Hairatul Aini, Siti. 2019. Hubungan antara keinginan siswa untuk berkomunikasi dengan kepercayaan siswa dalam belajar bahasa di lingkup siswa sekolah menengah atas (SMA) dalam pembelajaran Bahasa Inggris sebagai bahasa asing. Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Negeri Surabaya. Pembimbing: Syafi’ul Anam. Ph. D.
Kata kunci: keinginan siswa untuk berkomunikasi, kepercayaan siswa dalam belajar bahasa, kepercayaan siswa dalam belajar bahasa dan keinginan siswa untuk berkomunikasi, bahasa inggris sebagai bahasa asing.
Kepercayaan siswa dalam pembelajaran bahasa asing merupakan pembahasan yang dipandang penting dalam penelitian pendidikan karena dapat mempengaruhi kemajuan siswa dalam pembelajaran bahasa asing tersebut seperti keinginan untuk berkomunikasi lisan. Akan tetapi, beberapa siswa tidak menyadari akan pentingnya kepercayaan mereka dalam pembelajaran bahasa yang dapat mempengaruhi hasil belajar mereka. Beberapa waktu ini, banyak peneliti pendidikan yang fokus subjeknya adalah di lingkup pelajar universitas khususnya mahasiswa yang belajar Bahasa Inggris di luar negeri. Sementara dalam penelitian ini, peneliti berfokus pada siswa sekolah menengah atas, khususnya mereka yang sudah pernah mepelajari Bahasa Inggris di sekolah menengah pertama (SMP) mereka untuk kemudian diteliti apakah kepercayaan mereka dalam belajar bahasa berhubungan dengan keinginan mereka untuk berkomunikasi dalam bahasa tersebut.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan desain penelitian korelasional. Partisipan dalam penelitian ini adalah 114 siswa sekolah menengah atas di salah satu sekolah negeri di Sidoarjo dan salah satu sekolah swasta di Surabaya. Penelitian ini mengggunakan dua jenis kuesioner sebagai instrumen penelitian, yaitu BALLI (Belief about Language Learning Inventory) oleh Sakui and Gaies, 1999, dan willingness to communicate oleh Cao & Philp, 2006; Weaver 2005. Data diolah dengan mempertimbangakan nilai rata-rata dan standar deviasi statistik deskriptif dalam SPSS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan siswa SMA dalam belajar bahasa adalah medium dengan total nilai rata-rata 2.71 pada skala likert empat poin. Selanjutnya, tingkat keinginan siswa SMA untuk berkomunimasi juga menunjukkan level medium dengan total nilai rata-rata 2.68 pada skala likert empat poin. Hasil akhir pada penelitian ini menunjukkan bahwa kepercayaan siswa dalam belajar bahasa dengan keinginanan merekan untuk berkomunikasi dalam bahasa tersebut memiliki hubungan yang tidak signifikan, p= .594 yang ditunjukkan pada nilai aspek total (p> .05).
Berdasarkan hasil peneitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa siswa sekolah menengah atas di Indonesia cukup memahami kepercayaan mereka dalam belajar bahasa terutama dalam kaitannya dengan keinginan untuk berkomunikasi dalam bahasa tersebut, yaitu Bahasa Inggris sebagai target bahasa yang mereka pelajari di sekolah. Sayangnya, masih ada beberapa siswa yang enggan berkomunikasi dalam Bahasa Inggris walaupun jika tugas yang diberikan cukup sederhana, seperti berpidato menggunakan naskah dalam Bahasa Inggris. Hal ini kemungkinan karena durasi pada saat berpidato yang lumayan panjang dibandingkan berbicara dalam percakapan biasa. Mereka juga enggan berkomunikasi dalam Bahasa Inggris dengan guru. Kemungkinan yang menyebabkan mereka enggan berkomunikasi dalam Bahasa Inggris adalah karena bahasa yang mereka gunakan dalam percakapan sehari-hari hampir seluruhnya meggunakan Bahasa Indonesia. Faktor lainnya adalah tidak adanya pengalaman yang cukup dalam berbicara Bahasa Inggris yang kemudian menjadikan mereka enggan dan ragu untuk berkomunikasi dalam Bahasa Inggris tersebut.
Hairatul Aini, Siti. 2019. The Relationship between Students’ Beliefs and Willingness to Communicate among Indonesian Senior High School Students in EFL Classroom. English Education, State University of Surabaya. Advisor: Syafi’ul Anam, Ph. D.
Key-words: willingness to communicate (WTC), students’ beliefs in language learning, EFL students’ beliefs in willingness to communicate, English as a Foreign Language (EFL).
In educational research, students' beliefs in foreign language learning have been emphasized since they are viewed as central to students' advancement such as willingness to communicate. However, a few students do not perceive the significance of their beliefs in language learning that could affect their learning outcomes. Recently, many education scholars have concentrated more on students' beliefs at the university-level especially those who learn English abroad. While in this study, the researcher focused on senior high school students, especially those who have experienced learning English in their junior high school to be investigated whether their beliefs are in relation to their willingness to communicate.
This study used a quantitative approach namely correlational study as the research design. The participants of this research were 114 tenth graders of a government school in Sidoarjo and a private school in Surabaya. Two kinds of the questionnaire were administered as the research instruments, those were BALLI (Belief about Language Learning Inventory) by Sakui and Gaies, 1999, and willingness to communicate by Cao & Philp, 2006; Weaver 2005. The data were calculated by mean score and standard deviation of descriptive statistics in SPSS.
The results showed that senior high school students had a medium level of students’ beliefs with the overall mean score of 2.71 on four-point Likert scales. Furthermore, their willingness to communicate also showed a medium level with the average mean score of 2.68 on four-point Likert scales. The final result showed that the correlation between students’ beliefs and willingness to communicate was not significant, p= .594 shown in total aspect (p> .05).
Based on the results, it can be concluded that Indonesian senior high school students quite perceive their beliefs in language learning especially in relation to willingness to communicate in English as the target language they learn at school. Unfortunately, there are still a few students who were unwilling to communicate even if when the given task was quite simple, such to give a speech with notes. It was probably because when they delivered a speech, they should talk in English in quite long duration and they were afraid of making mistakes in their notes or pronunciation. They were also least willing to talk to the teacher in English even when they needed to ask a question privately to the teacher. It is probably because they were reluctant to have oral communication in English since their daily communication is mostly in their first language. Never experienced having a conversation in English could also be a factor that makes them hesitant to communicate in the target language.