Portrait of Process Learning Based On Japanese Culture With Nihongo Partners at SMK PGRI 13 Surabaya
Sebagai langkah yang diambil dari fenomena maraknya festival kebudayaan Jepang yang diminati oleh remaja di Indonesia terutama dari kalangan siswa SMP hingga SMA, program Nihongo Partners mulai dilaksanakan oleh Japan Foundation Jakarta sejak tahun 2014 sebagaimana hal tersebut merupakan salah satu kegiatan yang digagas oleh kantor pusat di Tokyo untuk melakukan pertukaran budaya antar negara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pembelajaran berbasis budaya Jepang bersama Nihongo Partners di SMK PGRI 13 Surabaya, dan mengetahui respons siswa terhadap pembelajaran budaya Jepang bersama Nihongo Partners. Sumber data yang digunakan adalah siswa yang mendapat pelajaran budaya Jepang bersama Nihongo Partners, dan Nihongo Partners yang di tempatkan di SMK PGRI 13 Surabaya. Data yang didapat menggunakan teknik observasi, angket dan dokumentasi kemudian di analisis menggunakan metode deskripsi kualitatif dengan tahapan yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman yaitu tahap reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menyiratkan bahwa pembelajaran telah mencapai capaian pembelajaran yang disusun berdasarkan Standar Pendidikan yang dikeluarkan oleh Japan Foundation dengan menggunakan pendeketan konstruktivisme yang memiliki kesamaan dengan pembelajaran budaya. Jenis pembelajaran budaya yang diberikan kepada siswa adalah belajar dengan budaya dan belajar melalui budaya. Selain itu alur pembelajaran yang digunakan memiliki tahap awal (dounyuu dan mokuteki no teiji), tahap inti (setsumei dan sougourenshuu), dan tahap akhir (teichaku kakunin). Ditilik melalui hasil respons siswa terhadap pembelajaran budaya, pembelajaran berjalan dengan sangat baik dengan angka persentase 81,78%. Dengan adanya pembelajaran budaya bersama Nihongo Partners membuat siswa senang dengan suasana belajar dan menerima manfaat yang dapat diterapkan di kehidupan
As a step taken from the phenomenon of the rise of Japanese cultural festivals which are of interest to teenagers in Indonesia, especially from middle school to high school students, the Nihongo Partners program has been implemented by the Japan Foundation Jakarta since 2014 as this is one of the activities initiated by the head office in Tokyo to carry out cultural exchanges between countries. The purpose of this research is to find out the Japanese culture-based learning process with Nihongo Partners at SMK PGRI 13 Surabaya, and to find out students' responses to learning Japanese culture with Nihongo Partners. The data sources used are students who receive Japanese culture lessons with Nihongo Partners, and Nihongo Partners who are placed at SMK PGRI 13 Surabaya. The data obtained using observation, questionnaire and documentation techniques then analyzed using the qualitative description method with stages developed by Miles and Huberman, namely the data reduction stage, data presentation and drawing conclusions. The results imply that learning has achieved learning outcomes prepared based on the Education Standards issued by the Japan Foundation using a constructivist approach which has similarities with cultural learning. The type of cultural learning given to students is learning with culture and learning through culture. Apart from that, the learning flow used has an initial stage (dounyuu and mokuteki no teiji), a core stage (setsumei and sougou renshuu), and a final stage (teichaku kakunin). Judging from the results of students' responses to cultural learning, learning went well with a percentage of 81,78%. By having cultural learning with Nihongo Partners, students are happy with the learning atmosphere and receive benefits that can be applied in life.