UD Silvi MN Paradila in 2006-2015? In this study, the author uses historical research methods, namely: heuristics, source criticism, interpretation, and historiography. The primary source was an interview with UD Silvi MN manager Paradila as foster father and ikat weaving business in the Parengan Village who was the adopted child. After searching the source, the next step is to criticize the source by selecting valid sources related to the implementation of the adoptive pattern and business development of UD Silvi MN Paradila. The interpretation phase is done after the author knows the truth of the implementation of the pattern of foster father based on source analysis. The last step is to write historical facts about the development of the ikat weaving industry in Parengan Village.
The results of this research showed that the ikat weaving industry in Parengan Village began to be known since 1936. The weaving industry was founded by Hamzah because of the weaving expertise that was almost owned by all residents of Parengan Village. In the 1990s, this industry experienced a decline, so that in 1991, Miftakhul Khoiri, the son of Hamzah, took the initiative to revive the tie weaving industry owned by his father named Hamzah. With minimal capital, Miftakhul Khoiri succeeded in reviving the business. Miftakhul Khoiri registered his weaving business as a usaha dagang (UD) in 1995 under the name UD Silvi MN Paradila.
The adoptive pattern program of UD Silvi MN Paradila began at 2006. UD Silvi MN Paradila set specific criteria in choosing business partners to be adopted children. From 2006 to 2015, there were a total of five small weaving businesses that became business partners of UD Silvi MN Paradila. The names of the five businesses are An-Nadhif, Rona, Mala, Jariyah, and Al-Wachid.
Development of UD Silvi MN Paradila as fostered a positive impact on the business development of UD Silvi MN Paradila. This can be seen from the increase in various business aspects, namely the aspects of marketing, distribution, and the development of ikat weaving motifs. Marketing aspects are developed through product enhancements, product prices, sales turnover, and promotions. The promotional activities of UD Silvi MN Paradila were carried out both offline and online. Distribution managed by UD Silvi MN Paradila to many places or showrooms.
Keyword: Industry, Weaving, Lamongan