Konsumerisme di Indonesia dianggap berlebihan apabila dibandingkan dengan negara lain di Asia Tengggara. Menyebabkan inflasi cukup tinggi tersebar ke berbagai provinsi di Indonesia, salah satunya provinsi Jawa Timur. Inflasi terbesar terdapat pada kota Surabaya dengan Indeks Harga Konsumen 131,26 dan inflasi 0,85. Inflasi Surabaya diikuti dengan Indeks Pembangunan Manusia sebagai pengukur kualitas hidup manusia di Surabaya meningkat tiap tahun. 31 kecamatan yang ada di kota Surabaya nilai Indeks Pembangunan Manusia yang dihitung dari empat aspek salah satunya adalah paritas daya beli terendah terjadi pada Kecamatan Benowo. Hasil penelitian, menunjukkan adanya pengaruh jenis kelamin, financial knowledge dan financial attitude terhadap financial management behavior. Jenis kelamin memiliki pengaruh kearah negatif disebabkan laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan perilaku keuangan dimana laki-laki sebagai kepala rumah tangga bekerja mencari pendapatan untuk membiayai kebutuhan keluarga, namun pengelolaan keuangannya diserahkan kepada perempuan untuk dibelanjakan dalam memenuhi kebutuhan. Financial knowledge tinggi maka tingkat tabungan meningkat membuat paritas daya beli meningkat artinya kebutuhan penting daripada keinginan serta menghindari konsumsi berlebihan, sehingga pengelolaan keuangan menjadi baik. Financial Attitude tinggi maka IPM meningkat, karena masyarakat mengerti dan memberi keputusan sesuai kebutuhan yang dibutuhkan, sehingga menghindari keinginannya. Pengeluaran rumah tangga terdiri dari pengeluaran makanan dan bukan makanan. Komoditi tersbut tidak bisa sekaligus dibeli karena keterbatasan keuangan, sehingga masyarakat membiasakan diri mengambil keputusan membeli sebagian komoditas untuk kebutuhan sehari-hari.
Consumerism in Indonesia is considered excessive when compared to other countries in Southeast Asia. Causing high inflation spread to various provinces in Indonesia, one of them is the province of East Java. The biggest inflation was found in the city of Surabaya with a Consumer Price Index of 131.26 and inflation of 0.85. Surabaya inflation is followed by the Human Development Index as a measure of the quality of human life in Surabaya increasing every year. 31 districts in the city of Surabaya Human Development Index values calculated from four aspects one of which is the lowest purchasing power parity occurred in Benowo District. The results of the study, showed the influence of gender, financial knowledge and financial attitude on financial management behavior. Gender has a negative effect because men and women have different financial behaviors where men as head of household work to find income to finance family needs, but the financial management is left to women to spend in meeting their needs. High financial knowledge increases the level of savings, making purchasing power parity increase, meaning important needs rather than wants and avoiding excessive consumption, so financial management is good. High Financial Attitude, the HDI increases, because people understand and make decisions according to the needs needed, thus avoiding their desires. Household expenses consist of food and non-food expenditure. The commodity cannot be bought at the same time due to financial constraints, so people are accustomed to making decisions to buy some commodities for their daily needs.